- Me or Him? -

96 6 0
                                    

-Nicolaus's POV-

Benar-benar manusia ini merusak segalanya! Siapa lagi kalau bukan Alexander si rese itu. Dia merusak acara pedekate-an ku dengan Emily, padahal aku sudah berjuang keras untuk mendapatkan perhatian si cewek cantik itu. Sekarang disinilah aku mengantarkan cowok rese ke rumahnya ㅡ percayalah diriku masih normal ㅡ karena dia yang tiba-tiba muncul dan nebeng ikut pulang. Menganggu saja.

Setelah selesai menurunkannya, aku mengirim pesan kepada Emily. Lihat saja, aku akan mengajaknya untuk pergi besok, dan besok tidak ada Alex si perusak acara.

Nico: Hey, Em. Udah tidur belum?

Setelah men-tap tombol send, pesanku belum diread ataupun dibalas olehnya. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan mobilku dan menuju rumah. Sesampainya dirumah, aku kaget karena ada seseorang yang berdiri di teras rumah dengan wajah yang terlihat kesal.

"Kemana aja sih kamu?" tanya seorang cewek sambil menurunkan sebelah alisnya.

"Tadi abis nyari makan." jawabku.

"Lama banget makannya. Gak tau orang udah khawatir aja." ujarnya seraya memelukku.

"Yahelah, biasa juga kamu gak kenapa-napa kalo aku pulang telat. Tumben banget." kataku seraya membalas pelukannya.

Dia melepas pelukannya dan menatapku, "I want to talk to you."

Beginilah dia, kalau sedang ada masalah pasti langsung mencariku untuk bercerita. Mau tak mau aku mengangguk setuju dan masuk ke dalam rumah bersamanya.

"Jadi, ada apa?" tanyaku kepadanya saat kami sudah berada didalam kamarnya yang berlapiskan cat warna ungu muda.

"Tadi kamu nganterin siapa?" tanyanya balik.

"Um, temen. Kenapa?" tanyaku lagi.

"Ooh, engga. Ku pikir dia pacarmu." jawabnya.

"Belum jadian. Hahaha. Eh, ada apa sih? Tadi katanya mau ngomong? Masa cuma nanyain itu?" tanyaku kepadanya yang sekarang sedang mengikat rambut panjangnya itu.

Setelah itu dia menceritakan semuanya. Sebenarnya hanya masalah kecil. Dia berantem sama gebetannya cuma karena tadi gebetannya gak bales chatnya. Dipikir ada masalah apaan, ternyata  cuma masalah beginian.

"Udahlah, paling dia sibuk bantuin ortunya." ujarku kepada kembaranku itu.

"Ah, tetep aja nyebelin!" katanya.

"Udah sabar aja kenapa sih, nanti dia juga bales."  ucapku yang dibalas dengan bunyi notif LINE yang berasal dari handphone adikku.

Nicole menatap layar gadgetnya sambil senyam-senyum gaje. Tuh kan bener, pas diomongin pas dibales. Udah deh kalo gini aku dilupain. Lebih baik aku beranjak ke kamarku untuk tidur.

Sesampainya di kamar, handphone ku bergetar menandakan ada LINE masuk.

Emily: Hai. Belum nih hehe.

Tak sadar aku pun senyam-senyum gaje seperti yang adikku lakukan barusan. Akhirnya. Nicolaus. Tidak. Jadi. Tidur.

-Emily's POV-

OMG. OMG. OMG.

Ada chat dari Nicolaus. Astaga! Bagaimana ini? Tenang, Emily. Slow down. Tarik nafas, keluarkan. Tarik selimut, lalu tidur. Eh ngaco kan, gara-gara Nico chat gini sihh! Dengan segera aku membalas chat itu tanpa berpikir panjang.

Emily: Hei. Belum nih hehe.

Aduhhh. Dia bales apa ya nanti? Apa mau ngajakin dijemput besok ya? Atau mau ngajakin pulang bareng? Atau mau ngajakin jalan besok? Atau ㅡ

Nico: Bagus deh. Just wondering, mau gue jemput gak besok pagi? Sekalian pulangnya bareng lagi. Oh iya, dan sorenya lo ada acara gak?

Whuttt?!?!?!?!  Jadi bener dia ngajakin semua yang aku prediksiin tadi? Astaga. Kenapa bisa one heart gitu sih kita, Nic. Terhura deh, Emily. Akhirnya aku membalas chat itu dengan jawaban yang sudah terlintas di kepala dari tadi.

Emily: Okay. Engga kok, gak ada.

Nico: Yes!  Oke kalo gitu. See you tomorrow, have a nice dream :) good night, Em.

Emily: You too (:

Nico: Jangan lupa mimpiin gue ya:p

Aku hanya terkekeh membaca balasan chatnya itu. Setelah mendapat ucapan selamat malam dari Nico itu, aku jadi ingin cepat mendatangi hari esok. Aku segera beranjak untuk tidur.

Pasti dengan sendirinya juga lo muncul di mimpi gue kok, Nic. batinku sebelum benar-benar terlelap.

➳  ➳  ➳ 

"Demi apa dia ada didepan rumah, Ma??!!" seruku.

"Kalo kamu gak percaya kamu liat aja sendiri deh, Em." ujar mama santai.

Akhirnya aku mengintip keluar rumah melalui jendela kamarku. Benar saja. Pagi-pagi buta begini Alex si manusia menyebalkan sudah berdiri dengan seragamnya yang rapi. Ngapain sih dia kesini? Haduh pusing pala berbi. Akhirnya aku menelpon Alex. Terlihat senyum yang terpampang cerah di wajahnya saat dia melihat layar gadgetnya yang menyala.

"Halo, Emily. Good morning." ujarnya.

"Alex, seriously. What are you doing there?!  It's still 6 a.m. in the morning."  seruku di sambungan telepon.

"Calm down. Gue mau ngejemput lo sekolah. Gue udah curi start biar gue duluan yang nganterin lo ke sekolah. Udah pokoknya lo mandi sekarang terus lo siap-siap, gue tunggu. Jangan ngaret nanti kita telat."  katanya panjang lebar.

"Duh. Iye iye udah jangan bawel." lalu aku pun menutup sambungan telepon tadi.

Dengan tidak bersemangat aku menuju kamar mandi kemudian setelahnya aku sudah berjalan malas dengan seragam sekolah yang sudah menempel di tubuhku menuju ruang makan. Bagaimana gak malas sih, Alex yang mengantar bukan Nico. Ughhh.

"Ini buat temen kamu itu. Kasian dia kayanya belum sarapan." ucap mama sambil menyodorkan satu bungkusan kertas coklat berisikan roti bakar coklat-keju.

"But mom ㅡ "

"No but, Emily. Jangan lupa dikasih ya, bilang thank you juga udah mau nganterin tuh. Kasian dari pagi dia udah nunggu." potong mama. Aduh bener deh, kalo mama bilang apa pasti udah gak bisa diganggu gugat. Niconya gimana dong?

Akhirnya aku mengangguk pasrah dan berpamitan untuk pergi sekolah. Di luar, Alex memasang senyumnya yang cerah itu kepada mama dan diriku.

"Kita pergi dulu ya, tante." katanya kepada mama.

"Iya, bye. Hati-hati ya." ujar mama dengan senyum ramah.

Jangan bilang kalo mama suka sama Alex. Alex kan aslinya nyebelin. Ah, mama ketahuilah bahwa manusia ini sangat menjengkelkan.

"Yuk, Em." ujarnya dengan senyum cerah yang masih menempel diwajahnya.

Aku masuk ke dalam mobilnya yang sebelumnya pintu itu dibukakan olehnya kemudian ditutup olehnya juga. Sweet. Tunggu, tidak tidak. Dia tidak manis, Emily. Dia cuma bersikap sopan. That's all, don't think much.

Dia mengendarakan mobilnya dengan kecepatan normal. Setelah sekian menit keheningan menyelimuti kami berdua, dia mulai menanyakan hal yang sungguh tak biasa.

"Jadi sebenarnya, lo lebih milih gue atau Nico, Em?"

-----

TBC.

Hello ma frend! Maaf banget lama apdet:( So, untuk selanjutnya author akan jarang update. Mungkin updatenya lama jadi really sorry banget. Diusahain bisa quick-update.
Vote and comment nya ya:))

Lirik mulmed ya ada kembaran Nico tuhh.

Much love xx

Beautiful MomentWhere stories live. Discover now