Study Excursion

8 1 0
                                    

2 agustus 2016

Pada hari ketiga, yaitu aku bermimpi saat selasa malam. Third Scene.

Aku menemukan diriku sedang ada di bis pariwisata. Aku duduk di samping Ketua kelasku yang bernama Santos. Aku belum tahu kemana bis ini akan menuju. Jadi aku tanya teman di seberangku yang bernama Arif (aku biasa memanggilnya Ayik), katanya kami akan mengadakan Studi Ekskursi tentang pariwisata langsung di surganya yaitu Bali. Ini pasti akan menjadi perjalanan yang jauh. Akupun mencoba tidur di bis itu (jika aku tahu aku bermimpi untuk tidur di bis, pasti akan jadi hal yang aneh banget. Kita tidur dan bermimpi bahwa kita tidur, aneh kan). Kusadari aku sudah berada di sekitar pelabuhan, dan aku melihat beberapa temanku sudah keluar dari bis dan menuju ke kapal. Aku juga segera menyusul. Perjalanan itu hampir sama saat terakhir kali aku studi tour di bali waktu SMA. Sesampainya di bali, kami memulai tour tersebut. Namun sebelum itu kami mampir ke hotel untuk mberganti pakaian, madi dan istirahat sejenak. Setelah itu kami mulai menjalani banyak kegiatan hingga waktu berlalu begitu cepat (dari sini aku mulai ingat kejadian). Sebelum besok kami meninggalakan ini semua kami menginap terakhir kalinya di hotel dan kami dibebaskan untuk pergi kemana saja asal jam 10 kami semua harus segera kembali ke hotel. Kesempatan ini tak datang dua kali, aku pun bersama dua kawan akrabku Dadang dan Firman pergi ke suatu tempat entah apa itu. Kami berjalan menyusuri jalan dan menikmati keadaan sekitar. Sesekali kami berfoto ria bersama atau selfie. Di perjalanan kami bertemu dengan rahma bersama Devinta dan Annisa, sepertinya mereka sedang membeli pernak pernik khas Bali. Akupun memutuskan kesana bersam 2 kawanku. Kami pun menemui mereka dan membantu mereka (maksudnya bukan bawain belanjaan seperti yang kalian pikirkan, namun memberikan tanggapan tentang pernak pernik yang cocok untuk mereka). Dalam keadaan seperti ini, aku merasa sangat akrab dengan #H dan entah kenapa aku gak berhenti memikirkannya saat itu. setelah ketempat itu kami sempat mampir ke tempat lain. Setelah mereka selesai dan terlihat lelah, kami berniat kembali karena waktu sudah hampir jam 10 malam. Sebenanrnya karena gak ada dosen kami membuat kesepakatan tentang keadaan dimana waktu bebas itu diberikan dan kapan waktunya kita mengahdiri jadwal yang sudah di tentukan. Di perjalanan Dadang meminta untuk berjalan berputar alias tidak lewat jalan yang tadi. Aku menolak karena melihat kondisi 3 cewek yang kelelahan. Bahkan aku sempat menawari mereka untuk naik taksi, tapi mereka gak mau yaudah deh. Di perjalanan kami melawati jalan yang lebar namun sedikit sepi. Disitu ada preman yang sedang mabuk mabukan. Aku sempat menawari yang lain untuk jalan memutar. Tapi mereka gak mau karena jikapun kita jalan gak mengganggu mereka, mereka pun gak akan mengganggu kita. Mereka salah, aku yang sudah pernah berurusan dengan orang mabuk merasa itu anggapan gak masuk akal. Mereka akan menyerang siapapun yang ada di depan mereka, karena itu bukan keinginan mereka dalam keadaan sadar. Tapi karena mereka memaksa jadi aku yang jalan di depan, lalu disusul yang lain. Awalnya semua lancar, sampai suatu ketika salah satu mereka mendekati kami dan merayu teman kami. Aku Cuma mencoba untuk berbicara baik dan melarang mereka mendekat, tapi ternyata teman mereka membawa botol dan memukulnya di kepalaku hingga botol itu pecah. Kepalaku serasa pusing sesaat tapi aku tidak terjatuh. Tampak darah segar mengalir dari kepalaku. Aku mengisyaratkan yang lain untuk tetap di belakangku. Sampai suatu ketika Annisa ditarik oleh salah satu preman itu, Dadang mencoba melepaskannya dan setelah Annisa lepas aku menyuruh mereka berlari menjauh. Kami pun berkelahi dengan preman itu, 3 orang melawan 4 preman (that's bullshit). Sementara aku menengok kebelakang merek sudah tidak terlihat. Kami pun memulai perkelahian itu. 1 orang sudah aku robohkan. Tinggal 3 yang lain dan ini udah impas, 3 lawan 3. Saat kami berkelahi sengit, tiba tiba ada mobil polisi yang lewat dan melihat kami. Lalu para preman yang menyadarinya berlari, sementara kami sudah terlalu capek karena tak terbiasa berkelahi dan ditambah luka yang ada di badan kami membuat kami tak bisa bergerak cepat. Aku mengisyaratkan untuk Dadang dan Firman lari duluan, dan saat aku mulai mengejar mereka dari belakang preman yang dari tadi terkapar mengambil bekas botol yang pecah tadi (botol itu terlihat runcing. Dia lalu menusuk perutku dari belakang. Aku sempat tertegun sesaat dan roboh begitu saja. Sesaat sebelum kesadaran ku hilang aku mendengar suara 2 orang polisi berteriak dan dan ku dengar suara handcuff mereka. Kelihatannya preman yang menusukku berhasil di tangkap dan memasukkan nya ke mobil petugas. Salah satu dari mereka menghampiriku dan berdebat tentang sesuatu. Tentang kira kira umurku, seumuran sekolah, daln lain lainnya. Lalu 5 detik sebelum terpejam aku mendengar suara rahma memanggilku sambil berlari, di iringi langkah kaki banyak orang yang mendekat. Suara itu kian mendekat dan semuanya kembali gelap gulita. Aku pun terbangun dari mimpi itu.

Dan aku menyadari semakin lama kejadian itu, semakin lama juga waktu kuperlukan untuk tidur. Buktinya saat aku terlambat bangun dan kulihat biasanya aku bangun jam tengah 5 kini aku bangun jam tengah 6. Pantas saja ketika aku bangun ibuku udah marah-marah gak jelas padaku sementara aku dengan tidak bersalah masih menguap dan mager.

Jurnal Mimpi (Nothing's Special About It)Where stories live. Discover now