Dua

6K 660 30
                                    

Masih kupandangi heran notifikasi di layar ponsel. Sejak sebulan lalu memang ada yang aneh dengan Mas Ursa. Dia semakin sering memenuhi kolom pesan whatsapp ku. Kejadian ini terjadi mulai dari sebulan yang lalu, aku pun tidak mengindahkannya. Hanya kuberi respon jika Mas Ursa membicarakan pekerjaan. Aku kembali memikirkan apa dan mengapa yang membuat Mas Ursa menjadi aneh seperti sekarang.

Yang aku tau, Mas Ursa sedang mendekati Lia. Tahu pun karena Lia yang memberitahuku sekitar seminggu lalu. Tiba-tiba dia memperlihatkan ponselnya padaku berisi percakapan yang menanyakan dirinya sedang ada dimana. Aku tidak bertanya lebih jauh, dan Lia pun tidak memberitahu lanjutan dari percakapan mereka. Kurasa itu bukan urusanku, jadi aku tidak mencoba untuk ikut campur.

Setelah memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab, aku tak menemukan satupun. Karena selama bekerja, Mas Ursa selalu profesional denganku. Jadi bukan kah seharusnya tak ada yang bisa memicu Mas Ursa seperti itu? Oke. Aku tak mau munafik dengan berpikir bahwa Mas Ursa tidak ada maksud apa-apa, tapi yang menjadi pertanyaan adalah Mengapa?

Aku menekan lock ponselku untuk membuka pesan yang kuterima beberapa menit lalu, masih dengan posisi duduk menyila diatas tempat tidur. Aku berhasil mengumpulkan keberanian dan keteguhan hati membuka pesannya setelah sebelumnya berniat mengabaikan.

"Adek jadi bareng gak si kamu itu?" Jariku yang sudah siap mengklik pesan masuk terhenti saat suara Abang terdengar, ketukan pintu melanjutkan kalimat tanyanya.

"Jadi ih, aku masih ngadem. Bentar Abang, belum dandan, belum pilih baju. Yang sabar dong, tunggu aja di kamar atau ruang tamu. Nanti kalau udah selesai Adek samperin." Jawabku tanpa membuka pintu, tetapi langsung beranjak kearah kamar mandi. Lalu tak kudengar suara balasan atau ketukan lainnya.

Selesai mencuci wajah, langsung ku dudukkan bokong ke kursi rias dan memulai ritual merias wajahku. Yang terbesit dipikiran adalah 'natural make-up, outfit casual.'

Dengan gerakan cepat aku menyelesaikan niat yang sudah ku rapalkan. Melirik jam dinding yang jarum pendeknya sudah hampir menyentuh angka 3.

Aku beranjak dari duduk saat dering telepon terdengar. Melihat nama 'Pramesti' yang muncul di atas layar, kupilih opsi jawab dengan cepat.

"Assalamualaikum." Sapaku yang masih masih sibuk memakai baju dan merapikan celanaku. Tadi aku sempat membuat panggilan menjadi mode speaker.

"Masih dandan?"

"Iya, sedikit lagi selesai. Kamu udah sampai emang?" Aku melihat pantulan wajahku sekali lagi, memastikan lipcream yang kugunakan sudah merata.

"Udah mau sampe. Jangan lama-lama dandannya elah."

"Oke. Sudah selesai kok, ini aku mau jalan."

"Cepatan loh ya. Gue gak mau nungguin lama-lama!"

"Ya Ibu Ratu, lagi pakai sepatu. Udah ya, sampai jumpa disana. Assalamualaikum." Aku menutup panggilan telepon dan bergegas keluar kamar. Tak lupa tanganku menenteng tas yang tadi kugunakan juga untuk bekerja.

"Ibu, Adek jalan ya." Pamitku pada Ibu dan segera berlari ke rak sepatu setelah mencium punggung tangannya.

"Abang cepetan." Panggilku dengan tangan sibuk memakai sepatu dan bergegas keluar rumah.

"Naik motor aja ya Dek, kamu pakai celanakan?"

"Iya!" Aku balas berteriak, sambil berjalan kearah gerbang dan menariknya agar terbuka.

Tak menunggu lama, kulihat Abang keluar dengan menenteng kunci dan dua buah helm, memberikan satunya padaku. Mataku mengikuti tubuhnya yang membuka bagasi dan mengeluarkan motor kesayangannya.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang