-Indonesia-

83 7 0
                                    

"Di Hina Karena Hitam? Ingat Bilal Bin Rabbah Lebih Mulia Dari Orang Berkulit Putih"

-Riripuspita-

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

Berbalik dengan keadaan di Indonesia, saat ini Erina sang sahabat sedang berada di sebuah kafe dimana dia ingin ketemuan dengan seseorang, tapi Erina tidak sendirian ada keponakannya yang menemani agar tidak terjadi fitnah.

"Maaf lama," ucap orang itu.

"Ah iya gapapa, silahkan duduk." kata Erina mempersilahkan orang tersebut duduk.

"Ada apa ngajak saya ketemuan?" tanya Erina penasaran, sebab tidak biasanya orang itu ngajak  ketemuan, pasti ada hal serius yang akan dia sampaikan.

"Ekhem jadi gini, kamu sahabat nya Ayna kan?" tanya orang tersebut.

"Hmm iya bener, kenapa?" tanya Erina tidak sabaran.

"Oke, saya minta kamu rahasiakan ini dahulu dari Ayna, dan saya mau minta tolong sama kamu bilang sama orang tuanya, bahwa ada seorang pria yang InsyaAllah akan mengkitbah putrinya." ujarnya menjelaskan panjang lebar.

Erina yang syok langsung melongo tidak percaya, orang ini yang akan mengkitbah Ayna?! MasyaAllah banget nasib si Alya.

"Hah! Anda jangan bercanda ya!" ujar Erina sedikit mengeraskan suaranya.

"Hm saya serius." ucapnya dengan nada mengintimidasi.

"Eh it, itu, aishhh kaget loh saya." ucap Erina sambil mengelus dadanya.

"Jadi kamu teh serius nak kitbah Ayna?" tanya ulang Erina sambil  meminum minumannya.

"Iya." tiga kata tanpa ada ragu sedikitpun terlontar dimulut orang itu.

"Oke baiklah, saya akan jaga rahasia ini dari si Ayna,"

"Eh tapi, kok bisa? Sejak kapan?" tanya Erina penasaran.

"Udah lama," jawabnya singkat.

"Iya kok bisa? Maksudnya kok bisa gitu loh, kan secara anda kan cuek orangnya, dingin, ngomong aja hemat banget." ucap Erina panjang lebar.

"Oh," sahutnya.

"Etdah baru juga diomongin udah kambuh lagi." oceh Erina sambil memutar bola mata malas.

"Oke dehh, jadi kapan?" kata Erina bertanya.

"Apa?" tanya ulang orang itu.

"Ya Allah, itu anda kapan melaksanakan niatan ono." jawab Erina berusaha sabar.

"Oh, secepatnya." ucapnya singkat.

"Oke-oke kabari aja, saya siap kok bantu selagi demi kebaikan sahabat saya." ujar Erina sambil tersenyum membayangkan wajah sahabatnya.

"Ya, thanks." ujar orang itu.

Hari itu mereka hanya mengobrol kan tentang rencana itu saja, dan setelah menjelaskan semua hal yang akan dilaksanakan mereka pulang masing-masing, namun tidak dengan Erina, karena ia harus mengajak ponakannya untuk bermain sebentar.

DIA Penyempurna ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang