Prologue

1.8K 35 27
                                    

Menutup aurat sudah menjadi hal wajib bagi muslim dan muslimah. Sebagai muslim yang taat beragama, setiap manusia harus menjunjung tinggi kewajiban itu. Tak terkecuali Dea, gadis berusia dua puluh tahun itu selalu menggunakan kerudung dan menutup aurat kemanapun ia pergi.

Hidup dari keluarga religius membuat gaya hidup gadis itu penuh akan nuansa islami. Orang tuanya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Apalagi ayah Dea merupakan seorang da'i kondang ke kampung-kampung untuk mensyiarkan Islam.

Dea sudah lulus SMA semenjak dua tahun lalu. Setelah lulus, ia juga pernah mondok di salah satu pesantren. Namun sayang, karena sering dikabarkan sakit-sakitan makanya ia pulang dan tinggal bersama orang tuanya kembali.

Gadis itu memiliki paras yang lumayan, bahkan ketika ia masih sekolah banyak sekali para lelaki yang secara terang-terangan menyatakan perasaan terhadap Dea, tapi gadis itu mampu mengendalikan diri untuk tidak terjerumus ke dalamnya. Ayahnya selalu mengingatkan akan tidak bagusnya berpacaran, apalagi itu dilarang dalam Islam.

Tinggal di rumah, tentu saja tidak memiliki banyak kegiatan, berbeda dengan ketika ia mondok. Di sana ia akan ditemani oleh hafalan, pengajian kitab, tadarusan, salat berjamaah, juga berbagai kegiatan lainnya. Bahkan waktu yang sudah ada rasanya tidak cukup.

Namun, berbeda dengan di rumah, ia cenderung tidak ada kesibukan. Hanya menolong ibunya memasak dan membersihkan rumah. Juga mencuci pakaian dua hari sekali. Hal itu membuatnya bosan.

Dea meminta pada orang tuanya untuk dibelikan ponsel baru. Orang tuanya sampai harus berselisih paham karena ayahnya tidak setuju.

"Kan Dea sudah besar, pasti ia bisa jaga diri," ujar sang ibu di suatu malam. Ibu sudah tidak sanggup lagi melihat Dea yang terus merengek minta dibelikan ponsel baru.

"Abi tidak mau Dea sampai lalai,"

"Lalai apanya? kalau Abi tidak mau ya sudah! lagian, apa Abi mau punya anak yang gagap teknologi?" ibu langsung menutup obrolan lalu memilih tidur.

Sang ayah yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar. Bukan dirinya pelit, tetapi ia tidak mau anaknya mengenal dunia luar yang nyatanya begitu liar.

***

Semoga berkenan untuk membaca

Follow me bintkariim

Pendosa BerhijabWhere stories live. Discover now