Part 26 - Bottle of Milk

Start from the beginning
                                    

"Aih gak sabar gue." kata Dipo sambil menepukan tangannya pelan.

"Lo yakin gak mau ajak cowo lo, Na?" tanya Desi.

Anna mengangguk. "Udah kita aja lah. Gue takut juga bawa dia."

Dipo menatap Anna heran. "Lah?"

Anna terdiam seperti tidak ingin melanjutkan. 

"Kenapa Na?"

Anna meringis tapi tidak juga menjawab pertanyaan dari Desi barusan. 

"Na?"

"Gak apa-apa. Nanti terjadi sesuatu yang enggak-enggak lagi." Sesudah Anna mengatakan itu, dia langsung memamerkan giginya.

Desi dan Dipo saling memukul pelan belakang kepala Anna. "OTAK LO NGERES."

***

Tepat jam 8 malam, Anna ke kamar Pak Harry. Anna sudah diberi kunci serep kamarnya agar sewaktu-waktu bisa ke kamar Pak Harry tanpa perlu mengetuk. Begitu juga dengan Pak Harry yang sudah diberi kunci serep kamar Anna.

Setelah membuka pintu, Pak Harry sedang berasa di jendela dekat balkon sedang menelpon. Begitu melihat Anna, ia langsung melambaikan tangan dan menutup telpon tersebut.

Pak Harry berjalan mendekat ke Anna yang sekarang sudah berada di ruang tengah. Anna membawa kentang goreng serta nachos lengkap dengan sausnya. Ditaruhnya makanan itu di meja depan sofa.

"Hey."

"Hey."

Pak Harry ikut duduk di sofa. "Selamat ya. Saya belum sempat mengucapkan tadi. Sibuk menilai UAS."

"Oh ya? Gimana nilai saya?"

Baru Pak Harry ingin membalasnya, Anna buru-buru menyela. "Gak usah dikasih tahu deh. Saya udah bisa merasakan nilai saya gitu-gitu aja." Anna cemberut.

"Actually," Pak Harry membelai rambut Anna. "Kamu dapat tujuh sembilan. Lumayan kan?"

Anna melongo mendengar perkataan Pak Harry. Dia tidak menyangka akan mendapat skor UAS yang lumayan tinggi, menurut Anna. Karena selama ini dia hanya mendapatkan nilai dibawah tujuh. 

"HAH?"

Pak Harry mengangguk sambil tertawa.

"YAKIN PAK? Jangan bohong ah, dan juga jangan dibagusin karena saya pacar Bapak!" Anna cemberut lagi.

"Loh benar loh."

"Aih.... Pasti gara-gara saya belajar sama Desi dan Dipo."

"Mereka juga dapat bagus. Lebih bagus dari kamu malah." Pak Harry menyentuh kening Anna menggunakan telunjuknya.

Anna menghela nafas kasar dari hidungnya. "Iya iya," lalu dia teringat sesuatu. "Ehiya, tadi abis nelpon siapa, Pak?"

"Oh, Rian."

"Adik Bapak kan?"

"Iya."

"Masih ada masalah?"

Pak Harry mengangguk.  Dilepasnya kacamatanya dan menggosok matanya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Anna sebenarnya bingung ingin bertanya atau tidak. Akhirnya dia putuskan untuk tidak menanyakan, untuk saat ini. 

"Hey," Anna lalu memijat punggung Pak Harry dengan kedua tangannya. Mata Pak Harry terpejam keenakan. "Rileks aja. Saya pijetin ya sampai Bapak ketiduran."

Pak Harry tidak menjawab hanya berguman tidak jelas karena keenakan. Anna memaklumi, mungkin Pak Harry capai sehabis mengoreksi UAS yang begitu banyak. Belum lagi soalnya yang esai semua yang pasti membutuhkan banyak waktu untuk mengoreksinya. Selain menjadi guru kelas 12, Pak Harry juga sesekali membantu guru kelas 11 yang sedang hamil jadi sering tidak masuk. Selain itu juga, dia tetap mengurus bisnisnya secara online.

Anna & HarryWhere stories live. Discover now