- Unknown -

52 4 0
                                    

-Freddy's POV-

"Bro, tuh cewek idaman lo lewat." ujarku kepada Nico.

"Apaan sih? Hiperbola lo ah!" balasnya ketus.

"Yeeee! Lo kan tergila-gila sama tu cewe, makanya gue kabarin kalo dia lewat." balasku.

"Tergila-gila? Haha, lucu banget. Catatan ya buat lo, gue gak pernah sampe tergila-gila sama cewek. Dan juga kalo dia lewat juga gue juga udah tau kali." cetusnya.

Terbentuk kerutan di dahiku. Apa yang dia bilang tadi? Gak pernah sampe tergila-gila sama cewek? Terus yang Emily-Emily itu bukannya cewek yang lagi dikejar-kejar sama Nico itu gimana deh?

"Lah? Itu yang Emily-Emily itu? Kan lagi lo kejar-kejar tu cewek. Memangnya itu bukan suka sampe tergila-gila?" tanyaku.

"Emily? Gak pernah gue suka sampe tergila-gila sama dia." tuturnya.

Aku terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja dikatakan saudaraku ini. Jadi selama ini si Nico ngedeketin Emily cuma bohongan? Terus buat apa dia bela-belain nganter jemput Emily tiap hari ke sekolah?

"Eh eh, Nic, bentar deh. Lo serius barusan? Yang lo omongin itu serius? Terus kalo lo emang gak suka sama dia, ngapain juga lo bela-belain bangun pagi buat anter-jemput dia?" tanyaku dengan nada serius.

Oke, Nico memang jarang menyukai wanita -dia bukan termasuk gay karena dia suka wanita-, tapi semua yang dia lakukan untuk cewek bernama Emily itu selama ini buat apa? Ku pikir Nico jatuh cinta kepadanya.

Nico balik bertanya, "Seriusan lah. Emang gue gak boleh punya temen deket cewek?"

"Ya, bukan gitu, tapi lo gak kasihan apa? Emily pasti mikirnya lo ngasih kode ke dia dengan tindakan-tindakan manis lo itu." cetusku.

"Yaelah. Slow aja napa, Bos. Gue tau dia orangnya kagak baperan, jadi slow ajalah kalo gue modusin juga. Udah ya, gue cabut dulu." balas Nico santai sambil berjalan menjauh meninggalkanku.

➳ ➳ ➳

Di parkiran sekolah, aku melihat Emily yang sedang berdiri sendirian disana. Dia sesekali melihat ke arah kanan dan melihat ke arah kiri. Apa dia sedang menunggu seseorang?

Tak lama datang seorang cowok berawakan tinggi dan berambut coklat gelap. Aku tidak mengenali siapa cowok itu, tapi aku sering melihat Emily berada bersamanya. Mereka berbincang sebentar kemudian mereka berjalan menuju sebuah motor sport yang cukup keren dan cukup mahal. Setelah menaiki motor sport tersebut, mereka pun melesat pergi dari pandangan mataku.

Sebentar, kenapa aku terdengar seperti seorang stalker ? Ah, seharusnya aku tidak perlu peduli tentang apa yang mereka lakukan tadi. Kenapa aku membuang waktu untuk melihat apa yang mereka lakukan tadi? Ah sudahlah.

"Fred!" teriak seseorang lantang dibelakangku.

Sesuai dugaan, suara teriakan tadi adalah milik Nicolaus. Aku sudah hafal benar suaranya yang khas, apalagi saat dia berteriak, teriakannya seperti toa kelebihan baterai.

"Apaan?" balasku malas.

"Hehehe. Ganteng deh sodara gue ini." katanya lembut.

Biasanya kalau Nico sudah memujiku seperti ini, dia membutuhkan sesuatu. Dan bisa ku pastikan bahwa dia membutuhkan tumpangan untuk pulang.

"Gue tau lo mau nebeng motor gue. Gak usah sok-sok muji gue deh, Nic! Ketahuan banget elah." ujarku.

"Hehehe. Tau aja deh lo." katanya sambil cengengesan.

"Tadi aja bilang cabut duluan, sekarang minta nebeng. Lawak emang lo!" ucapku sambil menyalakan motorku.

Tanpa ijin, Nico ikut menaiki motorku. Aku hanya menghela nafas dan mulai meninggalkan parkiran sekolah. Selesai mengantar Nico, aku beranjak pergi dengan motorku menuju rumah ku yang nyaman nan tenang. Saat di jalan, aku melihat seorang cewek dengan seragam sekolah yang sama denganku berdiri di trotoar sendirian. Emily.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Nov 30, 2015 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Beautiful MomentUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum