f i v e t e e n

3K 485 145
                                    

Chapter 15 : photo and victory
3967 words

"Fred! George!"

Aku menyimpan tas di depan kaki-ku saat duduk diantara Fred dan George di aula besar untuk makan siang. Mereka menyambut kedatanganku dengan muka khawatir berlebihan.

Aku pikir ini karena wajahku yang penuh kapur.

Atau karena rambutku yang tergerai kusut dan acak-acakan seperti habis terkena angin topan.

Bisa juga karena bau apek bercampur keringat yang menempel di tubuhku.

"Aku berhutang cerita pada kalian," Ucapku melihat mata mereka bergantian. Kemudian, ku lipat kedua tanganku diatas meja, menatap lurus ke depan. Ke arah Ginny yang ternyata mendengarkan juga.

"Ceritakan juga kenapa penampilanmu bisa sekacau ini." Kata George menarik-narik ujung rambut pirangku.

"Baiklah." Balasku lalu menegakkan badan. "Semuanya berawal dari pagi tadi sehabis sarapan, aku mendekam di toilet selama hampir satu jam. Sebab aku sama sekali tidak bisa buang air besar." Saat itu juga Ginny tergelak, membuat kedua kakaknya memelototi dia agar diam.

"Maaf." Gumamnya.

"Kalian tahu? Rasanya seperti konstipasi. Jadi itulah yang membuatku bolos kelas guna-guna." Jelasku mengakhiri.

Fred dan George yang lebih tinggi dariku, saling pandang satu sama lain tanpa terhalang oleh kepalaku. "Ide berbisnis!" Teriaknya bersamaan.

"Kau tahu apa bagusnya Georgie? Konstipasi untuk alasan membolos!" Kata Fred mendorong-dorong bahu George, sampai membuatku ikut bergerak karena lengan Fred yang menyentuh punggungku.

"Apa maksudnya itu?" Tanyaku pada siapapun salah satu si kembar yang mau menjawab. "Nanti, ceritakan dulu tentang kapur-kapur ini." Jawab Fred sembari mengusap-usap pipiku dengan jempolnya.

"Ah ya—aku hampir lupa." Kemudian, aku menceritakan bagaimana semua ini bisa terjadi padaku. Mulai dari kedatangan Malfoy di menara astronomi, sepatuku yang bunuh diri, aksi kejahilan yang berujung tragedi, sampai di pergok Profesor Sinistra dan mendapat hukuman menjadi tukang angkat barang bersama Malfoy.

"Aku juga punya laci pribadi di kantornya Tuan Filch lho." Ceritaku berakhir dengan hal yang membanggakan.

Ginny menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aku yang gembira karena sebuah laci. Sementara Fred dan George memberiku selamat atas hal tersebut sambil mengunyah makan siangnya.

Aku tidak makan banyak seperti hari-hari biasa, alasannya sudah jelas. Perutku masih penuh, harus dikeluarkan dulu. Baru aku bisa makan banyak lagi.

"Kita akan memainkan dulu barang-barang Zonko di ruang rekreasi." Ucap George padaku.

"Ya, kau harus ikut." Timpal Fred saat kami berjalan menuju tempat yang dikatakan George. Aku mengangguk setuju, tapi aku langsung menyadari satu hal.

"Kalian tidak belajar? Bukan 'kah tahun ini kalian akan menghadapi O.W.L?"

"Belajar itu apa?" Tanya George mengalihkan pandangan pada kembarannya. "Semacam penyakit." Aku ikut tertawa mendengar jawaban Fred.

"Kami lebih memikirkan final Quidditch ketimbang itu [Name]." Fred menjawab setengah meledek. "Atau bahkan, aku lebih memikirkan keadaanmu dari pada itu semua."

Kenapa?

Aku sudah sangat ingin bertanya demikian, tapi sayangnya langkahku melambat entah kenapa. Dan Fred masih berjalan mendahuluiku. George berdiri di sampingku, dia nyengir saat aku menatapnya. Kemudian sehabis mengacak rambutku pelan, George ikut menyusul kakaknya menjauhiku.

Harry Potter and The Prisoner of Azkaban X ReaderWhere stories live. Discover now