Sebelas

4.5K 524 61
                                    

"Wah tumben Pak bawa boncengan." Satpam di gate masuk memandang perempuan di belakang Ursa dengan takjub.

"Pacarnya ya Pak? Kok tumben di bawa ke kantor? Mau absen aja?" Tanya satpam lagi.

"Ini saya." Ursa batal menjawab karena Leetha sudah lebih dulu berbicara, diliriknya Leetha membuka kaca helm, raut kaget satpam menyapanya.

"Ehh Ibu. Saya kira siapa, gak keliatan Bu maaf." Balasnya sambil cekikikan.

"Silahkan Bu. Hati-hati ya Pak, di depan ada polisi tidur." Leetha menggeleng heran melihat satpam di sampingnya yang menampilkan gigi pepsodennya.

"Kamu pulang jam berapa nanti?" Lagi, Ursa melirik Leetha dari kaca spion. Kaca helmnya memang belum di turunkan, tapi hanya matanya yang terlihat, sisanya tertutupi masker.

"Tergantung nanti aku direstui Allah pulang teng atau gak." Jawab Leetha acuh.

"Turunin tempat Mas juga gak masalah, jalannya deket kok." Ujar Leetha saat motor Ursa malah membelokkan stangnya ke ruangan Leetha. Tapi pintanya di hiraukan Ursa, dirinya tetap mengarahkan motornya ke parkiran motor sebelah selatan.

Hendak turun, Leetha memastikan pijakannya di footstep sudah benar dan menumpukan tangannya di pundak Ursa.

"Pagi Pak, Bu." Bening menyapa Leetha yang tersentak kaget dan Ursa yang baru melepas helmnya.

"Pagi mbak Bening. Bawa kendaraan?" Tanya Leetha ramah, tangannya sibuk membuka kuncian helm di bawah dagunya. Dan terlihat natural-seperti sering melakukannya tangan Ursa menyalip diantara tangan Leetha yang berusaha membuka kuncian, jempolnya menarik kuncian dengan mudah. Leetha lalu menggumamkan terima kasihnya.

"Iya Bu bawa motor saya hari ini."

"Pagi Pak." Muncul lagi satu perempuan dari arah masuk parkiran, belum sepenuhnya masuk tapi sudah membuka helmnya cepat saat melihat sosok Ursa di parkiran motor.

Ursa hanya mengangguk, Bening yang melihat respon cuek atasannya hanya tertawa pelan. Sedangkan Leetha memandang malas sosok perempuan yang baru hadir. Buru-buru Leetha memusatkan perhatiannya pada Bening.

"Ayo mbak." Leetha mengandeng lengan Bening, meninggalkan Lusty dan Ursa.

"Whatsapp Mas balas Taa." Baru beberapa langkah, suara Ursa terdengar lantang.

"Gak usah teriak-teriak! Berisik!" Loh kok aku jadi kesel? Jengkel Leetha.

"Aturan kita jangan tinggalin mereka berdua Bu. Nanti Pak Ursanya diambil loh." Bening meledek Leetha yang masih menggelantungkan tangan di lengan Bening.

"Semoga gak ada tamu untuk aku hari ini ya Mbak." Leetha mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Pak Ursa nanti meeting di BM tau Bu."

"Kemarin ada tamu buat aku gak mbak?" Leetha menjawab dengan pertanyaan yang lainnya.

"Ibu kok deg-degan banget?" Leetha langsung melepas dekapannya di lengan Bening dan memeriksa jantungnya.

"Itu bertalu karena cemburu atau karena dibonceng Pak Ursa, Bu?" Bening mendorong pintu masuk, mempersilahkan atasannya masuk lebih dulu.

"Bye mbak Bening, sampai jumpa kapan-kapan." Leetha berlari ke mesin absensi, menempelkan jempolnya disana dan langsung terbirit malu saat pintu dalam terbuka.

"Ada-ada aja Bu tingkahnya. Pantes Bapak tergila-gila." Guman Bening, dirinya sudah siap mengistirahatkan bokongnya, terlonjak kaget saat pundaknya ditepuk kencang.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang