ayah vs opa

8.5K 646 16
                                    

Siang ini, Arkan menemani adiknya yang kini kondisinya mulai membaik. meskipun, masih harus mendapat pemantauan ekstra dari dokter terutama dokter Tian.

"abang, mau susu" dan satu lagi, Adrain benar-benar menjadi manja pada Arkan.

Bahkan Yasinta saja sempat diabaikan oleh Adrain. dari sarapan yang ingin disuapi hanya oleh abang, sampai tidur yang harus ditemani abang. intinya, apa apa harus sama abang.

Arkan dengan sabar menuruti semua kemauan si bungsu. ia senang dapat melakukan semuanya dan membuat Adrainnya juga senang, meskipun hanya hal-hal sederhana.

"bunda, susunya adek dimana?" tanya Arkan pada Yasinta yang sedang membereskan beberapa makanan dimeja, pagi tadi ia berbelanja bersama Hana.

Yasinta memberikan satu kotak susu yang menjadi favorit putra bungsunya. sebenarnya yang ingat membelikan itu adalah Hana. ia sempat malu, karena lupa anaknya menyukai apa saja.

"udah minum ini, tidur ya?" Adrain menerima susu kotaknya, tapi tak mendengar ucapan kakaknya karena fokus pada layar ponsel milik Yasinta.

Sejak pagi ditinggalkan belanja, Adrain anteng menonton yout*be di ponsel bundanya. padahal Fikri sudah menayangkannya pada televisi diruangan, namun Adrain tetap ingin menontonnya dari ponsel bunda.

Mungkin nanti Yasinta akan membelikan putranya ponsel, setelah kondisinya benar-benar pulih.

"adek, udah jangan main ponsel. sekarang waktunya tidur siang" Yasinta menghampiri keduanya, hendak mengambil ponselnya yang sudah lowbat bahkan permukaannya terasa panas.

Adrain cemberut, ia masih ingin memainkan ponsel. dia belum pernah bermain ponsel sepuasnya, karena belum memiliki ponsel, juga tidak berani meminjam pada siapapun.

Tapi kini, ia baru tau jika bermain ponsel itu menyenangkan. Adrain mau lagi!

Arkan malah tersenyum melihat wajah adiknya yang merajuk, wajah gemas anak sembilan tahun itu tidak pantas marah, malah kesan lucu yang kini dilihat oleh Arkan juga Yasinta.

"udah jangan marah, sini kakak peluk" bukan hanya pelukan, Arkan juga menciumi wajah adiknya yang sedang berusaha menghabiskan satu kotak susu.

"bunda kenyang" Adrain menyerahkan susu yang masih tersisa kepada Yasinta. wanita itu tersenyum dan mencium kening putranya.

"bobok yaa" ujar Yasinta, anak itu mengangguk saja karena memang mengantuk.

Arkan yang dari tadi sudah berbaring disebelah adiknya, memeluk dengan hati-hati karena masih ada alat medis yang menempel. terlebih lagi selang oksigen yang harus tetap dipakai Adrain agar bernapas dengan baik.

Tak lama, Adrain sudah menyelami alam mimpinya. Arkan segera turun dan menghampiri bundanya.

"ayah masih dimana bun?" tanya Arkan, duduk disebelah Yasinta.

"ayah udah dijalan, bentar lagi sampe kesini. emang kenapa bang?"

"gapapa, cuma nanya aja soalnya lama banget"

"wajar, ayah kalo kerja harus tenang jadi dia cari hotel deket sini"

Arkan mengangguk saja.

Ngomong-ngomong, Fikri dan istrinya sedang pulang kerumah. sikembar dan Bayu sedang berkunjung kerumah saudara mereka yang jaraknya dekat dengan rumah sakit. lalu Bima tadi pagi memesan seuah hotel untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikirim sekretarisnya.

Belum lima menit, pintu dibuka oleh seorang pria yang barusan Arkan tanyakan. Bima tersenyum pada keduanya, namun ia lebih memilih menuju brankar.

"dari kapan tidurnya?" tanya Bima, tangannya mengelus kepala Adrain lembut.

adrain [sudah terbit]Where stories live. Discover now