Selamat Jalan, Appa

Start from the beginning
                                    

"Kamu tidak memperdulikan keluarga lagi, bukan? Jadi, tidak usah menghubungi saya lagi dan urus saja pekerjaanmu itu. Jangan pernah kembali lagi ke Indonesia."

"Ma, mama salah paham. Aku-"

"Kamu yang sudah membuat papa meninggal, Aerin! Kalau kamu masih menganggap kami orang tuamu kamu pasti akan kembali ke Indonesia. Papamu sangat menyayangimu, dia ingin kamu berada di sisinya. Tetapi apa? Kamu bahkan lebih mementingkan status idolmu dan tidak menjenguk papa sama sekali bahkan disaat terakhirnya. Kalau kamu pulang kesini, papa mungkin akan bahagia dan bisa sembuh karena melihat keluarganya berkumpul untuk menyemangatinya."

"Jangan pernah masuk ke dalam kehidupan saya lagi. Saya ingin menghapus semua tentang anda. Dengan begitu, saya dapat mengikhlaskan kepergian suami saya."

Tutt..

"Apa ini yang ingin kau katakan, oppa?"

"Mianhae. Tapi aku akan tetap menjagamu."

"Gwaenchanha. Pulanglah, mama pasti khawatir denganmu. Aku disini baik-baik saja, jangan khawatirkan aku."

"Aniya-"

"Kak, lo sayang sama gue kan? Kalau lo sayang sama gue, lo pulang. Jagain mama sama Arcel disana. Pliss."

"Ne. Besok gue akan pulang. Tapi lo harus janji sama gue, lo harus bahagia dan jaga diri lo baik baik disini. Jangan sampai sakit dan-"

"Seharusnya gue yang bilang itu ke lo. Lo harus sembuh total supaya bisa jagain mama dan Arcel. Gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang untuk yang kedua kalinya. Lo harus janji." Ucapku sambil tersenyum paksa.

"Gue janji. Dan untuk mama, gue minta maaf. Mungkin mama masih gak bisa ngontrol emosinya."

"Gwaenchanha."

"Besok gue anterin lo ke bandara."

"Gak usah. Lo besok ada syuting."

"Gak menerima penolakan. Gue bakal minta izin sama PD-nim besok."

"Lo udah ada tempat buat tidur? Kalau gak ada, lo tidur disini aja. Gue bakal ngomong sama anggota HRZ buat nampung lo selama semalem."

"Gue udah nyewa apart kok di dekat sini."

"Kalau gitu, gue pamit pulang dulu. Udah malem juga."

"Ne. Hati-hati."

Kak Bright menundukkan kepala untuk berpamitan kepada member-member ku.

"Wae?" Tanya Youra unnie menemaniku duduk di tepi ranjang.

"Kami sedikit tahu tentang percakapanmu dengan Kak Bright tadi. Tapi kami masih tidak tahu jelas apa yang sebenarnya terjadi."

"Appaneun. Dia sudah meninggal." Air mataku mulai menetes lagi.

Youra unnie, So-young unnie, dan Mee-yon sangat terkejut mendengar ucapanku.

Mereka semua memeluk ku untuk memberikanku kekuatan dan ketenangan.

"Gwaenchanha, kita akan selalu ada disini untukmu. Karena kita adalah keluarga." Ucap So-young unnie sambil membelai rambutku.

"Gomawo, unnie." Ucapku sambil menghapus air mataku.

"Unnie, jangan menangis. Aku ikut sedih." Ucap Mee-yon dengan mata yang sembab juga.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

Drtt.. drtt..

"Ne?" Jawabku tanpa melihat nama pemilik.

"Aerin? Gwaenchanha?"

"Nugu?"

"Taeyong."

"Ah.. wae, oppa?" Tanyaku dengan suara yang masih serak.

"Aku tahu dari Kak Bright, hari ini dia ke Chicago untuk menemuimu. Karena ayahmu telah meninggal?" Tanya Taeyong oppa dengan sangat hati-hati.

"Ne."

"Aku turut berduka. Mianhae. Aku tidak bisa menemanimu disaat yang seperti ini."

"Gwaenchanha, oppa. Gomawo."

"Aerin.. kami turut berduka juga atas meninggalnya ayahmu. Kami berjanji akan ke dorm mu dan menghiburmu agar kamu tidak sedih lagi." Ucap Haechan dan Lucas mewakili member NCT yang ada disana.

"Ne, Gomawo." Ucapku dengan senyuman kecil.

"Jangan bersedih lagi. Maaf jika kemarin aku mengabaikanmu. Aku terlalu emosi saat itu."

"Gwaenchanha, oppa. Aku sudah memaafkan hal itu."

"Kapan kamu akan kembali kembali ke Korea?"

"Aku lupa dengan jadwalnya. Mungkin satu atau dua bulan lagi."

"Baiklah aku akan menunggumu disini. Kalau begitu, tidurlah. Bukankah disana sudah malam?"

"Ne."

"Selamat malam. Semoga mimpi indah." Ucapnya sambil tersenyum kecil.

" Ucapnya sambil tersenyum kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Uhm.. semangat juga untuk hari-harimu, oppa."

"Gomawo."

"Ada cinta lama bersemi kembali ini ceritanya?" Goda Youra unnie.

"Aniya." Ucapku datar.

Bukannya aku tidak senang hubunganku dengan Taeyong oppa kembali membaik, tapi karena aku masih sedih memikirkan papaku.

Aku keluar ke ballroom untuk menatap langit langit malam. Unnie-deul dan Mee-yon sudah tidur duluan di kamar masing-masing.

"Appa, wae? Mengapa kau pergi tanpa memberitahuku? Mianhae.. aku tidak bisa menjengukmu bahkan disaat terakhirmu. Appa, aku sudah memaafkan kejadian itu kok. Gomawo, karena appa juga aku bisa menjadi seperti sekarang. Appa, eomma membenciku sekarang. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa. Appa, wae? Mengapa secepat ini kau pergi? Apa kau tidak mencintai Aerin? Mengapa appa meninggalkanku? Bahkan kita belum bisa bicara banyak sejak aku menjadi trainee di Korea. Appa, kau berjanji akan datang ke konserku bersama eomma, Kak Bright, dan Arcel. Mengapa kau mengingkarinya, appa? Kau bilang kau akan selalu menemaniku sampai aku menjadi bintang terkenal. Tapi apa? Kau sudah pergi duluan. Bahkan impianku tentang foto bersama di belakang panggung sekarang hanyalah sebuah khayalan. Appa, apa kau melihatku dari sini? Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Jika aku bisa memutar waktu aku ingin kembali disaat kita masih tertawa bersama dan menghentikannya agar aku selalu bisa melihatmu dan berada di sampingmu. Aku berjanji akan menjadi sukses dan membuatmu bahagia disana. Aku mencintaimu. Sangat." Ucapku sambil menatap langit. Air mataku mengalir seiring aku mengeluarkan satu persatu kata.

_______________________________________________

IDOLOn viuen les histories. Descobreix ara