Chapter 4ー

8.4K 839 75
                                    

Hae,

maaf kalau ada typo ya :(


Warn!ng typo's



Happy reading~~

Happy reading~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Breakfast, Membership and Agreement

.

.

.

.

.

Flashback on

2 tahun lalu...

"Ibu Jeon! Kau sudah tahu soal anaknya Pak Han diambil sama para rentenir itu? Katanya dijadikan tebusan untuk utang mendiang istrinya. Kasihan sekali, ya."

"Hati-hati, Bu Jeon. Kalau bisa jangan sampai minjam uang ke mereka; para lintah darat itu. Mending minjam ke Bank saja. Walaupun terbatas."

"Iya. Semoga anak itu dilindungi oleh Tuhan."

"Kejam banget Ayahnya. Dia hanya minum-minum dan main judi tidak mau bayar utang justru anaknya yang banting tulang. Katanya, anak perempuannya itu dijual."

"Apa?"

"Iya. Jahat banget ya. Astaga! Jangan sampai itu terjadi pada anak kita, ya, Bu."

Ibu Jeon hanya bisa mengangguk pelan. "Terima kasih atas infonya, Bu."

"Iya, sama-sama. Oh! Kemana Kookie? Dia belum pulang? Padahal sudah sore."

Wanita berumur yang masih tetap cantik itu hanya bisa tersenyum lembut, "Masih bekerja part time di cafe. Sebentar lagi juga pulang."

"Wah... rajinnya Kookie itu benar-benar anak berbakti pada orangtua. Baiklah kalau gitu, saya permisi, salam untuk Pak Jeon, Kookie dan Somi. Selamat malam."

"Iya. Terima kasih. Malam."

Terlihat seorang anak remaja lelaki manis berlari menuju rumahnya, sesekali ia melihat jam ditangannya jam sudah menunjukkan waktu makan malam. Ia harus cepat pulang. Dan ia melihat sang Ibu masih setia menunggu di depan pintu setelah perbincangan dengan tetangga.

"Eomma!" Teriak anak itu.

"Oh! Kookie?"

"Hehehe... aku pulang! Maaf telat!" Senyum ceria anak itu tidak pernah luntur sedikitpun walaupun wajahnya penuh dengan kotoran dan luka.

Sold or Owned | tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang