lost one

16 1 0
                                    

xx agustus 2020

Jujur aku tak ingat kapan menulis ini, yg aku tahu saat ini aku sedang dalam fase membuka lembaran baru dari kisah pilu masa lalu.

><><><><><><><><><><><><><><><><

"Hei bangun. Bangunnnnnn. Hishhh..." suara berisik membangunkanku
"Apaan sih ?" Kataku sambil memerjap mata, silau sekali. Jendela terbuka, gorden putih dan ruangan putih. Sungguh khas, kamar rumah sakit.

"Bangun, sana cuci muka. Yg sakit siapa, yg tidur siapa."

"Iya, iya"

"Hei, bukan pintu ituuu. Pintu yg sana."

"Bawel ah, nyawa blum ngumpul ini."

Dia hanya tertawa kecil.

Sehabis dari kamar mandi dan cuci muka, aku kembali ke kamar itu.

"Aku mau sarapan dulu, kamu mau makan apa ?" Tawarku

"Hei aku kan blum boleh makan soalnya nanti siang oprasi." Jawabku.

"Ya, siapa tahu hbis oprasi laper kan."

"Udah gk usah, sini dulu. Duduk sini, mo ngobrol" Sambil melambai tangan, menyuruhku mendekat.

Ya aku brjalan menuju ke arahnya. Dan duduk di kursi. Kursi tempat aku tidur semaleman menemani dia.

"Gimana kerjaan mu lancar ?" Tanyanya.

"Ya gitu gitu, yg pnting aku bisa nabung buat kedepan."

"Gimana teman2 mu disana ?"

"Ya, seru mereka. Walau kadang aku masih gk peduli, tpi ya kya gini aku kan."

"Kpan sih kmu berubah ? Peka sdikit ma sekitar napa. Punya hati aja kya batu."

"Lah bawel apa urusan." Ku mengernyit, dia ketawa. Lalu terdiam cukup lama

"Udah nemu gak nihh ?" Goda dia

"Nemu apa dah ?" Ku balik nanya

"Nemu knalan baru lah, siapa tahu bisa bikin lupa ma yg da disini."

Aku diam...

"Kalo nemu ga pa pa, aku ga masalah kok." Lanjutnya.

Aku masih diam....

Tiba tiba aku dijitak dengan sangat keras.

"Jawab napa woiiii." Protes dia

"Sakit tulull" desahku sambil megang jidat.

"Ditanya tuh jawab, diam muluu. Itu mulut gk bisa gerak apa." Trus mulai ngomel2 gk jelas.

"Ya ya maafff, huhh."sambil megang jidat yg masih panas, nih cewek kek gorilla kadang.

"Kenapa sih masih mikirin aku sih ?" Tanya dia dengan nada lirih.

"Aku tuh udah gk bisa nemenin kamu." Lanjutnya.

"Kenapa gk bsa nyari yg lain ?"

"Kalo aku bisa, udah ku lakuin dari dulu." Jawabku.

"Bodohhhh bodohhhh bodohhh." Dia nangis.

Aku bodoh emang, sebodoh itu.

"Relakan aku..." Sambil sesenggukan.
"Aku bukan lgi penting untuk mu."

"Gak bisa." Jawabku.

"Kamu harus, atau kmu hanya akan mlukai orang lain dan drimu sendiri."

"Relakan, ikhlaskan, ku mohon... "

"Aku coba." Jawabku

"Jika sudah waktunya, aku ingin kau secara sadar membuang itu." Dia menunjuk cincin yg aku kalungkan.

"Harusnya kau memakai itu di jarimu, jika memang sudah tidak bisa. Buang saja, kau tak butuh benda yg ku berikan itu." Lanjutnya

"Hei lihat aku,...."

Aku yg sedari tadi memalingkan muka, tangannya menarik wajahku.

"Aku bisa baca dari matamu. Kamu pasti bisa." Dia tersenyum.

"Sok tahu..." jawabku sambil menampik tangannya.

"Aku yg paling tahu. Kamu mungkin pembohong, tapi kmu gk pandai menyembunyikan itu."

"Kamu gak boleh kayak gini terus ya, janji ?" Dia menunjukkan kelingking nya

Aku melingkarkan jari kelingking ku pada jarinya.

"Say the magic word, please."

"Iyaa, aku janji." Jawabku

"Nah gitu dong, ya udah sana sarapan. Aku nitip bubur ya, beliin yg pedes. Eh jangan pedes banget ya, yg santai pedesnya. Haha"

"Siap boss."

Aku keluar untuk makan, diluar ada warung. Di lorong aku ketemu ayah dan ibunya, kami ngobrol soal ini dan itu. Intinya mereka ingin aku sabar ngadepin dia. Aku ijin untuk sarapan, tpi klo liat waktu itu jatuh nya udah gk sarapan sih lebih ke makan siang.

Selesai makan, mau kembali ke RS tau2 hujan deras. Deras sederas derasnya. Aku gak menerobos waktu itu, jdi aku biarkan itu mereda. Di depan warung, aku bener2 gak berani nerobos. Prasaanku tiba2 kacau gitu aja, dmna hujan yg harusnya reda tiba2 kembali deras dgn sambaran petir.

Aku yang sudah nekat setengah jalan, akhirnya basah2an. Aku pergi menyusuri lorong dan kembali ke kamar tadi. Karna memang waktunya oprasi, aku tidak menemukannya. Ku letakkan pesanan dia di meja. Dan aku pergi ke ruang oprasi menunggu nya diluar bersama ayah dan ibunya.

Dari kejauhan, yg ku tahu aku melihat dokter yg bicara kepada ayah dan ibunya, sepertinya oprasi sudah selesai. Awalnya dari kejauhan mereka terlihat gembira, tpi tiba2 raut wajah ibunya berubah setelah dokter itu menjelaskan semuanya dan selesai, dokter pun serasa menyesal dan menunduk.

Aku yg merasa gk beres akan hal itu mulai berlari menghampiri mereka, dokter itu pun pergi.

"Tante kenapa ?" Tanyaku.

Tanpa jawaban, beliau memelukku tersendu-sendu.

Tiba2 di belakangku terdengar suara kakaknya cowok.

"Mah, ada apa ?" Tanya nya

Aku berpandangan dengan kakaknya, seperti tidak ingin mengakui hal buruk tersebut. Aku yg dari tadi melihat, raut wajah ayahnya yg serasa shock dan tenang beecampur aduk. Berbeda dengan ibunya yg sudah merangkulku erat.

Aku tidak prlu jawaban atas pertanyaan itu. Aku telah ditinggalkan lagi. Ya semua terasa terpukul waktu itu, ibunya apa lagi yg serasa belum prcaya.

Aku tidak bisa menangis, jantungku berdetak lemah, nafasku tersengal dan telingaku berdengung.  Seketika semua tiba2 terselimuti oleh kabut tebal putih.

Dan

Akupun terbangun dari mimpi itu.

Jurnal Mimpi (Nothing's Special About It)Where stories live. Discover now