Part 4

660 10 3
                                    

Si lelaki fotografer yang biasanya hanya memosting kegiatan buat kopi dan merawat tanaman di kamarnya, kini mulai bergerak ke bagian luar rumah. Tampak dalam story video sebuah pohon rindang di bawah panasnya matahari.

Lelaki itu, mulai menampakkan dirinya lewat bayangan pada tembok rumahnya. Kadang dirinya juga memotret langit. Dia belum juga mau menampakkan dirinya.

Di video berikutnya tampak si lelaki mengabadikan momen dengan buku. Hanya tangannya saja yang tampak karena harus membuka buku. Namun, dirinya hanya fokus pada pengambilan video saja, bukan pada isi buku yang ada. Dia tidak membagikan apa manfaat dari buku yang dirinya baca.

Dia lagi-lagi membuka sesi tanya jawab dengan followernya. Baru beberapa menit saja sudah banyak pertanyaan yang tertera.

"Stay privat itu kok keren banget ya?" tanya seseorang dalam sebuah stiker pertanyaan.

***

Dea mengikuti kajian di sebuah masjid. Ia turut mengajak Tari walaupun tadinya perempuan itu banyak alasan tidak mau datang.

"Aku takut datang tamu bulanan, kan bahaya di masjid."

"Kamu baru aja mandi seminggu lalu. Jangan suka ngibul kamu!"

Alhasil kedua perempuan itu berada di masjid mengikuti kajian. Kajian itu diikuti oleh akhwat dan ikhwan, hanya saja tempat duduk mereka dibatasi.

Sebelum acara dimulai, para pengikut kajian sudah mengeluarkan ponselnya untuk merekam video atau mengambil foto. Mereka mendadak menjelma layak wartawan. Bahkan, ada yang mengambil video sejak persiapan mereka datang ke sana hingga acara selesai. Hal-hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan di zaman sekarang.

Yahya ternyata dipercayai sebagai moderator di sana. Dea sama sekali tidak menduganya.

"Apa dia sudah berubah?" gumam Dea.

Dea mengambil buku catatan kecil dan sebuah pulpen. Dirinya mencatat setiap poin-poin materi yang disampaikan. Ponselnya juga ia nyalakan untuk merekam audio agar nanti di rumah bisa ia ulang kembali.

Sementara di sana, banyak yang merekam video tapi bukan fokus pada kajian, malah merekam diri dan sekitar agar orang-orang tahu mereka sedang ikut kajian.

Dea ragu antara bisa percaya atau tidak. Yahya menjelma sebagai seseorang yang begitu pandai, mudah berbaur dengan orang-orang, dan bisa membuat suasana kajian lebih kondusif. Dirinya terlihat begitu percaya diri dan begitu dewasa.

"MasyaAllah tabarakallah. Benar sekali apa yang Ustaz sampaikan barusan. Bahwasanya kita sebagai pemuda ini harus bisa menahan diri dari hawa nafsu. Harus bisa menjaga jarak dari lawan jenis."

"Tapi ... Yahya suka menghubungiku berkali-kali." desis Dea yang tidak puas hati.

"Kenapa Dea?" tanya Tari setengah berbisik karena ada yang tidak beres dengan teman di sebelahnya.

"Nggak papa."

Mereka kembali mendengarkan kajian hingga berakhir.

Satu jam mengikuti kajian, postingan di story Tari sudah sepanjang rel kereta api. Apapun ia bagikan. Mulai dari foto dirinya bersama outfit andalannya, foto masjid, video selama kajian berlangsung yang ditambahi dengan musik-musik, dan sebagainya.

Dea yang baru selesai berbenah diri sepulang kajian, mendadak geleng-geleng kepala sebagai salah satu penonton story Tari.

"Apa-apa posting teros!!!"

Dea menggeser layar ke sebelah kanan, tidak mau melihat cerita Tari sampai habis. Toh, dia sudah bisa memprediksi apa yang ada di cerita selanjutnya. Pasti perjalanan pulangnya, sepatunya, siapa yang ditemui, semua Tari posting.

Dea, kamu harus lihat postingan aku di-notice sama gus Yahya! Sampe di-repost segala! Baik banget orangnya ternyata.

Dea menghela napas ketika tiba-tiba mendapat WhatsApp dari Tari.

"Barusan sudah ikut kajian menjaga jarak dari lawan jenis, tapi sekarang malah repost-repost segala!" dengus Dea.

Namun, walaupun begitu, Dea tetaplah Dea yang tidak mau mati penasaran. Ia mencari akun Yahya karena penasaran akan apa yang dikatakan Tari barusan.

Benar, banyak sekali postingan dari akhwat yang Yahya repost.

"Nggak, nggak! Kamu nggak berhak menilai orang lain, Dea. Barangkali Yahya memang ingin membagikan postingan itu agar lebih banyak lagi orang yang mau ikut kajian." Dea tidak mau suudzon pada Yahya dalam hal ini. Isi hati manusia hanya Allah yang tahu.

Tugas Dea adalah menjauhi dosa, itu saja. Dirinya tidak berani menilai orang lain begitu saja.

Dea meninggalkan akun Yahya. Dirinya menggulir ponsel kembali untuk mengusir kebosanan di sore itu. Ayah dan ibunya belum pulang dari resepsi di kampung halaman ibunya.

Dea terkesiap ketika melihat postingan dari orang lainnya dengan masjid yang sama tempat dirinya mengikuti kajian tadi.

Akun itu, akun lelaki yang suka memberikan Dea tamparan. Akun yang sering membuat Dea tersadar betapa sempitnya dunia ini. Sebuah tulisan dengan latar belakang masjid itu, Dea baca dengan seksama.

Bahsiirah

Alhamdulillah kajian hari ini luar biasa. Kajian yang dibawakan oleh al-mukarram kita.

Sebuah renungan bagi kita bahwasanya menjaga hawa nafsu itu sangat penting.  Sebagai manusia, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa menundukkan pandangan. Karena kalau salah satunya saja yang menundukkan pandangan sementara yang lainnya jelalatan, maka tidak akan berhasil.

Maka mari berjuang, jangan biarkan diri kita ternodai. Kembalilah ke jalan Allah, kita masih Allah berikan kesempatan!

قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَا رِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا يَصْنَـعُوْنَ

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

(Q.S An-Nur ayat 30)

Dea jadinya semakin penasaran dengan di pemilik akun itu. Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh.

"By the way, dia orangnya yang mana ya?"

"Dia siapa?"

Suara itu membuat Dea seketika menoleh.

"Eh, Ayah sudah pulang? Kok Dea nggak dengar salam?" Dea beralibi.

"Udah dari tadi, kamu sih asik HP teroooos!!!" malah ibunya yang menjawab.

Dea mendadak lari ke belakang karena ternyata dia lupa mencuci piring. Setelah Zuhur tadi buru-buru ke kajian. Sebelum ibunya mengatainya macam-macam, maka Dea segera bertindak.

"Jadi dari tadi kamu ngapain aja nggak cuci piring? Jemuran juga nggak diangkat. Astaghfirullah Dea!!!"

"Sabar Dea, sabar. Anggap aja ini simulasi sebelum menghadapi mertua."

***

Assalamu'alaikum teman-teman!
Udah lama nggak bersua.
Semoga kalian masih betah ya dengan cerita ini.

Mohon maaf kelamaan karena lagi banyak kesibukan akhir-akhir ini.

Post: 18 Juni 2022

bintkariim

Pendosa BerhijabHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin