cuma pingsan

9.3K 831 48
                                    

Ezra merasakan pusing di kepalanya, badan nya juga terasa begitu lemas. ia ingin membuka mata dan berharap bunda ada disisinya.

Namun, setelah berusaha membuka matanya yang pertama kali ia lihat bukan bunda atau ayah. melainkan bu Ira yang terlihat habis menangis.

"aden" bi Ira mengelap matanya, ia tersenyum hangat kepada majikan kecil kesayangannya.

"buu" lirih Ezra dari balik masker oksigennya.

"iya, ibu disini. aden makan ya? kata dokter perut aden harus diisi terus minum obat" bi Ira mengelus rambut Ezra.

Namun Ezra menggeleng, kepalanya pusing dan perutnya sangat mual. dapat ia pastikan jika makanan masuk, akhirnya ia muntahkan juga.

bi Ira terus merayu Ezra, dia tidak lupa jika Ezra masih anak-anak yang harus ia perlakukan sewajarnya anak usia Ezra. meskipun anak itu lebih dewasa dari usianya, tapi tetap saja jika anak-anak tetaplah anak-anak.

Akhirnya Ezra mengangguk, ia dibantu duduk oleh Ira agar mudah disuapi. ia juga meminta masker oksigen nya diganti ke nasal kanula.

"aku dibawa sama siapa bu?" tanya Ezra, sebelum ia menerima suapan pertamanya.

bi Ira sedikit berpikir, "emm sama pak Iwan dan ibu, tadi kita jemput aden ke UKS sekolah".

Ezra merasakan nyeri dihatinya, ia kira ayah yang membawanya pulang. tapi sepertinya Ezra terlalu berharap tinggi.

"oh makasih ya bu, bilangin juga ke pak Iwan makasih" ucap Ezra dengan senyum nya.

bi Ira tau jika Ezra sedang menyembunyikan kesedihannya. terlihat ditatapan mata anak itu yang menyiratkan kecewa dan sedih.

"aden, barusan kata dokter, katanya aden harus istirahat dan minum obat biar cepet sembuh jadi setelah makan, aden minum ya obatnya"

Ezra mengangguk, "udah bi, mual" tolak Ezra disuapan ke lima.

bi Ira menurut, ia membantu Ezra minum juga mengonsumsi semua obat yang harus Ezra telan.

"aden istirahat lagi ya, ibu mau kedapur buat simpan mangkuk kotornya" Ezra menurut, ia membaringkan tubuh ringkihnya dengan nyaman.

bi Ira keluar dari kamar, menyisakan Ezra yang sekarang dipenuhi berbagai pikiran. tentang keluarganya yang tiba-tiba menelantarkannya, lalu bagaimana hasil tes nya, dan satu lagi ia sangat merindukan oma nya yang tinggal di Palembang.

Karena masih lemas, Ezra memejamkan matanya. mencoba tertidur dan menyelami alam mimpi, siapa tau disana ia bisa bertemu ayah, bunda, dan oma.

Sedangkan didapur, Ira kembali menteskan air matanya. mengingat bagaimana kejadian barusan yang ia dan Iwan alami.

flashback-

"kita harus telpon nyonya Ra!" ujar Iwan, saat mereka baru sampai dikamar Ezra dan menidurkan anak itu dikasurnya.

"iya pak, tapi daritadi ponsel tuan dan nyonya tidak aktif" jawab Ira sambil terus mencoba menelpon mereka.

"tuan Fano dan Fino sudah dicoba? atau sekalian saja den Arkan" kata pak Iwan yang sangat khawatir melihat majikan kecilnya.

"tuan Fano menolaknya, lalu ponsel tuan Fino tidak aktif dia tidak pernah meng-aktifkan ponsel saat bekerja. paling sekarang den Arkan yang belum saya coba telpon"

Ira menghubungkan selulernya pada Arkan, kali ini tersambung dan tak lama terdengar suara khas Arkan disebrang sana.

"halo den"

"iya bi?"

"begini den, maaf mengganggu tapi ini tentang den Adrain"

"Adrain kenapa bi?"

adrain [sudah terbit]Where stories live. Discover now