• Kelanjutan

9.3K 26 0
                                    

•••

Sudah hampir 4 tahun berlalu, tapi rasaku belum juga berlalu, masih untukmu dan hanya dirimu. Aku mengharapkamu, bukan untuk kembali padaku, tapi hanya sekedar memberi kabar singkat agar aku tahu, kalau dirimu baik-baik saja tanpaku.

Setelah menulis itu di bukunya Perla menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang berada di atas meja, melepaskan semua kegelisahan hatinya selama 2 tahun ini. Perla ingin melupakan segala hal tentang Deffan, tapi bayangan Deffan selalu muncul di saat dirinya menyibukan diri.

5 bulan yang lalu, Perla menerbitkan buku tentang kisahnya dan Deffan dulu, Perla selalu berfikir, apa Deffan sudah membacanya? Dan akhir-akhir ini ada seorang produser film yang tertarik mengangkat novel Perla menjadi sebuah film.

"Engga, gue gak boleh gini," Ucapnya menyemangati dirinya sendiri "...gue bisa gue kuat." Perla mengusap air matanya, menggatikan senyuman itu dengan senyuman palsu.

Perla fikir, melupakan sesuatu yang memang selayaknya harus di lupakan itu mudah, tapi tidak semudah itu, semakin lama Perla semakin tersiksa dengan ini semua.

Tapi setidaknya, beberapa masalah mulai tertasi dengan berlari dari masalah itu sendiri, Arkan sudah pergi ke kota halamannya. Makassar, dia memutuskan berkuliah di makassar setelah melaksanakan pertunangannya dengan Nadira.

Sepertinya, semua orang sudah bahagia, dan Perla? Perla masih berlarut-larut dengan kesedihan di masa lalu. Sebenarnya, Perla bisa saja menemukan kebahagiaan baru.

Tapi dirinya menolak itu semua. Baginya, hanya Deffan yang mampu memberikan kebahagiaan yang di carinya. Di fakultas yang sama dengannya, terdapat 2 orang pria yang sudah menyatakan cinta padanya.

Tapi Perla tidak menerimanya, di fakultas yang berbeda, ada 3 orang pria yang juga sudah menyatakan cinta padanya, Perla tetap tidak menerimanya.

Memangnya, siapa yang meragukan kecantikan dan tubuh Perla yang begitu molek, selain itu Perla juga baik hati? Perla memang sangat sulit di lewatkan oleh sebagian pria.

Perla menghela napasnya kasar, memukuli kepalanya agar bisa sedikit melupakan masa lalunya. "Lupa lupa lupa!"

"Euuuhhhhh." Perla menggeretakan giginya kesal. "Kenapa gak lupa-lupa sih!" Perla menutup bukunya.

Kemudian mengambil tas kecil berwarna merah muda lalu di gantungkan di bahunya, berniat pergi ke cafe agar bisa sedikit melupakan masa lalunya.

°°°

Wangi kopi menyeruak di penciumannya, pria dewasa itu menuangkan kopi hangat ke cup yang sudah di pegangnya. Memberikan pada Alya, teman kerjanya.

"Ini apa Deff?" Tanya Alya pada Deffan yang membuka masker wajahnya.

"Americano hot coffee." Jawab Deffan kembali memasang maskernya.

Deffan terlihat cocok sekaligus gagah menggunakan celemek khas barista cafe, dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya memang Deffan terlihat berbeda dengan Deffan semasa SMA dulu, tubuhnya lebih berisi dan memperlihatkan otot-otot di lengan dan dadanya.

Suara pintu yang terbuka oleh pengunjung baru membuat Deffan menoleh pada seseorang yang membuka pintu itu.

Deffan membulatkan matanya terkejut, mengapa Perla ada di tempat yang sama dengannya? Bukankah ibu, ayah dan kakak-kakaknya tidak pernah memberi tahu kalau Deffan pergi ke bandung?

Able 21+⚠️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz