Sepetik Pengakuan

195 13 1
                                    

Melihatnya lagi, seperti seluruh warna yang pernah ada di dunia muncul dalam hatimu. Kau tahu benar, dia pulang hari ini. Laki-laki yang selalu memasang senyum manis walau terkadang semesta tidak mengizinkan, laki-laki yang tidak pernah letih merengkuhmu dalam keadaan yang tidak pernah memihak.

Lee Minhyuk, kau merindukannya. Namun, kau tidak pernah mengatakan itu. Selama Minhyuk bertugas, kau tidak menelepon untuk melepas lelah menunggu. Toh, kau memang tidak bisa melakukannya.

"Kau tidak mau memelukku? Aku sudah pulang, lho." Dengan masih mengenakan kaus polos hitam dan celana loreng, Minhyuk menampilkan wajah menggemaskan.

"Selamat datang kembali," balasmu, diam-diam. Tentu, hanya ini yang dirimu mampu.

Minhyuk mendekat, lantas memelukmu erat-erat. "Apa kau merindukanku?"

"Aku pernah berpikir, kalau rindu adalah kelemahan." Minhyuk melanjutkan, dia terus berbicara dalam sepinya kamar. "Aku bisa bertahan, pulang dengan selamat karena lepas dari kata itu, tapi aku juga menjadi gelisah karena menahan rindu."

Tangannya masih halus, dia telah meninggalkanmu lama, tapi kehangatannya tidak pernah berubah. Padahal, ketika kau hanya diam di dalam kamar, kau paham bahwa ada banyak hal yang berubah di luar sana, meski dalam bentuk kecil.

"Lalu, aku memikirkan ini saat hari kepulanganku semakin dekat. Rindu itu bukan kelemahan, menunggu juga bukan berarti kau lemah, atau menjadi budaknya waktu." Tubuhmu terangkat, Minhyuk biasa melakukan ini kepadamu. "Aku ingin sepetik pengakuan."

Minhyuk kemudian beralih atensi, melepasmu dalam pangkuan, dan meraih ponselnya yang sejak tadi dibiarkan tergeletak di atas kasur.

Demikian, kau juga tidak bisa menahan dorongan untuk mengaku. Sepetik pengakuan tidak terdengar. "Aku merindukanmu, dan akhirnya penantianku terganti dengan hadirmu, Lee Minhyuk."

"Melody, aku rinduuu...." Minhyuk senyum-senyum sendiri setelah menggumam, sambil menatap layar ponsel. Dia pasti baru saja mengirim sesuatu di akun media sosial miliknya.

Melody, ya? Tiba-tiba saja kau berpikir, apakah bisa menjadi salah satu dari mereka?

Ah, bagaimana rasanya menjadi manusia dengan suara yang bisa terdengar? Kau sungguh menginginkannya, tapi hanya mampu berbaring bersama jenismu yang lain.

Lantas, pemikiranmu yang berlainan mampir, untuk apa menjadi manusia jika ini saja sudah cukup bagimu? Kau bisa menemani Minhyuk tiap malam lagi, mulai sekarang.

Kau bisa mendengarnya bercerita, mengeluh ini dan itu, juga dapat menatap Lee Minhyuk menitikan air mata kala semesta kerap menekannya secara keji.

Tugasnya bantal guling memang begitu; cukup mendengarkan, tanpa bersuara.

.
.
.

Selesai ~

Bang Hutaaaaaa! Pie kabareeee? Kangen akutuuuu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bang Hutaaaaaa! Pie kabareeee? Kangen akutuuuu. Kita tuh beneran seperti desaran ombak ya, Bang? Menyeret waktu dengan cepat untuk kembali saling menyatakan rindu. (Ngerdusnya kumat). Ehehehe.

Seharusnya ini diposting kemarin, dan lagi-lagi... ketiduran(?) :" Eh Mel, main rikues fanfict yok, mau tokohnya siapa dari anggota Bitubi, langsung cus aja ya di komentar. Hihii. Jangka waktunya sehari dari sekarang yaww~

By Your Side BTOB [√]Where stories live. Discover now