Chap [8/...] As The God Will

761 48 21
                                    




Satu jump shot yang dilakukan Kyuhyun mengakhiri pertandingan basket nasional pagi itu, tim Kyuhyun menang dengan selisih 10 poin dari tim lawan. Mereka berfoto ria dengan memegang tropi kemenangan, wali kota memberikan seserahan kepada tiap-tiap pemain inti berupa beasiswa penuh di akademik kepolisian di kota itu serta piagam penghargaan. Satu jepretan lagi dari wartawan kota untuk mengabadikan kemenangan mereka dalam artikel dan surat kabar.

Kyuhyun tersenyum, seakan mimpinya jadi kenyataan, kehidupan indah yang ia inginkan bisa terwujudkan.

"Kita harus cepat pulang!" Tiba-tiba guru pendamping mereka berteriak setelah menerima telepon, mereka semua mendadak panik. Stadium basket itu juga masih ramai, lapangannya dipenuhi murid dari sekolah lain yang sedang berfoto ria. "Desa kita!" Semua yang tadi memasang senyum di wajah kini sirna sudah, perasaan gugup membuat mereka pucat. "Ada apa? Bisa jelaskan, saem?" Pinta Kyuhyun berusaha menengankan guru olahraga mereka sembari menepuk pundaknya. "Desa kita terbakar."

***

Tidak ada yang tersisa, desa kecil berpenghuni kurang dari 300 jiwa itu lenyap, rata dengan tanah. Para korban yang bisa selamat dievakuasi ke tempat aman sementara tim SAR serta Palang Merah bekerja sama menyusuri sisa-sisa bangunan demi mencari manusia yang masih bisa diselamatkan ataupun yang lainnya.

Seulgi menangis dalam pelukan ibunya, ia tidak bisa menahan shock yang melanda. Pagi itu baik-baik saja, hari berjalan normal seperti biasa, ia pergi ke sekolah namun di tengah jalan ia mendengar ledakan yang tak tahu asalnya darimana. Bahkan api yang melahap gedung sekolah secara brutal terjadi di depan matanya, Seulgi tak ingat apa-apa lagi setelah itu, saat bangun ia sudah di tenda evakuasi bersama murid lain yang selamat dan tak lama kemudian ibu serta ayahnya menyusul.

Mayat-mayat yang sisa tulang itu dijejerkan di tanah lapang, ingin dimakamkan dalam satu liang namun menunggu dari pihak keluarga terlebih dahulu.

Bus yang mengangkut anggota tim basket sekolah tiba di penampungan, Kyuhyun berlari mendatangi setiap tenda dan di tenda terakhir ia melihat Seulgi, Donghae, Eunhyuk sedang bersama orang tua mereka. Ia tidak mendapati keluarga yang ia cari. "Jika kau tidak menemukan mereka, bisa pergi ke tanah lapang, barangkali bisa mengenali keluargamu." Ucap seorang anggota SAR sambil menepuk kepala Kyuhyun.

Tanpa basa basi Kyuhyun berlari. "Apa kau ada mengangkut jenazah dari perumahan Anggrek nomor 20?" Tanyanya kepada anggota SAR yang berjaga disana. "Maaf tapi mayat disini banyak sekali, kami tidak ingat mengangkut mereka dari mana saja." Kyuhyun mengacak rambutnya, matanya mulai ditutupi cairan bening, bibirnya ia gigiti sambil menatap mayat-mayat yang hanya sisa tulang itu. "Kyuhyun, kami mengangkut 3 orang dari rumahmu." Kepala sekolah mereka menghampiri Kyuhyun dan memegang pundaknya, menyuruh Kyuhyun mengikuti. "Kami tahu alamat pemain tim inti, jadi aku memprioritaskan tim SAR untuk melakukan evakuasi di rumah-rumah itu. Mereka semua disini..." Tiba di lokasi, jauh dari tanah lapang tempat mayat-mayat belum diidentifikasi itu berada, Kyuhyun terdiam.

Sekarang di depannya tergeletak 3 bungkus jenazah. "Meski hanya sisa tulang, setidaknya kau melihat mereka untuk terakhir kalinya." Kyuhyun terduduk di tanah setelah membuka 3 kantung jenazah itu, dapat dipastikan itu orang tuanya, dan, Yesung? Ia tidak tahu apa yang terjadi. "Apa kau mau tes DNA untuk memastikan ini anggota keluargamu?" Kyuhyun tidak menjawab, sekalipun tes DNA dan dua orang itu terbukti orang tuanya, tidak ada jaminan mayat sisanya adalah Yesung. "Tidak. Mereka orang tuaku, dan, Yesung hyung." Kepala sekolah berjongkok dan mengusap kepala Kyuhyun. "Bagaimana kebakaran ini bisa terjadi? Kenapa 1 desa terbakar? Kenapa!?" Suara Kyuhyun tercekik karena tangisnya pecah. "Kami tidak tahu, polisi masih menyelidiki penyebabnya namun yang jelas, ada suara ledakan dari pusat sumber listrik."

LacrimosaOnde histórias criam vida. Descubra agora