Memories

210 18 14
                                    

Pertengkaran bisa mempererat hubungan persaudaraan. Itu penggal narasi dari buku yang pernah kubaca, dan aku percaya, karena aku mengalaminya bersama enam anggota Born to Beat. Apalagi keributan antara kami akan berhenti pada akhirnya, lalu akan kembali akrab seperti biasa. Tidak ada masalah. Hanya yang menjadi masalah, jika terus mendengar suara keras secara mendadak aku bisa latah, serius!

Kali ini, Ilhoon datang-datang tidak bisa kalem. Mendobrak pintu ruang tunggu untuk masuk, kemudian mengeluarkan suara bernada tinggi yang dia punya.

"YOOK SUNGJAEEEE!"

Entah apa lagi yang diperbuat si maknae sehingga salah satu kakaknya menjadi ganas. Sejalan Ilhoon menuju Sungjae, perasaanku mulai tidak enak, lantas ketidakenakan benar terjadi saat mataku menyipit sedetik Ilhoon menyerang Sungjae menggunakan tindihan; Sungjae yang berposisi telentang di atas sofa panjang berlengan—sedang bermain ponsel, sekarang kepalanya menjadi terangkat karena Ilhoon menarik kerah kemejanya—kostum untuk kami tampil dua puluh lima menit lagi.

"Kembalikan milikku!"

Yook Sungjae memang memiliki kebiasaan mengganggu kakak-kakaknya yang lebih tua, punya energi lebih dalam arti tak kenal lelah jahil, tapi baru ini aku mengira Sungjae mengambil sesuatu dari Ilhoon tanpa bilang 'pinjam' pada pemilik. Jika Jung Ilhoon sampai berang, berarti apa yang diambil sungguh berharga bagi Jung.

"Hyung, aku tidak bisa bernapas." Kurasa tubuh Sungjae benar-benar terjepit badan Ilhoon. "Kalau aku mati sekarang, aku bersumpah akan menggentayangi orang bernama Jung Ilhoon—"

"Yaaak!" Ilhoon semakin ganas. Oh iya, dia paling tidak bisa mendengar namanya disebut tanpa embel 'hyung' oleh Sungjae.

"—Hyung." Sungjae menyempurnakan katanya barusan. "Aku benar akan mati."

"Kalau begitu aku sungguh akan mematikanmu seperti kutu di rambut Changsub hyung!"

Memang Changsub punya kutu rambut, ya? Astaga, aku baru tahu. Ini informasi sangat penting, biar aku minta Changsub keramas selama tiga jam pulang ke asrama nanti.

"Tolong, Hyung... napasku benar sempit sekarang. Dengar, aku belum seratus persen membahagiakan kedua orang tua, lalu belum merasakan bagaimana jatuh cinta, menikah, berbulan madu, dan punya anak. Lalu sudah meninggal tertindih? Bahkan alasan kematianku tidak keren...."

Kepintaran Sungjae bicara memang tidak bisa dianggap remeh, padahal ia sedang sekarat saat ini. Aku tidak tega, tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau ikut campur. Lagipula, dua anak itu sudah sama-sama dewasa, aku ingin melihat bagaimana mereka menyelesaikan masalah tanpa bimbingan, sejauh mana mereka bisa mencari jalan keluar untuk masalah agar tidak terus berlarut apalagi berkembang.

BRUK!

Ilhoon yang jatuh, diriku meringis, merasa ngilu di punggung. Sungjae yang melakukannya, mungkin benar napas si bontot kian menyempit, tangannya refleks mendorong tubuh Ilhoon untuk pertahanan diri.

"Cukup aku ya yang suka drama, Hyung jangan ikut-ikutan, nanti ciri khasku terbagi olehmu. Aku tidak rela!" Sungjae berteriak pada Ilhoon di lantai yang tengah berjuang bangkit.

Kegaduhan mereka tidak mengusik masing-masing anggota dalam ruangan yang cukup luas. Pemilik acara menempatkan kami di sini, dan aku cukup bersyukur; Minhyuk sibuk dengan kamera yang dipinjamnya dari staf Beatcom, mengarahkan kamera itu pada Hyunsik yang sedang menelan potongan buah. Peniel tengah duduk di depan kaca, pantulan bayangannya memperlihatkan mata Peniel yang memejam sebab dirias wajahnya. Changsub setengah tertidur dengan kepala menunduk di sofa sudut. Ah, Changsub kelelahan, semalaman bergadang untuk memaksimalkan tarian. Itu juga alasan mengapa Changsub tidak bertindak saat Ilhoon menyinggung namanya, dia biasanya sensitif.

By Your Side BTOB [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang