Kkum

172 17 6
                                    

Seperti Yook Sungjae yang pernah 'mengiyakan' secara santai ajakan Minhyuk untuk berduet dalam salah satu lagu di album Hutazone, mengapa ia juga tidak sesantai itu menanggapi diriku yang akan menikah?

Sungjae uring-uringan, lalu sering meributkan hal sepele seperti diriku yang salah duduk, atau apa saja yang kulakukan salah di matanya sejak menyinggung pernikahan. Itu sudah terjadi selama satu minggu, sampai di hari fansign terakhir sebelum diriku cuti menikah dan berbulan madu. Aku tidak tahu pasti, tapi kupikir Sungjae masih belum menerima dengan benar perihal aku yang akan menempuh hidup baru.

Jujur saja aku bahagia, sisi lain tidak bisa menyangkal kalau aku memikirkan mereka. Iya, anggotaku, penggemarku. Jalan seorang idola tidak selalu mulus, aku tahu, aku juga tahu risikonya sejak memilih menggapai bintang yang terlihat kecil dari bawah sini.

Penggemar ada yang menangis, bahkan ada yang menanyakan mengapa diriku cepat sekali menemukan jodoh. Yah, mana tahu? Namanya manusia, hanya menjalankan cerita yang telah Tuhan berikan.

Kemudian, ada juga yang tersenyum manis.

Gadis itu, sering kulihat di sela banyaknya penonton ketika kami mengadakan konser, pun terlihat hari ini. Beberapa kali dia memenangkan undian untuk menghadiri fansign.

Saat dia berjalan ke arahku sebelum bergilir ke Minhyuk di sebelah, dia terus mengembangkan senyum serupa, senyum yang biasa kulihat jika bertemu dengannya. Kukira aku tidak akan mendapat senyum semanis itu lagi setelah semua pengakuan yang telah kupaparkan selumbari lalu, sehabis kami mengeluarkan album baru.

Membuka photobook yang menampilkan gambarku, seperti biasa aku segera membubuhkan tanda tangan. Tidak perlu bertanya siapa namanya, aku hafal.

Sinar jingga. Maksudku, Jueun. Dia menyandang 'eun' yang sama sepertiku, cahaya wajahnya juga selalu indah layaknya jingga sore hari.

"Terima kasih," ucapnya, mengambil photobook yang selesai kutulis nama dia sebagai bagian terakhir.

"Memang seharusnya." Aku tertawa pelan. Jueun menoleh sebentar arah belakang, kurasa dia ingin memastikan bahwa belum ada banyak orang yang mengantre.

"Bukan. Terima kasih telah menemukan pasangan hidup."

Aku terpana akan ucapannya. Membiarkan detik kosong berlalu sesaat, kemudian dia menyungging senyum itu lagi. Ucapan selamat sudah banyak kudapatkan, termasuk air mata dari adik-adikku—terutama Sungjae.

Kemarin, Sungjae yang masih merajuk mengemukakan kekhawatiran kepadaku, khawatir aku berhenti berkarier, khawatir komentar jahat, dan khawatir bahwa aku tidak akan bersamanya lagi. Namun, kupastikan dengan aku menikah, tidak akan ada yang berubah. Lalu sekarang, aku mendapat ucapan yang berbeda.

"Oppa, kau tidak menyakitiku, kau juga tidak menyakiti siapa pun, kau membuatku bahagia."

Benarkah? Jueun sedari tadi sudah banyak menyeka air mata. Ketika dirinya kembali melontarkan pernyataan, giliranku yang ingin menangis.

Amplop merah muda terulur. Biasanya, dia akan memberi hadiah berupa boneka atau hiasan kepala.

"Dibanding hidup sendiri demi memikirkan orang lain, Oppa pantas menemukan kebahagiaan bersama pasangan."

Sekali lagi, dia menyeka air mata, sesudah itu tersenyum untuk terakhir kali sebelum berjalan sedikit untuk sampai di hadapan Minhyuk; usai diriku mengambil amplop dari tangannya. Kutahu, waktu Jueun terbatas, ruangan fansign sudah mulai ramai.

Ketika penggemar lain mulai dekat denganku, tanpa sengaja air jatuh membasahi photobook yang baru saja salah satu dari mereka berikan. Cepat-cepat menyapu tetes itu menggunakan jari, aku tidak sangka bahwa akan menangis di sini. Rasanya menyedihkan, tapi juga menggembirakan menemukan kenyataan, aku mendapat dukungan atas pilihan dan keputusanku.

By Your Side BTOB [√]Where stories live. Discover now