Enam

4.8K 569 35
                                    

"Kenapa Leetha?" Suara Ursa menjadi yang pertama memecah keheningan canggung.

"Pak Gilang maaf sebelumnya. Bapak tinggal tunggu PO saja ya Pak, paling lambat setelah makan siang akan saya kirimkan. Bisa langsung Bapak tindaklanjuti." Leetha memaku matanya kearah Gilang yang masih duduk disana.

"Baik Bu kalau begitu, berarti sudah jelas ya Bu. Saya tunggu PO dari Ibu. Kalau begitu saya permisi Bu, Kereta saya sebelum jam 12 soalnya." Gilang lalu berdiri dari kursi yang didudukinya.

"Gue balik ya bro. Thanks nih" Gilang menyodorkan kepalannya tangannya dan disambut Ursa, lalu Gilang berjalan menjauh dari pandangan keduanya.

"Kenapa Leetha?" Ursa kembali mengajukan pertanyaan yang sama.

"Tadi salah info Mas, maaf ya. Pak Dio gak ngasih instruksi apa-apa soalnya, makanya tadi hubungin Mas karena Pak Gilang bilang kenalnya sama Mas."

"Kalau gitu saya permisi ya Mas, mari." Tanpa menunggu jawaban Ursa, Leetha berlari kembalo keruangannya.

Ursa terpaku memandangi belakang tubuh Leetha sambil memijat keningnya pelan.

* * * * *

"Taa lo mau makan disini atau gimana?" Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Vinna terlihat sibuk mengganti sendal jepitnya dengan flatshoes.

"Kamu mau makan apa? Aku minta Bagus aja deh."

"Bilang ke, kan gue gak perlu ganti sepatu." Gerutuan Vinna hanya dibalas kekehan oleh Leetha.

"Na tolong telepon Bagus ya." Pinta Leetha yang diangguki patuh oleh Vinna.

Berniat memeriksa kembali pekerjaannya, ponsel Leetha yang sejak tadi diletakkan telungkup berdering nyaring menarik atensinya.

Tangannya membalik ponsel guna melihat siapa gerangan yang menelponnya.

'T-Eng Mas Ursa' Leetha hanya membuang nafas lelah sebelum memilih tombol hijau.

"Halo, ada apa Mas?" Sapa Leetha dan bertanya langsung apa tujuan Ursa menghubungi.

"Kamu makan siang dimana Leetha?"

"Diruangan."

"Udah pesen makan? Mau dibeliin apa?"

"Gak usah Mas, udah pesen kok." Tolak Leetha cepat.

"Gak mau ke kantin atau makan diatas aja?"

"Gak Mas makasih, udah dulu ya Mas. Nasiku udah dateng." Sambar Leetha dan menutup sambungannya cepat.

"Pinter boong lo ya sekarang. Di pesen aja belum udah bilang nyampe aja." Vinna yang sejak tadi memperhatikan Leetha, berkomentar.

"Gimana, udah tau jawabannya belum? Udah gak sabar nih menyamakan jawaban kita." Kernyitan heran Leetha malah dibalas kekehan oleh Vinna.

Tak lama Bagus mengetuk pintu yang sudah terbuka dengan tambahan pertanyaan ramah. "Permisi Bu, ada yang bisa dibantu?"

"Tolong belikan makan siang ya Gus, aku kaya biasa lauknya." Leetha menyampaikan pesanannya lebih dulu.

"Gue samain aja kayak dia."

"Oh iya, aku biasa ya Gus. Es milo jangan lupa. Ini uangnya, kamu juga beli makan siang ya. Aku maksa!" Leetha memberikan uang lembaran berwarna pink, Bagus yang berniat menolak tawaran makan siang menghentikan gerakan mulutnya saat suara lain ikut terdengar.

"Gue mau juga Gus. Pakai ikan ya, minumnya es teh manis." Dari pintu, Lia melongokkan kepalanya.

"Baik Bu. Ditunggu ya." Bagus membatalkan niatnya untuk menolak dan berlalu pergi, sedangkan Vinna melirik sinis kearah Lia yang sudah kembali kebangkunya.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang