3. Alvaro - Pasar Malam

6.5K 349 11
                                    

Badan Revita menegang seketika. Membuatku mengeratkan rangkulan dipundaknya. Revita butuh penyanggah. Dan jika cowok di depanku ini dulu menyia-nyiakan kesempatan untuk menyanggahnya, maka aku akan dengan senang hati menggantikan posisinya. Akulah yang akan menyanggah Revita. Menguatkannya dalam segala hal. Menjadi pendengar yang baik disetiap saat. Itu gunanya sahabat bukan?

“Oh hai, lo pacarnya Jovan?” tanyaku to the point

“Dan lo pacar barunya Revita?” tanya balik Farah

“Menurut lo?” tanyaku seraya menampilkan senyuman meremehkan

Dapat ku lihat bahwa Jovan menegang di tempat. Membuatku melebarkan senyumku. Bagaimana rasanya, Jovan? Bukankah aku sudah pernah mengatakan jangan pernah untuk menyesal? Batinku. Sebenarnya, aku ingin sekali menarik tangan Revita dan membawanya berlari dari situasi menyebalkan ini. Namun, aku ingat niatku membawanya kembali kesini. Aku ingin Revita berbaikan dengan masa lalunya. Maka, aku cukup memberikan kekuatan lewat rangkulanku.

“Wah, lo kemajuan, Var. Kuliah di Jepang, pulang-pulang bawa cewek” ujar Billy

Suasana menyebalkan itu berganti sedikit lebih cair. Untunglah teman-temanku ini termasuk dalam jajaran orang-orang yang mudah menyelamatkan situasi yang sedang genting. Entah mereka memahaminya atau mereka benar-benar tidak peka. Yang jelas, aku bersyukur suasana sedikit mencair.

Your Favourite Astronauts diminta untuk kembali menyanyikan beberapa lagu. Seandainya aku boleh menolak, maka aku akan menolak. Bagaimanapun di dalam band itu ada Kevin. Rasanya masih saja sakit saat aku mengingat itu semua. Belum sempat aku melayangkan penolakanku, dengan seenak jidatnya si Daniel menarikku kearah panggung.

Dengan sangat berat hati, aku mengikuti permintaan mereka. Mereka yang me-request lagunya, dan kami yang memainkan lagunya. Jujur, aku merindukan saat-saat seperti ini. Saat dimana kami hanya sibuk untuk menghabiskan waktu dengan nge-band dan bercanda, tanpa adanya masalah diantara aku dan Kevin yang membuat suasana terasa canggung.

Dua tahun. Tak membuat banyak perubahan diantara kami—aku, Daniel, Billy, dan Kevin—walaupun mereka tak mengetahui permasalahan antara aku dan Kevin. Daniel dan Billy masih saja kekanakan meskipun sudah memasuki dunia perkuliahan.

Setelah selesai menyanyikan beberapa lagu, aku langsung melangkahkan kakiku untuk turun dari sana. Melangkahkan kakiku mencari Revita, namun langkahku terhenti saat melihatnya tengah tertawa bersama sahabatnya. Membuatku ikut tersenyum juga. Aku menyukai senyumannya.

Kakiku berbalik arah. Mengambil minuman sendiri dan memperhatikan teman-teman satu angkatanku. Sepertinya, aku benar-benar tak mempunyai teman di luar sahabatku, dan teman-teman kelasku tentunya.

“Sendirian aja lo. Mana Revi?” tanya Daniel

“Lagi asik ngobrol sama temen-temennya” jawabku seraya mengedikkan bahuku kearah Revita

“Gue jadi seneng liatnya” ujar Daniel. Mendengar jawaban Daniel membuatku mengerutkan dahiku.

“Gue tau lo sempet rebutan Naira sama Kevin, kan?” tanya Daniel

“Kok lo—“

“Gue sempet nguping. Sorry, bukannya nggak sopan, tapi waktu itu gue bener-bener nggak sengaja, gue mau ngambil buku gue yang ketinggalan di ruang musik. Tapi, waktu gue buka pintu gue ngeliat lo sama Kevin lagi ngomong serius, ngebuat gue nggak jadi masuk. Jujur, gue pengen ngelarai kalian waktu lo berdua berantem. Tapi—“ ada jeda sesaat “Well, gue pikir itu permasalahan kalian. Kalian mungkin butuh itu buat ngelampiasin emosi kalian masing-masing”

Aku terdiam mendengar ucapan Daniel. Ingatanku melayang pada masa itu. Tiba-tiba rasa nyeri mulai menyerang dada sebelah kiriku. Rasanya sakit ketika aku mulai mengingat hal-hal yang berusaha aku kubur selama dua tahun ini.

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang