9. Alvaro - I Think I'm in Love with You

5.2K 317 6
                                    

Malam ini Revita mendapatkan mimpi buruk. Bahkan aku menahan emosiku untuk memaki siapapun yang berusaha menyelakainya. Akhirnya dia dapat tertidur setelah aku nyanyikan dan menepuk pelan punggungnya. Dulu waktu kecil, Mama selalu menepuk punggungku dan kak Dafa ketika kami berdua tak dapat tertidur. Aku masih belum bisa tertidur. Aku takut tidur. Aku takut seseorang akan menyelinap masuk untuk menyelakai Revita kembali.

Hari ini aku telah sepakat bersama kak Dafa untuk mencari tau siapa dalang dari kecelakaan Revita. Dan aku berjanji, siapapun yang berusaha menyelakainya akan ku buat dia menyesal seumur hidupnya. Tapi, yang menjadi pertanyaan di otakku adalah mengapa sampai orang gila itu tega untuk menyelakai Revita? Apa dia tak ada kerjaan lain? Perlu aku beri mereka pekerjaan agar tak mengusik hidup orang lain? Terlebih yang dia usik adalah hidup Revita. Sungguh aku tak pernah rela.

Lamunanku buyar saat kak Dafa menepuk pundakku. Jika kak Dafa sudah berada di depanku, tandanya Yuuta dan Luke sudah aman menjaga Revita di ruangannya. Aku memang memberitau mereka kalau Revita mengalami kecelakaan. Tujuannya adalah agar aku dan kak Dafa dapat melakukan penyelidikan sedangkan Revita tetap aman karena ada mereka yang menjaganya.

“Udah siap?” tanya kak Dafa

“Bahkan aku udah lebih dari siap untuk menghabisi siapapun itu yang menyakiti Revita” jawabku datar

Calm down, langkah awal kita cari tau siapa yang menabrak Revita”

“Gimana caranya, Kak? Revita aja nggak mau jujur ke gue” mengusap wajahku kasar

“Kita datengin lokasi kejadian. Kita tanya siapa tau kemarin ada saksi mata yang ngeliat kecelakaan itu”

Kak Dafa melajukan Accord miliknya dengan kecepatan sedang. Menurutku. Hey, wajar bukan kalau kami para lelaki suka kebut-kebutan? Menguasai jalanan seolah adalah kebanggan pribadi bagi kami. Begitulah menurutku.

Hanya membutuhkan waktu selama lima belas menit kami akhirnya sampai di lokasi kejadian. Melihat ke jalan sekitar yang benar-benar sepi. Ini bahkan masih siang hari. Seketika perasaanku kembali di remas. Itu artinya, Revita mengalami kecelakaan di tempat yang benar-benar sepi? Apakah dia ketakutan saat itu? Itukah alasan mengapa dia mengalami mimpi buruk akhir-akhir ini? Dan ini semua karena kesalahanku yang lalai dalam menjaganya.

“Nggak usah nyalahin diri sendiri deh” tegur kak Dafa

“Pasti waktu itu, tempat ini gelap. Sunyi. Gue yakin Revita pasti takut” lirihku

“Lo ngerasa ada yang janggal nggak sih?” kak Dafa mengerutkan dahinya

“Apaan kak?” tanyaku. Bukannya menjawab pertanyaanku, kak Dafa turun dari mobil dan berjalan kearah pembatas jalan yang sudah rusak. Mau tak mau aku juga ikutan untuk turun dan menatap kearah jalanan.

Tak terdapat bekas darah. Yang ada hanya pembatas jalan yang rusak yang menandakan bahwa telah terjadi kecelakaan yang lumayan parah. Aku memperhatikan keadaan sekitar yang benar-benar sepi. Aku akan melarang Revita melewati jalan ini lagi. Lebih baik melewati jalanan yang lumayan jauh namun ramai daripada jalanan sepi seperti ini lagi.

“Darimana Revita bisa sampek rumah sakit, kalo jalanan sepi kayak gini?”

Aku mau membalas tentu saja karena polisi yang mengantar, namun aku kembali menatap jalanan yang sangat sepi. Hanya ada beberapa truk yang lewat, itu pun jarang sekali. Ditambah tak ada sama sekali orang yang sedang berjualan di pinggir jalan. Ketakutan kembali menyergapku. Itu tandanya, sang penabraklah yang mengantarnya ke rumah sakit.

“Lo udah paham maksud gue?” tanya kak Dafa

“Jadi, orang itu udah sempet nyentuh Revita?” gumamku

The Same FeelingsWhere stories live. Discover now