Bab 24

7.6K 708 218
                                    

Teriakan Al masih terngiang di telinga Nesa.

Beberapa kali Nesa mendapat bentakan dan teriakan oleh nasabah, dia tak pernah sakit hati.
Tapi entah mengapa sekali teriakan dari suaminya membuatnya menciut, sakit hati, kepala berdenyut menahan amarah.

Dari kaca spion, si Driver taxi melihat Nesa menyeka air matanya yang turun deras dipipinya.

Beberapa kilometer sebelum memasuki gapura perumahan orang tuanya, Nesa baru teringat bahwa ayah dan ibunya sedang keluar negeri, reward dari perusahaan Aji.

Dia belum siap jika ditanya oleh kakaknya. Bisa-bisa 2 pemuda itu menghabisi Al tanpa ampun.
Apalagi sekarang hari Minggu, duo jomblo nggak bisa dipastikan keberadaannya.
Kalo Vasco antara bengkel, rumah dan toko onderdil.
Sedangkan Valdi, bisa dirumah, tempat bimbel untuk bersih-bersih, kolam renang atau gym.

"Pak, minta tolong putar balik aja ya.... Kita ke bandara. Mampir ke tour and travel dulu." Pinta Nesa.

Beberapa jam berikutnya, disinilah Nesa berada, Banjarmasin.

"Nesa boleh nginep di sini kan ma?" Tanya Nesa kepada istri Johan yang bernama Deca.

"Boleh donk Nes...ini kan rumah kalian juga..." Balas wanita itu.

"Papa pulang jam berapa?" Nesa ikut memanggil Papa kepada Johan.

"Papa lagi mancing sama temannya, mungkin sore. Kamu uda makan siang?"

"Sudah ma...tadi di bandara.." Nesa berkata bohong, padahal melihat makanan pun rasanya dia malas.

"Rossi sama Jasmine kemana ma?" Lanjut Nesa.

"Rossi Jasmine jalan-jalan...kamu istirahat dulu aja Nes, uda disiapkan kok...."

"Maaf ya ma...Nesa ngerepotin...."

"Nggak boleh ngomong kayak gitu! Kamu anak mama papa juga! Rossi Jasmine kalo abis dari Surabaya mesti seneng banget...pasti dimanja sama kalian...."

Nesa berusaha tersenyum lalu pamit ke kamar.

Deca menghubungi Johan dan anaknya tentang kedatangan Nesa. Tak lupa dia juga menceritakan kondisi Nesa yang bermata sembab.

"Nggak usah kepo! Nesa butuh tempat untuk sendiri." Pesannya.

Keluarga Johan dan Aji memang sangat akrab. Johan dan istrinya tidak perlu kuatir jika Rossi dan Jasmine ke Surabaya. Karena ada Aji yang menjaminnya.

Menjelang Maghrib, Nesa baru keluar kamar. Dia melihat keluarga papa sudah lengkap.

"Sini mbak! Aku tadi beli martabak manis." Ucap Rossi sambil mengunyah.

Nesa menghampiri dan bergabung menikmati martabak bersama. Mereka bercengkrama ringan tentang perjalanan Nesa. Dia menjawab seadanya dan memaksa tersenyum.

"Nesa minta tolong jangan kasih tau orang Surabaya kalo Nesa di sini ya....Nesa masih pengen sendiri..." Ucap Nesa dan menyapu pandangan ke keluarga Johan.

"Tenang aja Nes....kita nggak akan bilang. Papa lebih aman kalo kamu kesini, daripada kamu pergi ke tempat tujuan yang nggak jelas...." Ucap Johan layaknya orang yang bisa dipercaya.

Saat makan malam,Nesa masih malas menyentuh makanannya.

"Sayang....makan dikit aja ya..." Ucap Johan ketika melihat Nesa hanya mengaduk-aduk porsi makanannya yang sangat sedikit.
Nesa mengangguk dan tersenyum tipis.

Ketika dikamar, dia tidak menangis lagi, dia hanya merenung.

Beberapa jam sendiri, akhirnya Nesa tertidur.

#6 ART OF LIFE (TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora