Prolog

18.3K 1K 94
                                    

"Bunda, besok Hazel ada acara hari ibu di sekolah,"

Bundanya menoleh sebentar lalu memalingkan wajahnya menatap ke arah Giani yang sedang meringis.

"Hazel kita bahas ini besok ya sayang,"

Hazel mengerutkan keningnya. "Tapi acaranya kan besok pagi Bun,"

"Sayang, Kak Giani lagi sakit. Bunda kayaknya enggak bisa kalau besok,"

Hazel terdiam menatap iri pada Giani yang sedang meriang. Mata Hazel beralih menatap Safarez yang sedang panik sembari menelepon dokter keluarga Surendra.

Hazel tersenyum tipis melihat kepanikan Safarez dan kedua orang tuanya. Bahkan saat dirinya terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit pun keluarganya tidak sepanik ini.

"Haz kamu ngapain berdiri di situ? Bantuin ambilin kompres buat Gia!"

Hazel berdeham menatap Safarez yang memerintahnya diiringi oleh lirikan sebentar. Hazel kemudian mengangguk pasrah. Ia berjalan menuju dapur menemui Mbak Sinta.

"Mbak aku minta kompresan," ucap Hazel pelan.

Sinta mengangguk lalu mengambil yang diperlukan Hazel. Setelah mendapat semua yang diperlukannya, Hazel berjalan kembali menuju kamar Giani.

Belum Hazel memasuki kamar kakaknya itu, Hazel menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Abangnya.

"Jangan sakit begini Gi. Kita semua sayang sama kamu,"

Hazel tersenyum miris lalu dengan cepat mengubah raut wajahnya. Ia melangkah dengan ringan lalu memasuki kamar Kakaknya itu.

"Ini Bang," ucap Hazel pada Safarez. Safarez mengangguk.

"Taruh di sana,"

Hazel berjalan menuju nakas dan meletakkannya. Matanya menatap ke arah Bundanya yang sedang mengelus kening Giani. Sementara Ayahnya yang sedang berkonsultasi dengan dokter yang baru saja datang.

"Cepat sembuh Kak," ucap Hazel. Giani menoleh lalu mengangguk.

Merasa tak ada yang mempedulikan keberadaannya, Hazel melangkah keluar dari kamar Giani menuju kamarnya.

Hazel merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ia mengambil ponselnya yang terletak di dekat bantal tidurnya.

Senyumnya terbit mendapati banyak pesan dari Raja, kakak sepupunya. Hanya lelaki itu yang bersedia mendengar segala keluh kesah Hazel semenjak Giani menjadi bagian keluarganya.

Hazel dengan senyuman miris mulai mengetikkan kata per kata yang ditujukan untuk Raja.

Lagi dan lagi, Bang Farez, Bunda, dan Ayah mementingkan Kak Giani.

🍒🍒🍒

Haiii selamat datang di cerita baru aku! Cerita ini didedikasikan untuk kalian pembaca setia aku yang ngerequest ceritanya Hazel!

Semoga sukak dan tetap vote serta comment yaa!!

Sampai ketemu di bab selanjutnya!

Hold Me While You WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang