Episode 10 : Mas Irvin

3 1 0
                                    


"Ryn, kau baik-baik saja ? Buka kaca jendelamu Ryn..." Irvin mengetuk jendela mobil Ryn perlahan. 

Ryn tak menyadarinya. "Ryn, ada apa ?" Irvin mengetuk lebih keras. 

Ryn terkejut. Dia mengangkat kepalanya. Irvinbisa melihat wajah Ryn yang masih basah oleh air mata. Bola mata Ryn yang biasanya cantik bening itu nampak memerah. Ryn betul betul tidak sadar ada orang lain di dekatnya.

Ryn buru-buru mengusap air matanya. Dia pun segera merapikan baju dan bergegas keluar mobil. Dia tidak ingin Irvin tahu apa yang terjadi. "Eh, maaf mas, aku telat ya, kita janji meeting kan ya. Nggak, nggak ada apa2, kok. Cuma pusing sedikit tadi", sanggah Ryn.

"Bener kamu tidak apa-apa ? Kamu tidak pernah seperti ini. Kamu menangis cukup lama tadi. Aku melihatmu dari jendela." Irvin menunjuk ke arah jendela. 

"Apa yang terjadi Ryn ? Bicaralah padaku... kalau ada masalah, katakan saja, siapa tahu aku bisa bantu".

Sikap Irvin yang tulus meruntuhkan benteng kebohongan Ryn. Air matanya mulai menetes, makin lama makin banyak. Ryn tersedu. Tapi tak ada kata-kata yang bisa keluardari mulutnya. Perlahan Irvin meraih kepala Ryn ke dadanya. Dia memeluk lembut Ryn. Ryn terus menangis dalam pelukan Irvin. 

"Terimakasih mas, saat ini aku memang sedang memerlukan orang yg mau memelukku dan membantu meringankan beban hatiku. Andai saja yang memelukku ini orang yg amat kucintai itu", suara hati Ryn. Irvin mengelus lembut rambut Ryn.

"Menangis saja kalau kau memang mau menangis. Tak perlu cerita dulu. Nanti kalau hatimu sudah lega, kapanpun mau kau bisa cerita". 

Irvin berusaha menghibur. Meskipun hatinya bergejolak. mau meledak saking senangnya. Ya, siapa sangka coba, gadis yang lama sekali dia incar,sekarang ada dalam pelukannya! Nangis terus Ryn, jangan berhenti, biar aku lebih lama bisa memelukmu, Irvin nyengir jahil.

Plak! Tiba2 Irvin merasa kepalanya ditepuk lumayan keras. "Wadooow !" Irvin spontan berteriak. Ryn ikut kaget dan langsung melepaskan pelukan. 

Seorang pria bertubuh tinggi besar, berkepala botak, dan berkumis tebal berdiri tegak dibelakang Irvin, Pak Indro! Berdiri dengan wajah garang, memandang menyelidik kedua orang di hadapannya. Ryn Irvin tersipu malu.

"Apa-apaan kalian ini? Ini kantor, bukan tempat shooting film India. Kalau mau pelukan jangan di sini" tegur pria yang sekilas mirip personil Warkop DKI ini dengan keras.

"Maaf pak, maaf, maaf...eh..eh...tadi saya cuma berusaha menghibur Ryn pak, diadatang-datang nangis...tadi... oww! Aduh! " Irvin meringis kesakitan. 

Ryn mencubit lengan Irvin. Dia tidak ingin Pak Indro tahu. "Sssst..." Ryn memberi kode agar diam. Ini kantor, aku nggak akan pernah bawa urusan pribadiku ke sini, kata Ryn dalam hati.

"Eeeh....tadi peluk-pelukan, sekarang cubit-cubitan? Hei Dodol, kau apakan Ryn sampai nangis seperti itu? " Pak Indro mendelik ke arah Irvin dengan garangnya.

"Maaf pak, tadi saya pusing sekali, mas Irvin menolong saya", Ryn berkata asal.

"Kalau kau sakit, pulang saja. Kita tunda meeting proyek Dodol Regency ini besok, bagaimana?"

"Maaf Pak Indro, nama proyeknya Dharma Indah Regency pak", Irvin menjelaskan.

"Sakkarepku to ! " sergah Pak Indro. 

Irvin tidak berani membantah. Jika Pak Indro sudah mengeluarkan kata-kata mantra dalam bahasa Jawa, Irvin akan mati kutu. Kalau dilayani, Pak Indro akan makin panjang menceramahi dirinya dalam bahasa Jawa, sementara Irvin tidak mengerti sepatah katapun.

"Nggak apa-apa Pak Indro, saya sudah baikan kok. Saya duluan masuk pak, mau siapkan ruang meeting" Ryn buru-buru berjalan ke kantor.

Sementara Pak Indro dan Irvin berjalan beriringan. Irvin menggerutu dalam hati. "Dasar herder galak, kalau saja aku tak berutang budi padamu, mana mau aku serahkan proyekku ini ke kamu! Gile Lu Ndro!" serapahnya sambil menjulurkan lidahnya ke bagian belakang kepala Pak Indro yang mengkilat karena botaknya memantulkan cahaya mataharai itu. 

"Tapi kalau kamu nggak berikan proyek ini ke kantorku, nggak mungkin kamu bisa sering-sering ketemu Ryn", Pak Indro berkata ketus.

Irvin kaget, dia kan hanya bicara dalam hati, kok sampai Pak Indro tahu sih?Jangan-jangan si tua bangka yang tampangnya mirip pelawak ini punya ilmu sihir pula, bisa menebak pikiran orang.

"Kalau cuma untuk menebak pikiran orang dodol sepertimu, tidak perlu pakai ilmu apapun!Kau itu kan Dodol! Bodo dan Tolol!"

Bah! Irvin terperanjat. Lagi-lagi dia tahu ? Ampun deh, aku nggak akan berkata apa-apa lagi. Irvin diam mengikuti Pak Indro ke ruang meeting.

"Tapi kau senang kan tadi ? Bisa peluk Ryn ? Ngaku saja ! Kamu dan ibumu itu sama saja, suka mengambil keuntungan dari orang lain" goda Pak Indro namun tetap dengan nada angker.

Irvin nyengir. Ia tahu apa yg dimaksud Pak Indro. Mamanya dulu adalah pacar Pak Indro,teman sekampus, sejurusan dan seangkatan. Empat tahun berpacaran sejak kuliah di semester pertama hingga nyaris lulus kuliah. 

Sayang tidak berjodoh. Desi, mama Irvin, menikah dengan orang lain, demikian pula Pak Indro. Karena itu,meskipun killer dan sempat berkali-kali tidak meloloskan Irvin pada mata kuliahnya, Pak Indro pada akhirnya tetap tidak bisa menolak permintaan Desi untuk meluluskan meskipun dengan nilai minimal. 

Menjemput ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang