Part 7

426 6 1
                                    

Usai dengan aktivitas pagi, Dea memainkan ponselnya untuk sekadar mengecek notifikasi. Walaupun dirinya sadar hampir tidak ada orang yang menghubungi dirinya. Akan tetapi seperti sudah menjadi rutinitas wajib, mengecek ponsel setelah ditinggal berjam-jam.

Setelah membuka WhatsApp tidak menemukan apa-apa selain pesan di grup yang makin hari makin menumpuk. Dea akhirnya membuka Instagram. Dirinya mencari postingan yang dulu sempat ia simpan.

Baik foto maupun video, semua yang menarik Dea simpan. Bahkan dirinya membuat nama koleksi agar hasilnya tertata rapi dan memudahkan Dea mencarinya ketika suatu saat ia butuh. Mulai dari dakwah, pendidikan, pakaian syar'i, dan lain-lain. Koleksi yang diberi nama 'fotografi' sungguh menyita atensinya.

Postingan di fotografi didominasi oleh video dan foto si lelaki fotografer yang pernah Dea kenal. Lelaki itu, dari liat negeri. Yang suatu hari pernah Dea tegur dan si lelaki meminta Dea untuk tidak mengikuti akun dirinya jika memang tidak suka.

Penasaran, ia mengklik akun tersebut untuk melihat postingan terbarunya. Terhitung sekitar tiga bulan Dea meninggalkan akun tersebut. Dea jadi penasaran dengan cerita instagram yang dibuat bahkan sepanjang rel kereta api setiap harinya.

Begitu kagetnya Dea, ketika menemukan perubahan drastis dari akun tersebut. Rasanya seperti menemukan akun orang lain.

Di bio, sudah ada namanya. Daar Kashi. Followernya bertambah pesat. Postingannya sekarang sudah lebih religius. Dea tau dari awal, lelaki itu memang seorang muslim. Namun, tidak pernah dia memposting sesuatu yang berbau religi. Hanya pada hari raya saja dirinya sempat membuat story. Dari sana Dea bisa mengetahui. Lagipula, di negaranya mayoritas muslim.

Biasanya, lagu-lagu estetik menjadi backsound postingannya. Namun sekarang, justru nasyid maupun murottal Al-Quran menjadi pengiring setiap videonya.

Kashi juga membuat daily activities versi syar'i di postingannya. Mulai dari dirinya bangun, berwudu, membentang sajadah, membaca Al-Quran, belajar, bahkan sampai salat Dhuha.

Ruangan kamar yang selama ini sempat Dea kagumi, kini telah bisa Dea jelajahi. Ternyata, tidak seluas yang selama ini Dea bayangkan. Semua ketahuan ketika Kashi membagikan video renovasi kamarnya. Ia memperlihatkan seisi kamar secara keseluruhan. Dulunya, hanya beberapa sisi saja.

"Ini the real fotografer sih. Bisa bikin semuanya jadi epic." gumam Dea dengan mata berbinar. Lemari pakaian, Laci, rak buku, semua berbahan kayu. Ditambah dengan lukisan-lukisan abstrak yang Dea tahu dibeli di IKEA.

Dea menggulir layar ponselnya ke bawah lagi. Postingan demi postingan dijamah. Si lelaki, memposting bertemakan vlog hari Jum'at. Semua kegiatannya berangkat menunaikan salat Jum'at di masjid ia bagikan. Bahkan dirinya juga tanpa sungkan menampilkan wajahnya ketika memakai sunscreen. Wajah yang selama ini membuat followernya penasaran, termasuk Dea.

"Oh ini orang yang bikin aku penasaran selama ini?" Dea memperhatikan rambutnya yang sedikit ikal, mata indah, dan ditumbuhi kumis tipis. Lelaki itu mengenakan jubah putih. Serban kotak-kotak hitam putih ia lilitkan ke kepalanya.

Dea jadinya kepikiran, apa yang membuat si lelaki fotografer itu berubah. Mustahil itu karena balasan Dea kan? Yang meminta fotografer itu membagikan hal positif.

Dea selama ini terlalu berburuk sangka. Bahkan, ketika perayaan Halloween beberapa waktu lalu, Dea sempat mengira bahwa Kashi ikut merayakannya. Selama ini tontonan yang Kashi tampilkan adalah dari perfilman Barat. Tidak ada unsur islaminya sama sekali, selain subtitel di film bertuliskan bahasa Arab.

Dea berlari ke story, ia menemukan video yang dibagikan beberapa menit lalu. Tampak playlist di laptop Kashi dipenuhi nasyid.

"Dia udah berubah sejauh ini. Sedangkan aku hanya jadi penonton dan pengkritik."

Pendosa BerhijabWhere stories live. Discover now