Halo! Anis di sini :)
Buat kalian yang sudah berhasil mengikuti perjuangan Karen dan kawan-kawan sampai tahap akhir, saya ucapkan selamat! Sejauh ini kalian bisa tahan membaca serangkaian diksi yang mungkin bisa bikin pusing :"
Boleh, nggak, saya dengar pendapat kalian?
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya nih—kayak Pak Bille—kalau tata bahasa dalam cerita ini kurang nyaman dibaca. Atau banyak logika atau alur yang sekiranya masih kurang nyambung. Dan, terutama, penyajian dari percakapan Melayu Ambon—di bab 11-12—yang kayaknya masih kurang pas.
Saya baru bisa revisi cerita ini selama dua hari karena mengejar deadline Wattys. Dalam jangka waktu itu, saya berusaha perbaiki bagian-bagian yang kurang sesuai dan logika-logika yang masih cacat, walaupun nggak semuanya bisa saya perbaiki. Jadi, kalau sekiranya kalian mau ngasih kritikan yang membangun, saya sangat terbuka, kok. Mau kasih yang pedes level 10 juga InsyaAllah saya kuat :>
Oh, ya, visualisasi Irene belum sempat saya bikin karena nggak keburu. Tapi sebetulnya memang sengaja dibikin abstrak karena saya mau kalian yang memvisualisasikannya sendiri hehe.
Pada bagian terakhir ini, saya sajikan lagu terakhir yang pada dasarnya menstimulasi otak saya untuk menciptakan ide cerita Katastrofe. Kalau mau diskusi, sangat dipersilakan ya di lapak ini.
Akhir kata, saya ucapin makasih banyak ke kalian yang sudi meluangkan waktu untuk membaca kisah Karen, Irene, Ray, dan Vian. Sampai bertemu di kisah-kisah menegangkan selanjutnya :)
•°•°•°
YOU ARE READING
KATASTROFE
Science Fiction🏆 Pemenang The Wattys 2022 kategori Wild Card dan penghargaan "Dunia Paling Atraktif" Berlatarkan abad ke-22, Indonesia berangsur-angsur menjadi salah satu negara dengan teknologi tercanggih. Bertahun-tahun rakyat dan pemerintah bekerjasama membuan...