Stranded pt. 1

4 1 0
                                    

Senin 19 July 00.33 - 04.07

Mimpi berawal ketika aku tiba tiba terbangun di sebuah kamar, dengan ornamen yang gothic dan cat sewarna coklat kayu. Banyak poster band metal serta cowok korea. Aku beranjak menuju satu satunya jendela yang terbuka dengan ada se ekor burung yang hinggap dan memakan biji bijian.

Aku sadar aku berada di kamar lantai dua dan di depanku adalah jendela yang mengarah ke jalan Raya yang padat dan besarnya hampir seperti tol. Aku tahu itu karena jalan ini banyak dilewati truk namun bedanya kanan kiri isinya rumah karena aku bisa melihat seberang ada rumah juga dengan pemandangan dibelakangnya agak jauh ada pohon kelapa.

Aku takjub melihat pemandangan yang kayaknya belum pernah aku lihat itu, langit biru cerah serta cahaya teriknya namun terasa hangat. Lalu tanpa sengaja tempat makan dari burung yg hinggap tadi tersentuh dan jatuh kebawah. Seketika ada banyak burung kecil mengerumuni biji bijian itu.

"Kok jatuh sih." Kata salah seorang menghampiri dan aku bisa melihatnya itu adalah cewek.
Dia terlihat kesal karena terlihat dengan gerakan tubuhnya yang menendang bekas mangkok kecil yang jatuh tadi namun tidak pecah.

Dengan tatapan geram dia melihat keatas, namun hal tersebut berubah heran bercampur dengan tatapan yg terlihat kagum. Tak butuh waktu berapa lama, dia masuk kedalam dan aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari pintu kamar itu. Dari langkahnya terdengar bahwa di situ ada tangga.

Seseorang itu membuka pintu dan langsung menyodorkanku pertanyaan.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Katanya.

"Aku ehhh, aku gak tahu." Jawabku.

"Hmmm tapi wajahmu tak asing." Katanya

"Jangan jangan kau pencuri ya." Lanjutnya

"Engg.. enggak. Tiba-tiba aku ada di sini." Jelasku.

"Nama ?" Tanya nya

"Aku ? Emm, Fadhil. Kamu ?" Jawabku.

"Gak penting, kamu dari mana ?"

"Aku dari Semarang."

"Tidak ada daerah itu disini." Dengan tatapan heran, lalu mendekatiku sambil sekilas kulihat tangannya mengambil sebuah gunting.

Aku yg melihat itu merasa terancam dan posisiku masih ada di dekat kaca. Aku berpikir untuk loncat.

Seketika aku menuju ke jendela dan lompat dari lantai dua. Samar samar aku mendengar suara cewek itu sebelum aku melompat.

"Tunggu.."

Namun dalam beberapa detik aku sudah mendarat sempurna di bawah. Aku pun melihat sebuah pemandangan biasa seperti rumah, jalan, orang lalu lalang yang sesekali tertegun melihatku. Aku tak menghiraukannya dan memandang dari tempat aku jatuh.

Struktur bangunann yang aneh. Bagian ruang tamu ada dibawah san bagian rumah depan agak masuk lalu aku bisa liat dari luar ada tangga keatas yang menurutlu menuju ke atas. Tangga itu sepertinya terhubung ke kamar tadi. Lalu dibawah kamar ada sebuah ruangan yang menurutku adalah toko karena di tutup dengan pintu lipat dari besi berwarna hijau.

"Kenapa kau lompat dari sana?" Kata cewek itu lagi. Aku langsung menatapnya dingin, namun kusadari tangannya sudah tidak membawa gunting atau hal lain yang membahayakan ku.

"Karena kau membawa gunting." Jelasku.

"Kau takut dengan gunting ?"

"Aku takut kau menusukku. Jadi aku kabur." Jelasku.

"Tapi aku tidak tahu ada dimana sekarang." Lanjutku melihat keatas dan menatapnya lagi sambil tersenyum.

Setelah ku lihat lagi cewek itu cukup cantik, rambut bergelombang sebahu, kaos oversized, jeans pendek diatas lutut, kulit nya cukup masuk kategori cerah. Namun lamunanku dipecahkan dengan suara cowok dari dalam rumah yang mengeluarkan motor.

"Ven, aku ke pantai dulu ngambil kelapa." Kata cowok itu, lalu menyadari aku.

"Eh dia siapa ?" Tanya cowok itu ke cewek, yang menurutku cewek itu adalah adik dari cowok.
Untuk si cowok itu, dia kurus dengan kaos biri dan celana jeans hitam.

Lalu si cewek itu berbisik-bisik ke cowok itu, aku hanya melihat mereka sambil melipat tanganku.

"Oke, jadi kamu Fadhil kan. Kamu berasal dari kota ya? Bajumu terlihat keren." Kata cowok itu.

"Keren ?" Seketika aku lihat tubuhku, aku memakai kalung silver, kemeja putih panjang dan jeans biru serta sepatu model converse.

"Sepertinya begitu." Lanjutku.

"Kayaknya kau memang tak ingat apa -apa. Kalau begitu, mau menemaniku ke pantai ?" Tanyanya.

"B..boleh." jawabku terbata-bata.

"Yaudah naik sini." Katanya menunjuk ke motornya.

Aku menikmati perjalanan yang seperti menuju pelosok itu, karena hembusan angin aku menutup mata, terasa sejuknya. Namun tiba tiba aku terbangun di kamar ku. Mimpi itu singkat sekali.

Jurnal Mimpi (Nothing's Special About It)Where stories live. Discover now