Nunmuri Nanda 눈물이 난다

341 24 17
                                    

Bibimbap sudah mendapat tempat ternyaman di ttukbaegi, mangkuk tahan panas. Dal tersenyum tipis kala seorang pria manis berkulit putih susu mendekat, kemudian duduk di kursi hadapan meja makan.

Dal menopang dagu---memerhatikan pria yang kini fokus makan, tenang. Detik berikutnya, sorot kedua mata pria ini redup, bersama kepala tertunduk. Ketenangan hilang menjelma getaran pada tubuhnya.

"Kau kenapa? Ayo dimakan lagi." Topangan dagu dilepas. Suara Dal parau.

Namun prianya tidak menggubris, langsung beranjak berdiri dan pergi meninggalkan bibimbap yang masih tersisa banyak.

Dal ikut beranjak, menyusul pria yang sudah menikahinya dua tahun lalu itu.

Bell rumah berbunyi, pintu terbuka lebar setelah pria tersebut membuka pintu.

"Hyaa!! Lee Changsub, lama sekali membukakan pintu, hm?" seorang lelaki tiba-tiba menerobos masuk ke dalam rumah sebelum pemiliknya memperkenankan.

Memang benar-benar Hyunsik itu. Changsub berdecak. "Kau baru saja menekan bell. Jangan mencoba menipu,"

Gelak tawa terdengar. "Ya, ya... aku memang tidak bisa menipumu, Hyung...." pria itu duduk di sofa, dan menepuk pelan ruang duduk di sampingnya---berisyarat agar Changsub juga ikut duduk.

"Lucu sekali, sejak kapan kau mulai memanggilku 'hyung', hah?" Changsub menempatkan bokongnya di sebelah pria bermata sipit. Sangat sipit.

"Sejak barusan, kurasa?" Hyunsik mengembangkan senyum yang menurutnya paling manis. "Ternyata seru juga memanggilmu Hyung, lidahku tidak berbelit lagi ketika menyebut namamu."

"Jangan konyol. Oh, ada perlu apa kau kemari?" Changsub sudah mengerti, jika saudara misan yang sudah ia anggap adik sendiri ini pasti ada sesuatu jika mengunjungi rumahnya.

"Eihhh... apa tidak bisa basa-basi dulu? Setidaknya, kau harus menjamu tamu, 'kan? Aku tidak diberi minum?"

"Kau bukan tamu di sini. Jika ingin minum, kau tinggal ambil sendiri. Aku sedang tidak ingin basa-basi. Katakan, ada apa?"

Hyunsik menggeleng perlahan mendengar perkataan Changsub. Ciri-ciri manusia membosankan, ya seperti Changsub ini.

"Kenapa wajahmu pucat, Hyung?" Hyunsik justru meneliti wajah Changsub.

"Pucat?"

Dal, hanya mematung, berdiri dekat sofa. Kedua matanya tidak lepas dari Changsub sejak tadi.

"Eoh. Kau... sakit? Atau demam, huh?"

Tidak bercanda, Hyunsik sungguh cemas atas keadaan Changsub, apalagi belakangan ini.

"Tidak. Sudahlah, katakan kenapa kau kesini?"

Hyunsik sebal. Changsub selalu begitu. Harusnya Changsub tidak menutupi sesuatu. Dia memiliki mulut, bisa bercerita. Berbagi.

Tapi, tidak semua orang mesti membagi kisahnya, bukan?

"Caramu itu kasar, Hyung. Aku datang bukan berarti ada apa-apa. Aku hanya ingin melihatmu. Memangnya tidak boleh?"

•••

Tangannya terulur, mencoba memegang pipi Changsub sebelum pria itu terbangun. Namun prianya sudah membuka mata lebih dulu---melihat langit-langit kamar. Dal tetap tersenyum meski tidak jadi memegang suaminya. Ia menaiki ranjang, berbaring di samping Changsub.

Ketika Dal menghadap sang suami, Changsub justru membelakangi.

Seperti inikah rasanya terabaikan dan diabaikan?

By Your Side BTOB [√]Where stories live. Discover now