beneran bunda?

9.1K 693 10
                                    

"syukurlah Adrain sudah sadar, jangan membuatnya lelah dan biarkan dia beristirahat" ujar dokter yang menangani Adrain, namun kali ini bukan Tian.

Bima dan Yasinta yang berada diruangan mengangguk dan tersenyum. kini tinggal mereka berdua diruangan tersebut, karena yang lain sedang makan malam disebuah restoran dekat rumah sakit.

"adekkk, ada yang sakit nak?" tanya Bima, pada putra bungsunya yang masih diam dan terlihat sangat lemas.

Adrain hanya menggeleng, ia bingung dengan suasananya. apa ia masih tidur, sehingga dapat melihat ayah dan bunda didepannya.

Tapi, Adrain yakin jika dirinya sudah berada di alam nyata.

"adek?" panggil Yasinta karena melihat Adrain yang malah melamun.

"bundaaa" lirih Adrain, semoga bundanya peka.

Yasinta menghampiri Adrain dan memeluk anak itu. "adek kuat yaa, jangan sakit sayang. bunda gamau liat adek kesakitan" bisik Yasinta yang tentunya didengar Adrain.

Anak kecil itu tidak menjawab, ia ingin menikmati pelukan yang telah lama dirindukan. meskipun Adrain tak memberikan balasan karena terlalu lemas mengangkat tangan. tapi percayalah jika Adrain begitu bahagia.

"bunda jangan tinggalin aku" Adrain berujar lirih, namun dapat didengar oleh Bima.

"iya sayang, maafin bunda yang gabisa bagi waktu buat kamu ya? mau kan maafin bunda?"

Adrain hanya mengangguk, dan gerakan pelan kepalanya membuat Yasinta tersenyum.

Yasinta melepaskan pelukannya karena takut mengenai alat-alat dokter yang masih menempel apik ditubuh kecil Adrain. ia menatap Adrain yang tersenyum lemah dengan nasal kanula nya, sebenarnya hal itu membuat Yasinta ingin menangis.

Rasanya seperti rindu yang terbayar bila dia memeluk Adrain. apa dirinya tidak menyadari jika sudah terlalu lama meninggalkan Adrain dalam ruang sepi.

Bahkan, kini menatap tubuh kecil putranya yang banyak perubahan. Yasinta tidak menyadari pipi anaknya yang dulu tembam kini makin tirus, tubuh yang dulunya agak gempal kini malah kurus, dan tinggi Adrain yang sudah bertambah.

Hati kecil Yasinta sangat menyesal tidak menyadari pertumbuhan putranya. ia meninggalkan Adrain demi ego nya, seperti seseorang yang pergi dari tanggungjawab.

"adek tidur lagi yaa" Yasinta mengecup kening putranya, lalu membenarkan letak selimut agar Adrain tidak kedinginan.

Bima juga melakukan hal yang sama, meskipun dari tadi hanya diam memperhatikan obrolan istri juga anaknya.

Bima tidak ingin banyak bicara, melihat Adrain sadar dan tersenyum sudah membuatnya bahagia. biarkan Adrain beristirahat sekarang, dia perlu tenaga untuk esok hari.

Tolong jangan bangunkan Adrain jika ini hanya mimpi. ia sangat bahagia diberikan perhatian seperti ini.

Keluarga lain sudah dihubungi perihal sadarnya Adrain, Bima berkata jika kondisi putranya membaik.

Fikri dan yang lainnya menyelesaikan acara mereka dahulu, dan sebagian ia suruh pulang untuk beristirahat termasuk dirinya dan sang istri. bukannya tidak rindu pada Adrain, tapi kesehatan mereka juga harus dijaga dan keduanya membiarkan ruang tak terbatas pada Bima juga Yasinta.

Tapi sebelum Adrain menyelami mimpinya, ia teringat sesuatu.

"bunda, oma sama opa dimana?"

"oma sama opa pulang dulu, mereka mau bobo dirumah. besok kesini lagi jagain adek, kemarin mereka jagaian adek dan belum pulang" jawab Yasinta.

adrain [sudah terbit]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant