t e n

3.4K 590 363
                                    

Chapter 10 : tragedy
3793 words

Pukul sebelas kurang seperempat, Tim Gryffindor bergegas menuju kamar ganti. Seperti biasa Fred dan George kembali meminta mantra yang biasa aku ucapkan setiap kali mereka akan bertanding, barulah setelah mereka mendengarnya dengan jelas, Si Kembar mulai melangkahkan kaki menyusul yang lain. Meninggalkanku dengan rambut acak-acak akibat ulah mereka—mengacak rambutku karena iri.

Baik pipi kiri maupun kananku, keduanya sudah penuh dengan warna merah dan kuning. Tidak lupa, Ginny menggambarkanku singa kecil yang lebih terlihat seperti kecoak namun tidak aku bicarakan. Takut sakit hati karenanya.

Tribun berubah menjadi lautan air dan darah. Tapi tetap saja, lebih banyak warna merah, sebab ada beberapa anak Hufflepuff yang mengibarkan bendera Gryffindor. Aku berdiri tepat dipaling depan ujung tribun. Tanganku bersedekap pada pagar pembatas yang terhubung langsung dengan pinggir lapangan dibawah sana. Ron lagi-lagi tak berhenti meneriakan nama Harry, padahal pertandingan sama sekali belum dimulai.

Dibawah sana, tim Gryffindor tiba saat tim Ravenclaw sudah lebih dulu berjajar ditengah lapangan. Dari yang aku lihat, ada satu yang tidak berambut cepak disana—mereka cuma punya satu pemain wanita. Yang langsung terpikir olehku saat itu juga adalah; wah hebat sekali kakak itu.

"Wood, Davies! Jabat tangan!" Ujar Madam Hooch tegas. Wood dan kapten Ravenclaw berjabat tangan.

"Naik ke sapu kalian saat aku meniup peluit—tiga... dua... satu..."

Seperti lalat-lalat beterbangan, mereka semua melayang serentak. Selanjutnya, aku malah benar-benar membayangkan mereka adalah lalat. Sehingga ditengah suaraku yang meneriakan nama setialp anggota tim satu persatu, aku tertawa kencang dengan Hermione yang geleng-geleng kepala melihatku—tapi masih belum berbaikan dengan Ron.

Fokusku teralihkan Harry yang terbang susul menyusul dengan Cewek Ravenclaw—yang ternyata seorang seeker—dengan penuh drama. Tiap kali Harry berbelok atau menukik, perempuan yang tidak aku ketahui namanya itu terus saja mengikuti segala gerakan yang dilakukan Harry. Kukira itu tidak sengaja, atau karena mereka melihat Snitch-nya bersamaan jadi begitu. Tapi makin lama makin kurang ajar.

Tentu, dengan senang hati aku bersedia menarik ucapan kekagumanku tadi. Tidak cocok sumpah.

Bosan memperhatikan mereka, aku dapat melihat Fred yang melaju cepat mengejar Bludger yang mengarah ke Alicia Spinnet. Tapi, lagi-lagi perhatianku kembali teralihkan pada pasangan Seeker yang tidak semembosankan tadi, Cewek Ravenclaw itu jauh dibelakang Harry yang menuju gawang Ravenclaw—mungkin melihat Snitch-nya.

Harry menukik, yang aku tahu itulah keahliannya. Sudah pasti Perempuan itu melihat gerakan Harry yang luar biasa sempurna; terbang lurus menuju arah pagar pembatas diujung sana, sehingga dia pun melakukan hal yang sama. Tapi ketika tinggal tiga meter lagi sampai di kilatan emas itu, sebuah Bludger melesat dan hampir membentur Harry yang untungnya sudah menjauh.

"Oooh!" Spontan aku berteriak menyayangkan kegagalan Harry.

George meluapkan kekesalannya dengan memukul Bludger yang sama pada Beater Ravenclaw yang membuatnya harus berjungkir balik di udara guna menghindari Bludger menyebalkan. Aku bersorak senang melihatnya, "Gryffindor memimpin dengan delapan puluh-nol!" Pekik Lee Jordan senang.

Tapi, Ravenclaw menyusul dan mencetak tiga puluh gol. Kalau Cewek Ravenclaw—yang jika tidak salah namanya seperti hewan—Cho chang berhasil menangkap Snitch-nya, Ravenclaw menang. Ya! Ya! Ya! Entah kenapa saat menyebutkan nama itu aku seperti mengucapkan Cacing ketimbang Cho chang. Maafkan aku Cho,

Pokoknya, aku sudah titip pesan pada Fred dan George agar melindungi timnya dan menghalangi gerakan Anak Ravenclaw dengan tetap mengontrol segala gerakan yang dibuat Bludger gila itu.

Harry Potter and The Prisoner of Azkaban X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang