DG | 1

7.1K 721 84
                                    

Jangan lupa vote dan koment

Happy reading !

"Pada akhirnya orang terdekat lebih berbahaya dari orang asing"

.

.

.

Kamis,23 Juli 2016

"Ana sayang," panggil wanita paruh baya kepada anaknya yang masih berusia 12 tahun. Anaknya yang sepertinya masih belajar langsung membukakan pintunya yang memang tidak terkunci.

"Ada apa bunda?,"tanyanya. Tapi dia heran, tumben sekali bundanya masuk ke kamarnya dengan mengetuk pintu. Biasanya bundanya langsung nyelonong masuk ke kamar anaknya walau berujung Ana mengomel panjang lebar.

"Bunda mau pergi, kamu jangan nakal ya,"ucap Bundanya dengan nada sendu.

"Bunda mau kerja lagi?"

"Kan bunda baru pulang dua hari lalu, kok mau pergi lagi?,"tanya nya dengan nada kecewa.

"Bukan sayang,"jawab bundanya sesekali mengusap kepala nya lembut.

"Nanti kamu akan mengerti,"jawabnya lagi. Ana dengan otak lugunya hanya berfikir kalau bundanya akan pergi jauh lagi seperti dulu.

"Emang bunda sekarang mau kemana?,"tanya nya.

"Kamu lagi ngapain?,"tanya bundanya mengalihkan pembicaraan. Ana yang melihat bundanya mengalihkan pembicaraan hanya mengembuskan nafasnya kasar. Selalu seperti ini.

"Aku lagi bantuin Kak Citra buat struktur organisasi OSIS bun,"jawabnya memperlihatkan isi laptopnya. Bunda hanya mengangguk melihat tugas anaknya.

"Kamu jangan keseringan ngerjain tugas sampe malem ya nak,"peringatnya kepda anaknya yang selalu kekurangan tidur sehingga membuat bawah matanya hitam.

"Iya bundaku sayang,"senyumnya yang menular ke wajah cantik bundanya.

  Kalau dilihat lebih teliti,wajah mereka berdua tidaklah mirip. Tapi karena bola matanya yang berwarna sama membuat mereka terlihat mirip. Banyak yang mengira kalau Ana mengikuti wajah ayahnya. Mereka terlihat mirip karna sekilas wajahnya kalau diamati lebih jelas terlihat seperti Ana versi ceweknya dan ayahnya versi cowonya. Namun karena tertutupi kumis dan rambut putihnya, membuat tidak terlalu mirip.

"Yuk kita tidur bareng,"ajak bundanya tiba tiba.

"Ayah gimana? tunggu ayah aja ya bunda,"ucapnya yang membuat Bundanya bergerak gelisah. Gelagatnya dilihat dengan baik oleh Ana.

"Kita tidur duluan aja ya, ntar kalau ada ayah kamu. Pasti bunda ga leluasa meluk bayi kecil bunda,"Jawab bunda nya dengan gelagat yang aneh. Ana yang mengerti kalau hubungan bundanya dan ayahnya sedang buruk hanya mengangguk pasrah. Paling besok baikan lagi kayak kemarin kemarin, pikirnya.

"Yaudah yuk bunda, Ana udah ngantuk,"cengirnya.Bunda langsung mematikan lampu kamarnya dan mengunci pintunya. Ana hanya mengernyit heran melihat bundanya mengunci pintu kamarnya. Mungkin masalahnya besar, batinnya.

"Sini bunda peluk,"segera Ana memeluk erat bunda nya. Ia dapat merasakan detak jantung bundanya yang seperti orang takut.

"Ana sayang bunda"

Ia bisa melihat air mata yang jatuh dari mata cantik bundanya. Walau dengan kondisi kamar yang gelap, ia bersyukur di anugrahi mata yang tajam oleh tuhan. Ana yang melihat bundanya menangis langsung memeluk erat bundanya.

Sayup sayup dia mendengar ucapan dari bundanya. Ia yang sudah sangat mengantuk langsung tertidur dipelukan bundanya.

"Bunda harap kamu bahagia dengan ayah kamu sayang,"ucapnya parau.

Dan mereka berdua pun langsung tidur dengan berpelukan.

.

.

"Saya sudah memutuskan kalau Ana lebih baik ikut dengan kamu,"ucap wanita dengan koper ditangannya. Ia menatap orang yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.

"Pilihan yang bagus,"jawabnya santai.

"Saya harap kamu bisa membahagiakan nya,"ucapnya lagi.

"Tentu."

"Saya bukan kamu yang suka meninggalkan nya kerja jauh,"jawabnya dengan kata sinis.

"Oleh sebab itu saya menyerahkan hak asuh Ana ke kamu.cSaya rasa Ana akan lebih kehilangan sosok ayah karena kamu lebih sering bersama nya,"jawab wanita itu dengan air mata yang sudah mulai jatuh ke pipi tirusnya.

"Baik, jadi kamu sudah membicarakan ini dengan Ana?,"tanya Andra,ayah Ana.

Melihat istrinya yang diam saja langsung membuatnya menyeringai sinis.

"Melihat mu diam saja membuat ku ingat kejadian 12 tahun lalu,"sinisnya yang langsung membuat tubuh istrinya tersentak.

"Takut?"tanya nya lagi.

"Kamu selalu menggunakan alasan itu untuk lari dari masalah Erna."

"AKU TIDAK LARI DARI MASALAH ANDRA,"teriaknya marah.

"ITU BUKAN AKU YANG SALAH."

"Jadi aku yang salah?,"tanya Andra geram.

"Mabuk?, Club?,"ucapnya lagi dengan nada sinis.

"Akh sudahlah. Surat penceraian akan ku urus,"potong Erna, bunda Ana.

"Aku akan berangkat,btolong jaga Ana"ucapnya dan berlalu pergi dari hadapan suaminya.

"Tentu saja."

"Ana yang manis akan membuatku betah,"jawabnya kata kata yang terkesan ambigu.

Tanpa disadari ada anak berusia 12 tahun yang menatapnya datar dari atas.

"Jadi bunda dan ayah cerai ya?,"paraunya.

"Bahkan bunda pergi tanpa pamitan dengan ku,"Teriaknya dengan penuh amarah.

Andra yang mendengar teriakan anaknya langsung berlari keatas untuk menenangkannya.

"Sayang,"panggilnya lembut.

"Ayah hiks.. bunda,"tanya nya dengan mata yang berlinang air mata.

"Kemari sayang"ucap ayahnya yang langsung menarik Ana ke pelukannya.

"Ana jangan nangis ya,vkan ada Ayah"jawabnya tersenyum misterus.

"Ana sayang ayah"

"Ayah lebih sayang kamu my lovely,"jawab ayahnya dengan menenggelamkan kepalanya keleher anaknya.

"A-ayah"ucapnya geli merasakan lehernya di cium oleh ayahnya.

"Stt ayah sayang kamu,"tenang ayahnya dan membawa tubuhnya masuk ke kamarnya.

Dan, pada hari itu juga adalah hari terburuk Ana.







TBC.

Jangan lupa vote nya kawan.

See you..

revisi : 24.7.21

16.12.20

Exploring Dad's Novel Where stories live. Discover now