24. Another Point of View

4.1K 286 37
                                    

Hai semua! Maaf ya datengnya telat. Makasih buat kalian semua yang mau setia nunggu kelanjutan ceritanya Alvaro sama Revita. Sesuai janji, liburan ceritanya bakal lanjut sampe end.Sekali lagi makasih semua.

Oh ya, maap juga part ini lebih banyak narasinya. Tapi jangan di skip yee=))

Happy reading everybadeeeh!

#PeaceUp

---------

Senja. Sejak kecil aku selalu menyukai Senja. Setiap sore, aku selalu menikmati warna jingga dari senja di ufuk barat. Kalau dulu, ada seseorang yang akan menemaniku, lain halnya dengan saat ini. Seseorang itu juga yang menyadarkanku akan keindahan senja. Namun sekarang, aku sudah tidak tahu dimana keberadaan seseorang itu.

Kurentangkan tangan selebar mungkin, menikmati angin sore yang menerpa tubuhku. Tanpa terasa, cairan bening itu menetes lagi dari kedua mataku. Aku sudah lelah. Lelah menunggunya yang entah kapan akan kembali lagi. Aku ingin berteriak, namun aku sudah tidak memiliki tenaga lagi. Entah kapan semua penderitaan ini akan berakhir.

Setidaknya rasa bosanku karena harus dikurung dalam sebuah ruangan serba putih mulai mneguap karena aku bisa menikmati senja di taman ini. Tujuh hari adalah waktu yang menurutku cukup lama untuk seseorang yang harus dirawat inap hanya karena sakit typus. Toh, sebenarnya aku masih bisa untuk beristirahat di rumah. Memang pada dasarnya para dokter itu terlalu berlebihan.

Karena merasa langit sudah mulai gelap, aku pun bergegas untuk kembali ke ruang dimana aku dirawat. Yang menurutku lebih seperti penjara. Lagipula, besok kan aku sudah bisa meninggalkan rumah sakit ini.

Aku menyusuri koridor rumah sakit sendirian—lagi. Jangan tanya kemana keluarga atau sahabatku. Entah sejak kapan, aku sudah tidak pernah merasa memiliki sahabat sama sekali. Sementara keluarga, kedua orangtuaku sibuk mengurus perusahaan mereka tanpa peduli dengan keadaan anaknya sama sekali. Padahal, pihak rumah sakit sudah mengabari mereka kalau beberapa hari yang lalu aku pingsan di kamarku. Tapi nyatanya mereka hanya berkata untuk menjagaku tanpa mengunjungiku sama sekali. Saudara? Sebenarnya aku memiliki kakak perempuan setahun lebih tua dariku, tapi sejak kecil aku tidak pernah dekat dengannya. Aku merasa kami hanyalah orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku mengobrol dengannya.

Langkah kakiku terhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan yang sebenarnya bukan ruanganku. Aku menatap pintu itu lama. Menurut kabar yang kudengar dari suster yang selama ini merawatku, di dalam ruangan itu ada seorang gadis yang baru saja terkena musibah. Ada orang yang dengan tega menusuk perutnya dengan pisau sehingga menyebabkan gadis itu harus dioperasi dan mendapatkan beberapa jahitan. Tapi anehnya, setelah masa kritisnya sudah lewat, gadis itu masih belum bangun juga. Ia sepertinya lebih nyaman dalam tidur panjangnya.

Tapi bukan itu alasanku berdiri di sini. Aku hanya merasa iri. Banyak sekali orang yang berdatangan untuk sekedar menjenguk atau menjaganya. Itu artinya, banyak sekali orang yang menyayangi gadis itu. Tapi aku lebih sering melihat seorang laki-laki yang selalu setia berada di sisinya. Jujur saja, aku selalu memimpikan berada di posisi seperti itu. Banyak orang yang memperhatikan dan menyayangimu dengan tulus dan takut kau pergi jauh darinya.

Tiba-tiba saja pintu yang sejak tadi tertutup itu terbuka lebar. Membuatku gelagapan dan salah tingkah karena ketahuan melamun di depan ruangan orang lain. Di depan pintu itu ada seorang laki-laki yang memandangaku dengan penuh tanya. Meskipun ia memandangku dengan biasa, tapi entah kenapa rasanya tatapan mata itu menembus hatiku. Membuat kedua kakiku terpaku dan tidak bisa digerakan. Jangankan kaki, aku saja tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya sama sekali.

Selama ini, ada dua orang laki-laki yang sering datang berkunjung. Yang satu, ia selalu menemani gadis itu dan menggenggam tangannya erat. Sementara yang satu lagi, ia selalu melihat kondisi gadis itu dari balik pintu tanpa berani mendekat. Dan yang sedang berhadapan denganku kini adalah laki-laki kedua.

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang