Mengapresiasi seseorang atas hasil kerja kerasnya, karena karya-karyanya, itu sudah dibilang lumrah. Namun, mengapresiasi atas perjalanan bagaimana seseorang mencapai titik tertentunya, itu luar biasa. Jueun membuktikan itu kepadaku. Membuktikan bahwa, tidak ada pilihan yang sia-sia.

Waktu istirahat, diriku mengambil amplop dari Jueun dalam saku celana, dan mengeluarkan isinya; selembar kertas terlipat.

Aku tidak tahu bagaimana mengucapkan selamat agar terlihat sungguh-sungguh, tapi percaya kepadaku bahwa aku menulis ini dengan hati yang tulus. Selamat, Eunkwang Oppa.

Bagiku sebagai seorang penggemar, dibanding mendengar idolaku tiada, lebih baik mendengar kabar bahwa idolaku akan menikah. Itu membuatku, juga para penggemar lain yakin bahwa sang idola sudah menemukan pasangan hidup dan akan bahagia. Aku masih bisa melihat oppa setelah kau menikah, lalu kalau kau tiada? Maka dari itu, terima kasih, terima kasih sudah kuat.

Walau pasti punya banyak rintangan di dalam hidupmu yang baru, tidak apa-apa, serius. Kau pasti bisa melaluinya seperti kau melalui rintangan yang sudah-sudah.

Sekali lagi... selamat atas pernikahanmu yang akan berlangsung.

- Hwang Jueun.

"EUNKWANG HYUNGGG!"

Astaga petir!

Mataku terbuka tanpa ada lekat lengket. Kantuk lenyap bersama mimpi barusan. Sosok tinggi menggendong anak—maksudku, menggendong peliharaannya terlihat menyebalkan dalam pandanganku. Tidak benar-benar sebal sih, tapi aku masih ingin bermimpi.

"Hyung mau mencontoh Hyunsik hyung yang tidurnya sulit bangun? Itu kenapa mata Hyung merah, masih mengantuk?"

"Sungjae," panggilku, beranjak duduk untuk menanyakan sesuatu alih-alih menanggapi ocehannya. "Kalau aku menikah, apa yang akan kau lakukan?"

Jelas aku mengingat mimpi barusan. Aneh, biasanya aku selalu lupa akan mimpi-mimpi selepas bangun tidur. Apakah mimpi juga bisa menjadi doa? Ya, 'kan... siapa tahu jodohku sudah dekat, hehe.

"Memang Hyung berharap aku melakukan apa?"

"Kau tidak akan mengucap apa-apa?"

"Aku akan mengucapkan selamat, tapi setelah Hyung lebih dulu mengucapkan selamat atas pernikahanku. Aku akan menikah lebih dulu dari Hyung."

"Haisss, nanti aku keburu tua!" Dasar bocah durhaka, aku tersakiti ini.

Lantas tawa Sungjae terasa menggema dalam pendengaran, ia keluar dari kamar, meninggalkan posisinya yang sempat berada di hadapanku.

Namun, entah mengapa kuyakin kalau aku menikah, pasti ada tumpahan air mata dari Sungjae—persis apa yang ada dalam mimpiku. Kalau kata Ilhoon, Sungjae itu tukang drama. Kapan aku mendengarnya, ya? Ah, pokoknya Ilhoon pernah mengatakan demikian pada Sungjae. Ibarat Sungjae itu; daripada kau yang meninggalkanku, lebih baik aku yang meninggalkanmu. Begitu tabiat si maknae.

"Cepat Hyung siap-siap, kalau tidak mau ditinggal!" Si tengil kembali bersuara, beruntung suaranya tidak cempreng.

"Jam berapa sekarang?"

"Tujuh belas lewat tujuh belas!"

Oh, terima kasih Yook Sungjae. Aku bahkan belum mengganti kostum!

Aih, ini alasan mengapa manajer selalu melarangku tidur kalau mau pergi ke acara malam.

"Semprot parfumnya jangan lupa, biar cepat ada gadis yang tercantol."

"Tolong ya, dilarang kurang ajar bagi maknae pada anggota lebih tua!" Nah, aku harus mengingatkannya lagi, tapi yang namanya Sungjae, tidak akan pernah menuruti peraturan semacam itu.

Apalagi... kalau Ilhoon sudah bergabung.

.
.
.

Selesai ~

Selesai ~

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
By Your Side BTOB [√]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum