s i x

4.2K 733 141
                                    

Chapter 6 : peeves's song.
3196 words.

Aku bingung kenapa aku terbangun dikamar. Padahalkan, terakhir kali aku sedang mengerjakan tugas diruang rekreasi. Apa aku tidur sambil berjalan? Jarang sekali aku melakukan itu, mungkin ini terjadi karena aku terlalu kelelahan. Entahlah,

Pertandingan Quidditch dimulai beberapa jam lagi! Aku harus segera turun dan menyemangati tim kami sebelum mereka bertanding.

Masih pukul empat, tapi aku segera bangun lalu mandi. Memakai baju kodok dengan baju pendek kebesaran sebagai dalamannya. Aku juga mengikat rambut bagian depanku menggunakan karet kecil masing-masing ke arah kanan dan kiri. Dirasa sudah cukup, aku mengambil sebatang coklat. Turun ke ruang rekreasi untuk sekadar menghangatkan tubuh.

Aku heran, kenapa tidak ada satupun anggota tim yang sudah terbangun. Padahal pertandingan hanya tinggal menghitung jam! Aku melihat meja yang terakhir ku gunakan untuk mengerjakan tugas, kukira benda-benda itu masih berserakan disana. Tapi faktanya, sekarang mereka sudah tersusun rapi. Aku menggigit coklatku, lalu menghampiri barang-barangku kemudian kembali untuk menyimpannya dikamar.

Harry turun dari tangga bertepatan ketika aku menutup pintu kamar. Sambil mengunyah coklat, aku tersenyum. "Pagi Harry, bersemangat tanding hari ini?"

Harry melangkahi setiap anak tangga dengan perlahan—mendekatiku. "Begitulah. Aku kurang suka dengan cuacanya," Aku mengangguk-angguk. Melenggang meninggalkan Harry menuju ruang rekreasi. Lalu kembali duduk di sofa.

Cowok itu datang dan duduk disisiku, sambil bengong menatap perapian. Sementara aku menjejalkan gigitan coklat terakhirku kedalam mulut. Harry berucap, "Bagaimana mungkin kau tidak kedinginan dengan pakaian seperti itu?"

Kutatap apa yang sedang kugunakan sekarang. Eh, benar juga ya? Apa ini terlalu pendek buat cuaca diluar? Gemuruh petir saling bersahutan diluar saat aku membuka mulut hendak menjawab. "Baru terpikir saat kau mengatakannya. Tak apalah, lagipula ini tidak terlalu pendek." Ucapku memegang ujung lengan baju, yang panjangnya sampai siku sebab ini kebesaran.

"Kau ini ada-ada saja. Aku heran bagaimana jalannya pikiranmu [Name]." Ungkap Harry jujur sekali, aku mendesis. Bagaimana cara menjawabnya?

"Tidak buruk. Jalan pikiranku tidak mulus-mulus amat, banyak batunya. Kadang bisa ada tanjakan yang tinggi lalu menukik begitu saja." Jelasku seperti mendeskripsikan jalan pada umumnya. Harry bodo amat dengan jawabanku, sehingga dia kembali buka suara namun bukan tentang jalan.

"Eh ya, bagaimana detensi-mu?" Sebetulnya, aku malu menceritakan bagaimana jalannya detensi tadi malam. Tapi muka Harry menuntutku untuk mengatakannya. "Memalukan," kurasa satu kata itu cocok untuk menjelaskan semuanya.

"Cedric terlalu baik. Aku malu, Harry."

Sambil berjengit cowo itu mengerutkan halisnya dalam-dalam. "Cedric? Kau detensi dengan Diggory?" Aku mengangguk lemah, tidak bicara apapun.

Tanpa membahas apa-apa lagi, kami berdua melewatkan waktu subuh dalam diam. Sampai waktu sarapan tiba, Harry mengajakku turun untuk melahap beberapa potong roti. Karena tidak tahu harus apa, alhasil aku mengikutinya saja.

Sisa anggota tim Gryffindor datang saat aku sedang melahap semangkuk penuh sereal dengan susu. Wajah Oliver Wood sama sekali tidak baik-baik saja. "Hari ini akan menjadi pertandingan yang berat," Ujarnya lesu. Tapi masih tidak makan apa-apa.

Merasa tidak sopan menguping yang bukan urusanku, aku kembali fokus pada sarapanku yang entah kenapa rasanya bisa luar biasa lezat. Seseorang mengacak rambutku pelan, sehingga mengharuskanku mendongak. Tanpa memarahinya aku melihat Si pelaku duduk disampingku, mengambil beberapa potong roti dan melahapnya.

Harry Potter and The Prisoner of Azkaban X ReaderOù les histoires vivent. Découvrez maintenant