Part 2

4.4K 508 21
                                    

Votmentnya sayang 😉👍🏻

Happy reading chinggudeul

***
Rasanya Jeno ingin melemparkan orang yang berada dalam rangkulannya ini, bagaimana tidak beratnya saja hampir melebihi berat badannya sendiri. Dengan buru buru Jeno menyeret Chandra menuju mobilnya setelah membuka pintu mobil dirinya langsung membantu Chandra untuk duduk dikursi penumpang di tengah agar Chandra dapat tidur dengan menselonjorkan kakinya dengan bebas.
Dasar merepotkan saja

Jeno mulai menjalankan mobilnya perlahan membelah jalanan yang tidak begitu ramai, tetapi pikirannya sedikit teralihkan dengan wajah asing yang dilihatnya tadi, baru kali ini dirinya melihat lelaki dengan paras yang cantik dan manis sangat menarik menurutnya. Ah ini bukan berarti dirinya tertarik dengan lelaki itu, dirinya hanya sedikit memuji saja. Dia masih tertarik dengan wanita tentu saja.

"Chan lu liat muka cowok yang lu tabrak tadi ga? Kok bisa ya ada cowok secantik itu bahkan paras cewek kalah sama dia. Gue hampir belok chan kalo liat mukanya, manis banget gak bohong gue. Sumpah yah Chan gue kalo jadi cewek bakalan minder gue berdiri disamping dia"
Jeno terus berceloteh tanpa menengok kebelakang tempat Chandra berada.
Dengkuran halus menjadi jawaban dari semua pertanyaan dan pernyataan dari yang sudah Jeno utarakan.

"Si anying malah tidur. Udah berbusa mulut gue ngomong dari tadi ternyata lo udah ke dunia mimpi"
Dengus Jeno kesal

Jeno kembali melajukan mobil yang dikendarainya menuju apartment Chandra. Mengantar sahabatnya itu agar segera merebahkan badannya dengan layak di kasurnya.

———

Sementara di seberang sana di tempat yang berbeda tentu saja. Pemuda dengan surai soft blue itu masih sibuk membersihkan luka pemuda mungil dihadapannya. Dia sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Pasalnya orang yang ditubruknya tadi bukan orang biasa. Dia Putra sulung dari keluarga ternama di kotanya. Keluarga mereka cukup disegani di kotanya itu karena keluarga mereka sering memberi sumbangsi bagi kotanya dan juga menjadi donatur di beberapa panti asuhan dan perusahaan perusahaan kecil dibawahnya.

"Ren, kamu hari ini gak usah pulang ke apart yah? Tidur disini aja di kamar aku"

"Mmm terus kamu gimana na? Atau kamu bakalan pulang kerumah? Aku aja deh yang pulang ke apart, kamu aja yang tidur disini kasian kamu kecapek-an seharian ngurusin kantor sama bar"

"Gapapa Ren kamu tidur disini aja yah? Ini juga udah larut banget kamu gak takut jalan sendirian gitu?"

"Aku laki laki yah na asal kamu tau aja"
Pemuda mungil itu merenggut kesal mendengar penuturan sahabatnya. Mentang mentang tubuhnya mungil tidak seperti laki laki pada umumnya terus dia dianggap remeh seperti itu yah walau kekuatannya tidak sebanding dengan sahabatnya, tapi dia tidak lemah. Bibirnya dipoutkan, pandangannya di alihkan ke samping.

Pemuda itu terkekeh kecil melihat reaksi dari pemuda kecil dihadapannya. Merajuk ternyata, menggemaskan sekali pikirnya.

"Ihh Narrendra kok malah ketawa sih?"

"Habis kamu lucu sih, gitu aja kok ngambek. Mana ada laki laki ngambek? Gemesin tau gak"
Ucap Narra sambil mencubit gemas pipi pemuda mungil itu.

"Renanda Evanio gak usah balik yah? Tidur disini aja. Gak boleh nolak pokoknya harus tidur disini. Aku juga bakalan tidur disini kok temenin kamu kalo kamu takut"

"Aku gak takut na, apasih kamu"

"Hahaha, lucu banget sih"
Narra tertawa cukup keras. Senang sekali menjahili sahabatnya itu. Melihat reaksinya yang sangat menggemaskan membuat hatinya senang.

Selfish [HyuckRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang