16. Deklarasi Perang

Börja om från början
                                    

"Haduh banyak tingkah deh lo, Sam. Pertanyaan kita tuh masih banyak tau!" sela Shilla. Dia lantas mengambil alih peran Samudra untuk mengintrogasi Rio. "Enggak penting deh lo udah tau dari kapan, yang jelas tuh kenapa lo enggak ngasih tau ke kita – kita?!"

Rio menoleh pada Ify yang masih dengan tenang duduk sambil bersedekap di sebelahnya. Mungkin karena merasa diperhatikan, Ify jadi menoleh ke arahnya. Pandangan mereka bertemu, dengan Ify yang mengangkat satu alisnya, tanda bertanya. Rio mengedikkan dagunya sekilas ke arah Shilla. Sebagai isyarat agar Ify menjawab pertanyaan yang tadi dilontarkan Shilla. Rio tahu Ify menangkap maksudnya, karena dia bisa melihat kepala Ify mengangguk. Tapi bukannya menjawab pertanyaan Shilla, gadis itu malah mengangkat satu tangannya. Mempersilakan Rio untuk kembali meladenin pertanyaan itu. Rio mendengus malas.

Tidak membantu sekali ya cewek satu ini!

"Heh, lo berdua! Jangan malah pada komunikasi pake bahasa kalbu, lo kata lagunya Titi DJ!" omel Samudra. Sudah gemas sekali dia melihat interaksi Rio dan Ify yang dari tadi bertukar pandang sambil melotot satu sama lain.

"Gue mau ngasih tau tadinya, tapi sama dia enggak boleh tuh." Jawab Rio sambil menggerakkan dagunya pada Ify. Ify berdecak sambil melirik sebal pada Rio. 

"Kenapa enggak boleh sih, Fy?" tanya Shilla dengan gemas. "Gue kan maluu habis ngomongin Ryan Atmadja di depan anaknya!" terusnya sambil cemberut.

"Tau nih Ify, kita kan jadi terkejut! Untung gue enggak jantungan! Belum pengen mati muda gue!" celoteh Samudra sambil memegangi dadanya.

"Lebay banget lo!" komentar Alvin. Samudra hanya mencibir ke arah cowok itu.

Ify hanya tersenyum kecil mendengarnya. "Biar enggak heboh aja sih sebenernya. Males gue kalo sampe harus dilabrak sama fansnya dia." Tunjuk Ify pada Rio.

"Dibilang gue enggak punya fans!" protes Rio.

"Itu si Dara kan fans lo! Ogah gue dilabrak lagi sama dia." Balas Ify tidak mau kalah.

"Tapi bukan fans!"

"Ya elah malah berantem! Udah woy!" sela Gabriel. "Ini kita belum selesai tanya – tanyanya. Lanjut, Shill, Sam." Lanjutnya.

Rio mendengus, ini ceritanya Shilla dan Samudra sedang dijadikan juru bicara oleh teman – temannya ya?

"Masa alesannya karena itu doang, Fy?" tanya Samudra.

"Enggak juga sih," Jawab Ify. "Gue kira tuh, setelah pengumuman kabar pertunangan itu, bokap gue atau bokap Rio bakal langsung sebut nama gue besoknya. Mana gue tau kalo ternyata malah dirahasiakan sampai hari ini."

"Setidaknya boleh dong, Fy, kalo ngasih taunya ke kita – kita doang. Aman tau kalo sama kita mah." Ujar Samudra.

"Kata Shilla, mulut lo kayak kaleng rombeng, Sam. Nanti satu sekolah bisa langsung tau, heboh juga jadinya." Sahut Ify dengan santai.

Samudra menoleh cepat pada Shilla. "Wah, yang gini – gini nih bukan temen! Fitnah banget lo! Shill, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan loh!"

"Eh gue enggak fitnah, fakta ini tuh! Mulut lo kan emang rombeng!" elak Shilla. "Siapa coba yang ngebocorin ke kita kalo Rio bakal tunangan?"

"Gue sih..." Cicit Samudra.

"Kan! Bener dong kalo mulut lo rombeng!"

"Ya enggak juga! Gue mah rombeng buat Rio doang. Kalo buat neng Ify mah, mulut ini seperti botol aqua yang tersegel rapat!"

Rio yang mendengar itu lantas mendelik kesal. "Wah kurang ajar ya emang lo! Temen gue bukan sih lo?!"

"Temen dong." Sahut Samudra sambil cengengesan. "Tapi kan membocorkan rahasia lo termasuk tugas dan tanggung jawab gue, Yo." Lanjutnya sambil menepuk – nepuk dadanya.

The Heirs (US#1)Där berättelser lever. Upptäck nu