"Kau- kau berjanji akan menyelamatkan mereka?" Wei Wuxian bertanya ragu, meski ia tak tau apa alasan Wangji mengatakan itu, tapi untuk saat ini, ia hanya ingin percaya pada pemuda yang selama ini selalu bertolak belakang dengannya dalam segala hal ini.

"Mn." Jawabnya pendek.

"Aku akan menunggumu disini."

"Tidak."

Wei Wuxian melirik Lan Wangji, ia merasakan kedua tangan kokoh itu semakin memeluk dirimya erat.

"Kenapa?"

"Wei Ying, mereka sudah menyiapkan ribuan pasukan untuk menyerangmu disini. Semua Klan bergabung untuk menghancurkan tempat ini."

Wei Wuxian membeku, suhu tubuhnya berubah menjadi dingin seketika.

Wei Wuxia tidak takut mati, hanya saja, ia memikirkan hal lain-

"Apa Jiang Cheng juga ikut?" Tanya Wei Wuxian lirih.

"Dia yang memimpin pasukannya."

Wei Wuxian terdiam, menggigit bibir bawahmya dengan air mata yang kembali merembes. "Kalau begitu aku akan tetap disini."

"WEI YING!" Lan Wangji berteriak marah, merasa tak suka atas keputusan Wei Wuxian.

"LAN WANGJI!" Wei Wuxian ikut berteriak, merasakan emosinya yang tersulut oleh pemuda didepannya.

Mereka saling menatap dengan mata menyalang.

"Aku memang pantas mati, Lan Zhan. Aku sudah membunuh Shijie dan Jin Zixuan. Aku sudah membuat Jiang Cheng kehilangan kedua orangtuanya, aku sudah membuat bayi sekecil A Ling menjadi yatim piatu. Dengan semua itu, menurutmu siapa yang menginginkanku untuk tetap hidup?" Ia menurunkan intonasinya, mencicit dalam keputus asaan, menatap Lan Wangji dengan semua perasaan bersalah karena telah merenggut hidup orang-orang yang dengan tulus menyayanginya.

"Aku."

"Apa?"

"Ada aku, satu-satunya yang menginginkamu untuk tetap hidup, Wei Ying."

"Lan Zhan, apa maksudmu?"

"Kau tidak harus hidup untuk orang lain. Jika kau membutuhkan alasan, maka akulah yang akan menjadi alasanmu. Tetaplah hidup untukku Wei Ying, tetaplah hidup disampingku."

Lan Wangji membelai wajah pemuda didepannya lembut, mencoba meyakinkan Wei Wuxian untuk mendengatkan kata-katanya.

Namun Wei Wuxian malah tertawa mengejek, ia memalingkan wajah untuk meghindari tangan Wangji diwajahnya, "omong kosong. Kau pasti sedang mabuk." Katanya sinis.

Namun Lan Wangji tak menjawab, ia hanya diam dan menatap Wei Wuxian. Membuat senyum sinis Wei Wuxian luntur perlahan.

"Kenapa? Bukankah kau selama ini membenciku? Oh, atau kau dan pamanmu sedang merencanakan sesuatu untuk menangkapku dan menghukumku dengan cara kalian? Begitu? Atau-"

"Karena aku mencintaimu, Wei Ying."

Wei Wuxian menghentikan kalimatnya seketika. Ia menatap Lan Wangji, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Aku tidak memiliki alasan lain. Aku hanya mencintaimu, itu saja."

Wei Wuxian mekangkah mundur, "kau- kau pasti sudah gila." Ia menggeleng tak percaya.

Bagaimana bisa? Bukankah selama ini Wangji membencinya? Dia tak pernah setuju dengan pilihan Wei Wuxian selama ini, tapi-

"Kumohon, kembalilah ke Gusu bersamaku. Hiduplah denganku disana, Wei Ying. Aku akan melindungimu." Ia meminta dengan suara lemah. Lan Wangji tidak tau dengan cara apalagi ia harus meyakinkan Wei Wuxian agar ia mendengarkan Wangji, agar Wei Wuxian mempercayainya,

Chateau de WangxianOnde as histórias ganham vida. Descobre agora