- The Reality -

91 6 0
                                    

-Emily's POV-

"OH MY GAWD!!! Ciyusan?! Demi apa?!" teriak salah seorang cewek yang sedang berkerumun dengan cewek-cewek lainnya.

"Sssttttttt!!!" balas warga kelas bersamaan. Yep, inilah kelas kami. Selalu solid. Selalu sama dalam segala hal.

Akhir-akhir ini aku merasa banyak berita tak jelas yang beredar tentangku. Tentu saja, memangnya karena apa lagi semua itu bisa terjadi? Sudah jelas ini semua karena pengakuan Alex dan Nico kepadaku. Tentu berita itu tersebar cepat seperti kilat, tapi semua itu malah membuat beberapa orang membuat berita lain yang membuat kupingku panas.

Setelah cewek tadi diam, beberapa temannya melirik ke arahku diam-diam. Mereka memang sudah terkenal begitu. Berkelompok, bergosip, lalu melirik. Seringkali aku menemui beberapa pasang mata tak suka dan pandangan sinis untukku. Sudah biasa untukku juga sih, lagi pula tidak ada gunanya kalau aku menanggapi mereka.

"Emily." sapa seseorang berambut pirang didepanku.

"Ada apa?" tanyaku sambil meliriknya sekilas.

"Boleh gue ngomong bentar?" tanyanya kembali.

Aku mengangguk dan bergeser ke bangku disebelahku.

"Lo udah gak deket sama Alex lagi?" tanyanya.

Aku diam, tak ingin menjawabnya. Pertanyaannya terlalu membingungkan.

"Em, Alex itu bener-bener sama omongannya ke lo." tanyanya lagi

Aku semakin terdiam. Apa benar Alex serius dengan perkataannya?

"Lo gak peka atau gimana gue gatau sih ya, tapi coba lo perhatiin deh sikap dia. Berubah drastis, Em. Dia jadi lebih pendiem, sering ngelamun, gak fokus." ujarnya.

Alex berubah jadi pendiam? Ah masa? Kok aku gak peka yah?

"Gue cuma mau nyaranin lo, jangan nipu perasaan lo sendiri. Kalo lo ada rasa, jujur aja ke diri lo sendiri. Coba lo mulai jujur deh, lo suka sama siapa." katanya.

Aku mengangguk, "Iya, Drey. Thanks. Ini gue lagi mencari kejujuran itu didalam diri gue, Drey. Cuma sayang, belum ketemu sampe sekarang."

"Kelak lo akan nemuin itu kok, Em. Gue ke perpus dulu ya." ujarnya sambil tersenyum hangat.

Serumit inikah mencari kejujuran akan perasaan diri kita sendiri?

-Nicolaus's POV-

"Bro!" panggil seseorang seraya menepuk bahu kananku.

"Apa lagi?" tanyaku malas.

"Lo serius nembak si Emily Emily itu?" tanyanya kepo.

"Pengen tau aja atau pengen tau banget?" ku balas bertanya. Ak mah gitu orangnya, kalau orang bertanya, aku tanya balik.

"Eh, serius gue. Lu nembak dia?" tanyanya lagi.

"Kenapa gitu?" ku balas lagi dengan pertanyaan.

"Ya kan masih banyak cewek cantik nan seksi di sekolah ini, bro. Dari sekian banyak kenapa lo pilih dia?" tanyanya lagi dan lagi.

"For real, bro. Lo. Kepo. Banget. Lagian gak perlu alasan kali kalo kita suka sama seseorang." jawabku singkat, padat, dan jelas.

Dia hanya diam, mungkin otaknya sedang mencerna apa yang baru saja ku katakan. For real, kalian harus kenalan dengan temanku yang kepo ini. Dia Hans, seorang yang kepo dan ke-kepoannya menganggu sekali. Seperti tadi, dia benar-benar kepo to the max sehingga menganggu proses perjalananku dari kelas ke parkiran sekolah. Jadi telat kan mau datengin si Emily. Keterlaluan bener dah si Hans.

Beautiful MomentOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz