Tak Kenal Maka Kenalanlah!

582 77 10
                                    

Seokjin masih merepet tentang betapa manisnya Park Jimin. Tentu saja dengan sisipan 'Aku sungguh terpikat padanya' sebanyak puluhan kali. Jungkook yang mendengarnya setengah hati tak menggubris cerita Seokjin sama sekali. Sebab, ia yakin, sebentar lagi Seokjin akan patah hati dan pindah ke hati pria muda lainnya.

"Jeon, kali ini aku serius! Semua gebetanku sebelumnya tak ada yang semanis Jiminie!"

"Jadi sekarang sudah punya panggilan mesra untuknya?" Jungkook bertanya sambil lalu tanpa melepaskan pandangan dari semua catatan pemasukan dan pengeluaran cafe minggu ini. Ia memang bertanggung jawab untuk hal keuangan sementara Seokjin mengurus menu dan daftar keperluan barang di cafe.

"Iya dong. Kan dia spesial untukku jadi aku tidak mau memanggilnya seperti yang lain. Tapi ngomong-ngomong, kau sudah ketemu orangnya, kan?"

"Hm."

"Kau panggil dia apa? Park Jimin atau Jimin? Jangan pakai Jiminie ya karena itu trademark dariku!"

"Hei, kau."

"Apa?"

"Aku panggil dia 'Hei, kau'. Itu saja." Jungkook menutup mulutnya lalu membukanya lagi. "Oh, aku sebenarnya bilang 'Hei, kau. Ke sini'. Sudah itu saja."

"Benar-benar tidak bisa dipercaya, Jeon. Kemampuan bersosialisasimu seperti kemampuan Bahasa Jermanku."

"Kau tidak bisa Bahasa Jerman."

"Benar sekali," ucap Seokjin sambil mendecakkan lidah dan membuat tanda menembak dengan jarinya ke arah Jungkook.

Tok tok tok!

"Masuk," sahut Jungkook saat mendengar seseorang mengetuk pintunya. Jungkook mengerutkan alis sementara Seokjin menyatukan jemarinya sambil terbelalak senang melihat subyek diskusi mereka memasuki ruangan Jungkook.

"Omo! Jiminie, kejutan yang menyenangkan melihatmu di sini!" 

"Hai, Seokjin Hyung." Jimin menyapa Seokjin namun sesekali melirik ke arah Jungkook.

"Ya?" Jungkook bertanya singkat.

"Anu...itu, Tuan Jeon. Aku...apa namanya itu?"

"Mana kutahu."

"Sopanlah sedikit, Jeon. Nanti Jiminie takut padamu kalau begitu. Nah, Jiminie, coba bilang ada perlu denganku?"

"Eh? Tidak, Hyung. Anu...perlunya dengan Tuan Jeon."

Sudut-sudut bibir Jungkook agak berkedut ingin menertawakan Seokjin namun ia tahan. 

"Ada perlu apa denganku?"

Jimin tak langsung menjawab. Ia sedikit melirik ke arah Seokjin dan Jungkook menangkap kodenya.

"Kau keluar dulu, Jin."

"Heee? Aku diusir? Aku tidak percaya, Jeon! Setelah sekian lama kita bersahabat!"

Jungkook bangun dari kursinya dan menggiring Seokjin ke luar tanpa mempedulikan protesnya.

"Jin sudah di luar. Bilang saja ada perlu apa."

Jimin merasa semakin gugup berada di ruangan yang sama dengan bosnya ini. Berdua saja. Bagaimana kalau tiba-tiba....?

"Kenapa mukamu merah? Sakit? Mau izin tidak masuk besok?"

"Bukan bukan, Tuan. Saya sehat kok." Jimin sedikit berdeham untuk melegakan tenggorokannya. "Ehm, ini untuk Anda, Tuan Jeon. Semoga Anda suka." 

Jimin meletakkan sebuah kotak kecil dan satu gelas karton berisi kopi. Jungkook menatap barang-barang tersebut lalu menatap Jimin dengan raut wajah tak tertebak.

Ujung-UjungnyaWhere stories live. Discover now