16. Deklarasi Perang

Start from the beginning
                                    

"Sialan lo ya!" maki Rio. Samudra hanya cengengesan saja sambil mengangkat jarinya membentuk tanda damai.

Sepertinya sesi introgasi belum selesai, karena kini giliran Via yang mengajukan pertanyaan. "Tapi kok kalo lagi ngumpul, kalian berdua anteng – anteng aja sih?"

"Kan enggak ada juga obrolan yang melibatkan gue sama Rio." jawab Ify sambil mengedikkan bahunya.

Jawaban Ify itu membuat teman – temannya mengangguk untuk membenarkan. Karena ketika mereka berkumpul di meja kantin untuk makan bersama, Rio cenderung lebih banyak ngobrol dengan teman cowoknya. Sedangkan Ify akan sibuk mengobrol dengan Shilla.

"Eh Fy, si Rio kalo sama lo nyebelin nggak?" tanya Alvin tiba – tiba.

"Nyebelin banget." Sahut Ify langsung tanpa berpikir. Membuat Gabriel dan Adrian tertawa ketika melihat wajah masam Rio.

"Dia lebih nyebelin dari gue tau." Ujar Rio sambil melirik sinis pada Ify.

"Dih, elo tuh nyebelin!"

"Rio nih, awalnya doang ya kalo sama Ify sok – sokan keliatan kayak tokoh anime Jepang ya, sok tsunade gitu. Padahal bisa ngeselin juga dia, kayak biasa sama kita – kita." Celetuk Samudra ketika melihat interaksi Rio dan Ify yang sepertinya akan memulai perdebatan.

Rio mengerutkan dahinya. Bingung dengan ucapan Samudra. "Tsunade?"

Samudra mengangguk yakin. "Itu loh yang kalo di anime Jepang. Cowoknya sok dingin – dingin gitu awalnya, ternyata aslinya bisa hangat dan friendly."

"Tsundere bego!" sambar Gabriel. Cowok yang duduk di sebelah Shilla itu lantas mengulurkan tangan dan menoyor kepala temannya itu.

Samudra memegang kepalanya yang habis ditoyor Gabriel. "Loh, udah ganti namanya?"

"Enggak ganti bego. Emang tsundere sebutannya! Tsunade mah hokagenya Konoha. Ngaco aja lo!" ujar Adrian menggelengkan kepalanya.

"Loh, loh, loh? Bukannya Tsunade ini yang temennya Naruto itu ya? Yang diculik sama siluman ular itu?" tanya Samudra, kebingungan.

"Sasuke itu mah!" sahut Alvin geregetan.

"Lo kalo enggak ngerti per-konohaan, mending diem. Kasian gue sama si Naruto kalo denger, resah dia nanti di Konoha!" omel Gabriel.

Rio cuma ngelatin teman – temannya yang sekarang malah sibuk membahas anime Jepang yang tidak terlalu disukai Rio. Dia tahu, cuma enggak tertarik sama sekali untuk membaca komik atau menonton filmnya. Getaran dari dalam saku celana bahannya membuat Rio segera merogoh benda pipih yang ada di sana. Ada satu panggilan masuk dari Mamanya. Dia segera menggeser tanda hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Ya, Ma?"

[Kalian di mana? Kok enggak balik ke meja kita? Jangan ngajakin Ify kabur ya kamu, Rio!]

Rio memejamkan matanya sesaat ketika mendengar tuduhan Mamanya. "Enggak Ma. Ini lagi ngumpul sama temen – temen."

[Sama Ify juga?]

"Iyalah sama Ify juga."

Ify yang mendengar namanya disebut segera menoleh dan menaikkan satu alisnya.  Tanpa suara gadis itu bertanya siapa padanya. Tapi Rio tidak menjawab, hanya menggeleng pelan.

[Kalian balik ke sini sebentar ya, dicariin sama Papa. Mau dikenalin sama rekan bisnis Papa dari Singapura.]

"Iya Ma. Rio tutup telefonnya ya." Setelah mendapat sahutan dari seberang sana, Rio segera memasukkan ponselnya ke dalam saku.

The Heirs (US#1)Where stories live. Discover now