4. Revita - The Heartstrings and The Heartbreak

5.6K 316 5
                                    

Hollaaa eperybadeeeh, siap ketemu lagi sama Alvaro-Revita? Hahaha

Sebelumnya maap eak, udah lama ngilang entah kemana. Aku sibuk, bener-bener sibuk. Seudahnya masa sibuk itu lewat, eh inspirasi sama mood buat nulis ilang gitu aja. Makanya, harus semedi dulu ngumpulin inspirasi sama mood lagi. Dan berhubung kuliah lagi libur panjang, jadilah part ini. Hihii..

Maap juga buat yang nunggu kelamaan. Trus maap juga cuma bisa ngasih segini, semoga aja suka dan feelnya dapet:"

Oh ya, aku tau ini telat, tapi...

SELAMAT TAHUN BARU DAN SELAMAT MENEMPUH SEMESTER BARU KAWAN-KAWAN!! =))

Lebih baik telat dari pada nggak sama sekali kan?

Oke, enjoy!;)

#PeaceUp

-----------------------------

When I see your face

There’s not a thing that I would change

Cause your amazing

Just the way you are

And when you smile

The whole world stops and stares for a while

Cause girl you’re amazing

Just the way you are

Kedua kakiku dengan otomatis berhenti tepat di depan kamar Alvaro saat aku mendengar suara merdunya. Aku baru saja dari dapur dan ingin kembali ke kamar, tapi aku tidak sengaja mendengar Alvaro bernyanyi. Entah kenapa, sejak dulu aku selalu suka mendengar suara Alvaro.

Tapi untuk kali ini, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Ada desiran aneh dalam darahku. Sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku meletakan telapak tanganku tepat di dada kiriku. Dan ternyata memang benar. Aku bisa merasakan detak jantungku yang dua kali lebih cepat dari biasanya. Ada apa ini? Hanya karena mendengar suara Alvaro, detak jantungku menjadi semakin cepat seperti ini.

“Kamu lagi ngapain, Ta?” Aku terkejut saat mendengar suara Alvaro yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapanku. Dan sialnya lagi, detak jantungku semakin menjadi saja. Apalagi saat melihat penampilan rumahan khas Alvaro saat ini.

“Eh... Ah... Habis dari dapur.” Jawabku dengan agak salah tingkah. Alvaro mengerutkan dahi bingung. Detik berikutnya Alvaro semakin mendekatkan wajahnya padaku, yang membuatku menahan napas dengan mendadak. Tanpa sadar, kakiku mendur dengan perlahan. Tapi dengan gesit, Alvaro menahan pundakku dengan kedua tangannya. Kening Alvaro pun beradu dengan keningku. Sesaat kemudian ia menarik tubuhnya kembali. Dan saat itulah, aku bisa menghembuskan napas dengan lega.

“Nggak panas kok.” Ujar Alvaro kemudian.

“Ha?”

“Mukamu tadi merah banget, Vita. Aku pikir kamu sakit. Dan ternyata nggak.” Sial! Apa barusan ia bilang? Mukaku merah? Pake banget? Oke, ini tanda bahaya.

“Aku baik-baik aja kok. Udah ah, aku mau istirahat.” Tanpa mendengar sahutan dari Alvaro, aku langsung masuk ke kamar yang aku tempati selama aku berada di rumah Alvaro. Tepat di samping kamar Alvaro.

Keesokan harinya, aku dan Valeria janjian untuk jalan-jalan bareng. Aku sudah siap dengan penampilan kasual khas Revita Pradipta. Kaos merah, celana jeans biru pudar, dan kemeja kotak-kotak hitam-merah tanpa dikancing. Rencananya aku dan Valeria akan keliling mall untuk berbelanja. Tentu saja aku hanya menemani Valeria saja. Aku bukan tipe perempuan yang doyan belanja.

The Same FeelingsWhere stories live. Discover now