26. Rasa Peduli

860 105 75
                                    

-Cerita ini hanya fiktif belaka, lahir dari pemikiran gue sebagai penulisnya. Para plagiator ingat, karma itu datengnya enggak pake permisi-

***

People fall in love in mysterious ways, Maybe just the touch of a hand—Ed Sheeran "Thinking Out Loud"

***


Alexandrio Adikusumo
Lo sekarang di mana?
Serius balik sendiri? Naik apaan woi?

Pukul 20:00. Belum ada balasan.

Alexandrio Adikusumo
Udah sampe apart?
Woy

Pukul 20:15. Terpantau sama saja. Tidak ada balasan

Alexandrio Adikusumo
Angkat tlp gue
Jangan bikin panik.
Fralyssa, oy!

Pukul 21:00. Masih konsisten. Tidak terbalas.

Alexandrio Adikusumo
Kalo enggak mau angkat tlp gue,
Minimal chat gue dibales, Ify.

 
Itu adalah pesan terakhir yang Rio kirimkan kepada Ify sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menancapkan gas dari mall ke apartemennya. Sekarang sudah pukul 21:45 dan pesannya masih juga belum terbalas.

Rio berdecak kesal. Dia dengan cepat menekan password apartemennya. Mendorong pintu hingga terbuka dan menutupnya asal. Rio berjalan cepat menjauhi pintu. Samar – samar dia masih bisa mendengar bunyi khas pintu tertutup dan terkunci otomatis.

Rio menghentikan langkahnya di area meja makan yang langsung menyambung dengan ruang tengah apartemennya. Bahu Rio turun. Perasaan lega luar biasa melingkupi hatinya.

Hingga sesaat kemudian rasa dongkol mulai merambat masuk. Matanya menyorot kesal pada sosok gadis yang terkapar di atas sofa. Meringkuk tertutup selimut sebatas pinggang dengan napasnya yang naik turun teratur. Menandakan sang empunya raga sudah terbang jauh ke alam mimpi.

Yeuu. Kampret.

Rio udah panik sampai kayak orang kebakaran jenggot. Taunya orang yang dipanikin malah lagi asik tidur. Pantesan aja panggilan maupun pesannya tidak ada yang digubris. Orang anaknya aja udah wasalam begitu.

Helaan napas panjang keluar dari mulut Rio. Dia akhirnya berjalan mendekat ke arah Ify. Berdiri dengan meja yang menjadi sekat mereka. Mata Rio melirik ke arah meja yang keadaannya jauh lebih manusiawi dibanding tadi sore yang kayak kena tornado.

Bola mata Rio mengamati setumpuk kertas HVS yang ditempeli sticky notes di bagian atasnya. Kepalanya dimiringkan sedikit untuk membaca tulisan yang tertera di sana. 

Oh, hanya list tugas yang sudah selesai dikerjakan Ify.

Sekarang fokusnya berganti pada kertas folio yang masih terbuka dengan pulpen di atasnya. Tergeletak begitu saja di depan iPad yang bersandar pada casenya. Rio membaca kalimat yang terpenggal di sana. Belum selesai ditulis. Sepertinya Ify sudah menyerah duluan untuk melanjutkan tugas sejarahnya itu.

Dia mengesah panjang lagi sebelum kemudian berjongkok untuk merapikan beberapa kertas dan pena yang berserakan di atas meja. Melipat kertas folio, menutup iPad yang terbuka dan meletakkannya bersisian dengan tumpukkan kertas Ify yang lainnya.

Setelahnya, Rio bergerak mendekati sofa. Berjongkok dengan satu kaki bertumpu pada lantai. Berhadapan langsung dengan Ify yang tertidur dengan satu tangan terjulur ke luar sofa.

Telapak tangan gadis itu terbuka. Seperti habis memegang sesuatu. Dan sepertinya sesuatu itu sudah lepas dari genggaman tangan Ify. Rio menunduk sedikit dan menemukan ponsel Ify yang tergeletak di atas karpet. Dia memungut benda itu, menekan tombol kunci agar ponsel itu menyala.

The Heirs (US#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang