dia ditengah salju

888 161 67
                                    

"Heeseung

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Heeseung. Kamu dipanggil ke ruangan kepala sekolah."

"Hm, aku sudah tau." Jawabnya dengan tidak acuh dan langsung berjalan saja menuju ke ruang kepala sekolah.

Heeseung merasa lemas sekarang, memang kemarin dia tidak sekolah tapi tubuhnya masih terasa sakit dan letih. Tapi sudahlah, akan lebih parah keadaannya jika dia tidak bersekolah lagi hari ini.

"Selamat pagi, pak." Ucapnya.

"Oh, Heeseung. Masuk sini."

Heeseung menutup pintunya dan melengkahkan kakinya untuk masuk ke dalan ruangan itu, tidak lupa dia memasang wajah datarnya seperti biasa

"Saya sudah dengar kabar mengenai orang tuamu. Mereka bilang mereka sangat kecewa dengan nilaimu. Benar kan?"

"Iya itu benar, lalu?"

"Jadi saya berfikir untuk memberikan kamu les tambahan dengan wali kelasmu setidaknya bisa–"

Bukan Heeseung namanya kalau dia tidak memotong pembicaraan orang, ya... Heeseung memotong pembicaraan kepala sekolah itu

"Saya tidak mau. Nilai bukan hal yang penting untuk saya."

"Maksud saya bukan itu. Tapi bagaimanapun kamu kan harus bisa mendapatkan nilai bagus untuk masuk universitas."

"Saya tidak akan masuk universitas. Sampai kapanpun, tolong biarkan saya mengurus diri saya sendiri."

Yang lebih tua diam lagi karena perkataan Heeseung yang memang bisa membuat orang kehilangan akal untuk menjawabnya,

"Saya permisi dulu."

"Tunggu sebentar, Heeseung."

Heeseung berhenti sejenak, kemudian kepala sekolah itu memberikan sebuah kotak makanan untuknya,

"Makanlah, saya tau kamu belum makan seharian ini."

Heeseung menerimanya dengan diam,

"Kenapa? Kamu tidak suka ya dengan makanannya?"

"Umm... Bukan itu maksud saya. Ah, terima kasih pak."

"Iya. Kamu harus ingat untuk selalu menjaga kesehatan. Maaf sudah menyinggungmu dengan pertanyaan tadi. Kamu bisa pergi."

Heeseung masih terdiam di ambang pintu, melihat kotak makanan yang diberikan tadi membuatnya merasa bersalah karena dia hanya menjawab pertanyaan yang diajukan dengan dingin.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
ruang hampa ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora