6 | Menjelajahi BIU

Start from the beginning
                                    

          Karen biarkan pemuda tengil itu menjauh di belakangnya. Setelah beberapa saat, ia menyusuli Ray, yang rupanya sudah memilih satu menu dan saat ini sedang dibuatkan oleh android barista. Pemuda itu fokus pada barista yang sedang menarik-narik kopi dengan kedua gelas di tanggan logamnya.

          "Kopi Tarik Sibu12)?" Karen menebak. Biasanya orang-orang baru akan memesan menu itu karena tampilannya yang menarik. Kopi Tarik Sibu khas BIU disajikan dalam gelas menyerupai erlenmeyer13) namun masih menggunakan cacahan biji ketapang serta taburan bubuk cengkih halus sebagai topping. Sedotan panjang melengkung melengkapi tampilan unik menu ini, ditambah kue sagu berbentuk Nuri yang dibuat seolah bertengger pada bibir gelas.

          Ray menyengguk satu kali atas tebakan Karen. "Yap. Dengan sedikit campuran papeda14) dan teh."

          Karen menaruh bokong pada kursi bulat kosong di sebelah Ray. "Oke, sekarang saya mau jelasin ke kamu tentang bidang yang ada di BIU. Sebetulnya penyebutan kata bidang ini diperuntukkan bagi orang-orang dalam saja, demi menggeneralisasi dua hal yang memang ditonjolkan oleh BIU—IPTEK dan Pertahanan." Ray memutar tubuh menghadap Karen seutuhnya. Ia sangat tertarik dengan pembahasan ini. "Dalam bidang IPTEK, kamu bisa menjumpai Fakultas Teknik, MIPA, Kedokteran, dan lainnya."

          Netra Karen menuntun Ray untuk melihat kembali permini yang melayang-layang di langit-langit lantai dasar menara yang tinggi. "Perpustakaan itu dibuat untuk menunjang mata kuliah aerodinamika15) dari Fakultas Teknik Mesin. Di dalamnya juga terdapat fitur-fitur yang berhubungan dengan udara dan sebangsanya." Ray mengangguk takzim tanpa melepaskan pandangan dari permini. "Yang itu," Karen menunjuk ruang kubah yang di dalamnya terdapat beberapa mahasiswa mengenakan pallent glasses, "hasil karya anak-anak Fakultas MIPA." Sekarang Karen menunjuk dirinya. "Kalau saya—"

          "Jangan kasih tau. Saya mau coba nebak." Ray sedikit heboh memotong ucapan Karen dengan isyarat stop pada kedua telapak tangannya. Jemarinya lantas memainkan ujung bibir demi menunjukkan bahwa dirinya sedang berpikir. Sambil tetap duduk, netra Ray menelisik tubuh Karen sampai mencoba ke balik punggung yang tersampir busur serta satu kotak anak panah, lengkap dengan pedang cukup panjang. Sungguh tampilan yang layak disebut sebagai pemburu. Ray mulai angkat bicara lagi ketika Karen memicingkan mata. "Kamu mahasiswa dari bidang pertahanan," ujarnya dengan mimik amat polos. Dengusan pelan terdengar ke telinga Ray.

          "Sangat umum."

          Ray tersinggung—lagi. Ia mendecak dan membela diri. "Mana saya tahu ada fakultas apa aja di bidang pertahanan. Kamu kan belum jelasin."

          Karen mengangguk-angguk pasrah. Ia merasa seperti dihadapkan dengan remaja tanggung yang baru lulus SMP. Ia jadi ragu apa pemuda ini bisa diandalkan seperti harapan rektor. "Saya dari Fakultas Strategi Pertahanan." Ia kemudian melihat pertanyaan dari sorot mata Ray. "Belum pernah dengar?"

          "Pernah." Meski berkata demikian, Ray sebenarnya tak yakin. Demi mengalihkan topik dari bidang pertahanan ini, ia pun menunjuk bulatan asap dengan dikelilingi aliran listrik berwarna ungu yang sebelumnya sempat ingin ia tanyai. "Kalau itu, perbuatan dari mahasiswa fakultas mana? Saya juga penasaran sebetulnya itu apa, ya?"

          Sejenak Karen terdiam. Ia berusaha mencari pilihan kata yang sewajarnya ia ucapkan. "Itu proyek khusus dosen dengan beberapa mahasiswa IPTEK. Saya masih belum tahu tujuannya untuk apa. Masih belum dipublikasikan." Ia sudahi penjelasan dan sengaja melirik android barista, bertepatan dengan Kopi Tarik Sibu yang diletakkan di atas meja bar.

          "Kopi sudah siap. Silakan dinikmati dan semoga bisa menaikkan mood Anda." Android itu tersenyum ramah menyelingi suara robotnya. Karen memberikan gesture pada Ray untuk segera menghabiskan kopi karena perjalanan masih panjang.

KATASTROFEWhere stories live. Discover now