2. Revita - Reunion Party

6.2K 334 13
                                    

Hollaaa semuaaa, maap yak baru nongol hahaha

Lagi sibuk nih, besok udah mulai turun Tugas Besar buat UAS. Mana gambar doang lagi-_- *maapcurcol

Part ini didedikasikan untuk kalian yang kangen berat sama Alvaro-Revita:3

Maap yak kalo feelnya nggak dapet, trus bahasanya acakadut, ini juga untung-untungan bisa dapet inspirasi di tengah kesibukan anak kampus:"

Semoga kalian suka=))

#PeaceUp-------------------------------

BitterSweet. Salah satu tempat favoritku di Indonesia yang paling aku rindukan. Saat Alvaro mengajakku kemari, jujur saja, aku sedikit merasa enggan. Cukup banyak kenanganku di kafe ini yang mengingatkanku tentang Jovan. Karena rasa rindu dan sedikit paksaan dari Alvaro, akhirnya aku mau juga diajak kemari.

Saat ini aku sedang menikmati penampilan dadakan dari Alvaro di depan panggung. Harder Than You Know judul lagu yang sedang ia nyanyikan. Entah kenapa dari sorot matanya bisa terlihat jelas kalau ia sedang menerawang masa lalu. Semua cerita tentang Naira. Aku merasa, sekarang ini Alvaro sedang merindukan gadis itu. Aku menyunggingkan senyum ketika kedua mata Alvaro menatapku.

Selesai bernyanyi, Alvaro langsung kembali ke tempat duduknya, di hadapanku. Senyuman masih tidak lepas dari bibirku. Aku menatap laki-laki di hadapanku ini dengan penuh makna. Ia hanya menerutkan kening dan membalas tatapanku bingung.

“Apa?” Tanyanya kemudian.

“Ciyeee, yang belum bisa move on..” Ledekku.

“Siapa bilang?”

“Aku kan, barusan?”

“Dasar, sok tau!” Alvaro mencubit pipiku dengan gemas. Aku hanya bisa meringin kesakitan. Memang benar kan apa yang aku katakan? Aku yakin, jauh di dalam lubuk hatinya, pasti masih ada nama Naira yang tersimpan di sana.

Tak terasa sudah tujuh hari aku berada di Indonesia. Dan selama tujuh hari itu juga aku lebih sering menghabiskan waktuku di sekitaran rumah dan BitterSweet saja. Atau kalau sedang bosan, Alvaro pasti langsung mengajakku ke mall untuk nonton film terbaru. Kebetulan hari ini, aku tinggal di rumah untuk menemani Mamanya Alvaro untuk membuat kue kastengel kesukaan Alvaro. Sementara cowok itu sendiri pergi memancing bersama Kak Dafa dan Ayah. Yang membuatku heran, memangnya mereka mau memancing dimana dengan keadaan kota Jakarta yang sekarang ini?

Aku dan Mama sibuk di dapur. Mencampur bahan yang satu dengan yang lain hingga berubah menjadi adonan kue yang bisa dicetak. Sesekali Mama juga bercerita tentang Alvaro kekita masih kecil dulu. Aku tertawa saat Mama menceritakan Alvaro yang masih berumur lima tahun ditaksir oleh teman perempuannya, sampai temannya itu sering mengejar Alvaro sampai membuatnya ketakutan setengah mati dan tidak ingin kembali ke sekolah.

Dan sejak kejadian itu Alvaro sempat menjadi seseorang yang takut sekali pada yang namanya perempuan. Untung saja, sekarang ini ia sudah sembuh dari phobianya itu. Tidak mungkin juga ia masih phobia pada yang namanya perempuan, padahal sudah jelas ia bisa jatuh cinta setengah mati pada seorang Naira Amalia. Bahkan sampai susah move on hingga detik ini.

“Ta, tolong Mama ambilin buku resep di bawah meja ruang keluarga, bisa?” Pinta Mama yang sedang sibuk mencetak adonan menajadi bentuk memanjang.

“Iya, Ma. Bentar, Vita ambilin dulu.” Aku langsung ngacir menuju ke ruang keluarga guna mengambil apa yang dicari oleh Mama. Satu-persatu koran aku singkirkan, hingga pada akhirnya aku menemukan apa yang aku cari.

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang