s e v e n t e e n

4K 503 70
                                    

Chapter 17 : Meet the star
4034 words

Mereka fokus pada masa depan.

Kalimat itu lahir setelah kejadian di ruang rekreasi tadi sore. Kurasa lima kata itu cukup untuk membuatnya jelas kenapa mereka tidak mau bersamaku. Bukan apa-apa, coba lihat aku-apa ada yang pernah sekali saja melihat [Name] bergerak satu inci tanpa membuat masalah?

Aku senang.

Akhirnya, Fred dan George berpikir panjang ke depan. Aku pikir, O.W.L sudah mendewasakan mereka berdua. Dan mungkin, keonaran bukan lagi hal bagus bagi mereka. Benar tidak ya? Jika itu benar, aku harap mereka tetap menikmatinya-ku harap mereka bisa hidup tanpa keonaran. Meski aku tidak yakin apa mereka bisa.

Tidak apa-apa. Hanya saja, aku takut kehilangan seorang teman. Aku tidak tahu apa mereka kehilangan diri mereka atau sengaja melupakan yang dulu-yang selalu main bersamaku. Maksudku-coba ingat lagi, ke beberapa waktu lalu. Dimana hidupku berubah sepenuhnya. Aku jadi jarang sendiri, sebab mereka selalu ada disana. Mereka selalu membantuku. Jadi kali ini, aku membantu mereka dengan menyelamatkan masa depannya. Tapi sudah aku bilang, aku hanya takut kehilangan teman.

Maksudnya-siapa sih yang membuat aku tetap bertahan hari ini?

Siapa yang menyelamatkanku dari satu dorongan mudah menuju maut?

Siapa yang mengembalikan kewarasanku saat aku hilang kendali?

Siapa pula yang menjagaku waktu aku terluka?

Lalu aku sadar. Tiba-tiba saja satu nama terbesit di dalam benakku; Lee Jordan. Apa ini yang dia rasakan selama ini? Kehilangan teman karena ada anak badung merebut mereka? Siapa lagi yang selama ini bermain bersama mereka sebelum bersamaku? Tentu dia. Jadi, Opini itu kembali muncul, opini yang menyatakan kalau aku merasa merusak pertemanan mereka bertiga.

Aku merasa bersalah.

Tapi mungkin sekarang-mereka bisa bersama lagi, membicarakan masa depan, bercengkrama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan aku-aku bisa bermain sendiri. Itu mudah, sangat mudah. Bukan 'kah selama ini aku mahir melakukannya? Itu Artinya aku melakukan hal yang benar, dari awal aku memang melakukan hal yang benar.

Untukku, untuk temanku juga-Fred dan George.

Aku tidak menangis. Kehilangan dua orang sudah cukup membuatku menangis-kenapa harus menangis? Aku masih punya teman, err-ada Pasta, lalu ada... Mowf. Jadi tidak usah sedih, tidak perlu.

Meringkuk di kasur, menggulung tubuh dengan selimut, mengurung diri di antara kelambu, sangat epik untuk membicarakan masalah ini. Aku bertaruh, alasan kasur disebelahku; kasur Hermione kosong adalah untuk menyelamatkan sekolah. Apapun itu, mereka bertiga-Hermione, Harry, dan Ron pasti selalu melakukannya setiap tahun tanpa terkecuali.

Aku melamun menatap kelambu, mataku terasa mengantuk sebelah-aku pun heran kenapa bisa begitu. Tapi bagaimana pun juga, ku coba untuk tetap menutup kedua mataku-mencoba tertidur meski yang satunya masih segar dan jauh dari kata kantuk.

Aku tengah berdiri di pinggir danau. Menatap kabut yang merambat mulai menyelimuti sekitar. Sunyi, tidak ada siapapun di sana kecuali suara tiupan angin yang lembut. Sampai dari sudut pandanganku, aku melihat Fred dan George jauh di sebelah sana. Tertawa-tawa, saling melempar sesuatu semacam tanah pada satu sama lain. Senyumku ikut mengembang selama mereka terus bermain. Menikmati permainan mereka dari jauh.

Ini mimpi-sesuatu yang selalu bisa mengikatku untuk kembali kesana. Bisa berkebalikan dengan realita, bisa juga saling beriringan membentuk sebuah harapan. Dan aku harap, aku bisa bermain dengan Fred dan George meski di dunia yang sebatas imajinasi seperti ini. Segala sesuatu yang ada di mimpi, aku akan menyukainya. Tapi mungkin setelah ini, aku ragu-apa aku masih ingin kembali ke alam mimpi?

Harry Potter and The Prisoner of Azkaban X ReaderWhere stories live. Discover now