Episode 1 : First Love

24 2 0
                                    


Once in a while

You are in my mind

I think about the days that we had

And I dream that these would all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories

How I want here to be with you

Once more

Once in a while

Your are in my dreams

I can feel the warmth of your embrace

And I pray that it will all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories

And how I want here to be with you

Once more

Yeah,yeah, yeah

You will always be inside my heart

And you should know

How I Indrosh I could have never let you go

Come into my life again

Please don't say no

Now and forever you are still the one

In my heart

So true, I believe I could never find

So mebody like you

My first love

Oh...Oh...

You are always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one

So true, I believe I could never find

Now and forever...

(UtadaHikaru – First Love (English Translation))

"Ryn,bisa ke ruanganku sebentar ? " suara pak Indro yang serak dan berat itu terdengar di intercom meja Ryn. Gadis putih berpipi chuby dan berambut panjang berwarna merah itu langsung menyetop mp3 player di komputernya yang sedang mengalunkan lagu favoritnya yakni First Love dari Utada Hikaru, dengan sigap Ryn bergegas ke ruang pak Indro, atasannya.

"Aku sudah lihat siteplan yang kau buat. Cukup bagus...hanya saja untuk pengaturan kontur rasanya belum kau maksimalkan" ucap pria bertubuh tinggi besar,berkepala botak dan berkumis tebal yang oleh Ryn dipanggil pak Indro tersebut.

"Ada kekurangan pak ? Saya segera siapkan revisinya " jawab Ryn.

"Aku lihat di sebelah Utara ini perbedaan kontur tanah cukup besar. Ini sebenarnya bisa kau manfaatkan dengan membuat perbedaan zona fungsi antara area tinggi dan rendah, misalnya zona hunian dan zona fasum. Jadi akan ada penghematan biaya cukup besar dibanding jika kau paksakan semua area utara ini sbg zona hunian. Paham?" terang Pak Indro.

"Ya pak, sangat paham. Akan segera saya revisi pak " angguk Ryn, "Bagus. Kapan kira-kira revisi si Dodol ini selesai ? " sahut Pak Indro.

Ryn tertawa dalam hati. Meskipun sudah jadi boss perusahaan developer, pak Indro tidak pernah mengubah panggilan Dodol pada Irvin. Ya Pak Indro adalah seorang dosen aktif dari jurusan Teknik Arsitektur di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yang juga mempunyai perusahaan berupa perusahaan konsultan Arsitektur, dan Irvin mantan mahasiswanya yang kini menjadi rekan bisnisnya.

"Segera pak. Saya akan usahakan selesai dalam dua hari" Angguk Ryn lagi, "Bagus. Kau memang anak pintar dan rajin. Tak percuma aku punya asisten kamu" Ucap Pak Indro dengan tegas namun juga menyiratkan kebanggaan pada Ryn yang juga merupakan mantan mahasiswanya,berbeda dengan Irvin yang prestasi akademiknya pas-pasan, Ryn adalah seorang mahasiswanya yang prestasi akademiknya sangat menonjol, ia lulus dengan meraih predikat cumlaude.

"Saya juga senang bisa bekerja pada pak Indro.Saya banyak mendapat pelajaran berharga. Eh...tapi kalau boleh tanya pak, kenapa bapak masih terus memanggil mas Irvin dengan Dodol ? Rasanya nggak enak pak, beliau kan klien kita" tanya Ryn.

Pak Indro terkekeh, "Sampai kapanpun aku tak akan mengubah panggilanku padanya. Biarsaja. Meskipun dia sudah punya real estate sendiri, aku akan tetap panggil diadg Dodol karena dia memang bodoh. Masih beruntung aku luluskan dia, mengingat ibunya, sahabat baikku. Malah kupikir-pikir, nama perumahan baru ini cocoknya Dodol Indah Regency...hahaha"

Pak Indro lalu berjalan keluar ruangan. Dia mengibaskan tangan sebagai tanda Ryn boleh pergi. Samar-samar Ryn masih mendengar suara tertawa pak Indro sambil terus berujar, "Dodol Indah Regency...hahaha...cocok sekali. Aku ke kampus dulu, ada kelas yang harus kuajar".

Ryn tersenyum. Pak Indro pernah cerita bahwa Irvin nyaris tidak bisa lulus karena pak Indro tetap bersikukuh tidak meluluskan dalam beberapa mata kuliah pak Indro. Irvin memang bandel, suka bolos, urakan dan selalu telat mengumpulkan tugas. Satu hal lagi yg tidak pernah dilupakannya, dulu Irvin juga sering membully Ryn.

Saat itu Ryn masih menjadi mahasiswa baru di kampusnya, saat ia masih gendut, setiap kali dia berjalan lewat di depan Irvin, maka Irvin akan bergaya seperti terguncang-guncang, "Awass..gempaaa...gempaaa...9 skala Richter". 

Kali lain, Irvin tiba-tiba menghitung, "Satu...dua...tiga...empat..." Ternyata Irvin sedang menghitung berapa kali Ryn membetulkan kacamatanya yang melorot (waktu itu Ryn masih mengenakan kacamata yang cukup tebal, belum menggunakan kontak lens seperti sekarang). 

Lain waktu, Irvin akan menatap Ryn dari kepala hingga ke kaki, lalu menggeleng-gelengkan kepala sambil berujar, "Kalau jadi suami kau, aku pasti jatuh miskin, habis duitku buat beli berkarung-karung beras". Dan tingkah Irvin akan diikuti derai tawa teman-temannya, para senior Ryn. 

Lucunya, Ryn tidak pernah dendam pada Irvin. Keusilan Irvin biasanya baru berhenti jika Fariz datang dan mengetok kepala Irvin. Entah kenapa, Irvin sangat segan pada Fariz. Bisa jadi karena mereka berteman sejak kecil, bisa pula karena tugas-tugas kuliah Irvin sering sekali dibantu oleh Fariz.

Ryn menghela nafas. Setiap kali teringat Fariz, hati Ryn selalu terasa hampa. "Lagi di mana kamu ya? Masih di Hongkong? Ah kapan ya aku bisa melihatmu lagi... sepertiapa kamu sekarang ?" Mata Ryn menerawang ke luar jendela. Jika menuruti kata hatinya, maka ingin sekali Ryn mengambil cuti barang 2-3 hari dan berlibur ke Hongkong. Dia ingin sekali mengunjungi Fariz. "Hei..kenapa dengan pikiranku ini? Kenapa memikirkan dia ? Toh baginya aku bukan siapa-siapa, hanya junior yang mungkin terlalu bodoh baginya. Sudah lama sekali dia pergi. Terakhir ketemu di resto, dia berpamitan hendak ke Hongkong. Itu delapan tahun lalu. Ah...dia pasti sudah punya kekasih di sana, cewek-cewek Honkong kan terkenal akan kecantikannya. Kalaupun nanti dia pulang, pasti hanya akan meminta ijin orangtuanya untuk menikah". 

Menjemput ImpianWhere stories live. Discover now