Part 22

15.4K 1.3K 63
                                    


Suasana berubah menjadi penuh ketegangan. Dua orang dengan kepribadian yang berbeda, tengah beradu pandang di depan sana.
Mew dan Kakek nya atau Tuan Jongcheveevat.

Tak lama setelah sang kakek berteriak memanggil Mew dan membanting segala benda yang berada di dekat nya. Salah satu maid dirumah itu segera menaiki lift menuju lantai 5. Tempat mereka semua tengah berkumpul dan menikmati waktu untuk bermain.

Tentu saja, hal itu membuat Mew merasa sangat terganggu. Dengan raut kesal di wajah nya. Ia keluar sendiri meninggalkan kekasih dan teman-teman nya.

Tapi, bukanlah Gulf apabila tidak keras kepala. Tentu saja ia berlari keluar dan merengek pada Mew untuk mengizinkannya ikut. Bukan karena apa-apa. Hanya saja, saat ia tahu bahwa orang yang tengah mencari Mew adalah kakek nya, Tuan Jongcheveevat. Rasa kekhawatiran Gulf kembali, bahkan semakin kuat.

"Apa maksut mu? Apa maksut semua ini Mew!" Tuan Jongcheveevat melempar sebuah majalah khusus kehadapan Mew. Gulf berdiri tepat dibelakang Mew.

Mew melirik kearah majalah tersebut. Ia tersenyum sinis saat melihat nya. Karena memang ini semua lah yang ia inginkan sejak lama.

"Aku tidak salah bukan? Aku hanya memberitahu mereka apa yang aku ketahui selama ini" sanggah Mew dengan tenang sembari melonggarkan dasi yang masih terikat di leher nya.

"Kau! Kau ingin apa? Kau ingin menyingkirkan ku? Atau kau ingin balas dendam padaku? dengan cara sampah mu seperti ini?!" Sarkah Tuan Jongcheveevat sambil menunjuk majalah yang semula ia lempar. Air muka nya terlihat semakin memerah.

"Ohhh,aku tahu. Kau melakukan ini semua karena Jalang mu itu buk--"

"CUKUP KAKEK!"

"Apa? Aku tidak salah bukan? Karena memang dia adalah Jalang mu!" Tuan Jongcheveevat menunjuk kearah Gulf. Gulf menatap Tuan Jongcheveevat dengan hangat. Ia tidak ingin memperburuk suasana. Ia ingin kakek nya Mew mengatakan apa yang ingin ia katakan tentang dirinya ataupun kekesalan nya terhadap Mew.

"Ini semua tidak ada hubungan nya dengan Gulf! Gulf tidak bersalah! Kakek ingat itu!"
Mew menarik tangan Gulf, sehingga Gulf berdiri tepat disamping nya saat ini.

"Lihat...bahkan kau berterus terang membela nya dihadapan ku"

"Aku membela nya karena memang Gulf tidak bersalah!"
Gulf mengusap pelan genggaman tangan Mew yang mulai mengepal sangat kencang.

Bahkan saat ini Gulf tengah berusaha menahan air mata nya. Bukan karena ia cengeng atau lainnya. Ia, hanya merasa kalau ini semua terjadi karena dirinya.

Mew melirik kearah Gulf. Ia menatap kedua manik mata Gulf yang dipenuhi cairan bening yang siap jatuh. Tapi, tatapan khawatir Mew dibalas dengan senyuman manis Gulf. Dan Gulf  semakin mengusap pelan punggung tangan Mew.

'aku tidak apa phi'  - ucap Gulf tanpa suara.

Gulf memalingkan pandangan nya kearah Tuan Jongcheveevat. Ia rasa, ia harus melakukan sesuatu juga untuk Mew. Karena Mew telah melindungi nya selama ini. Dan kini giliran dirinya yang harus melindungi Mew.

"Kek, maafkan aku dan jug--"

"Aku bahkan tidak sudi kau panggil kakek"

Gulf tersenyum. "Maaf. Maksut saya, Tuan Jongcheveevat. Saya ingin mengatakan bahwa saya dengan sungguh meminta maaf. Mungkin memang benar apa yang dikatakan anda. Tapi, say tidak akan mengela. Karena itu semua percuma, dan anda juga tidak akan percaya dengan saya"

Dengan berat hati, Gulf menggenggam tangan Mew begitu erat. Dengan air mata yang tidak dapat ia bendung lagi. Mew ingin sekali memeluk kekasih nya ini. Tapi...

You Are MineWhere stories live. Discover now